4.1 The Loved Ones: Discovered

531 79 10
                                    

Warning: YAOI, Messy Writing, OOC, Typo.

.

.

.

Kun hanya menatap kosong langit-langit, karena selain dia malas membaca buku juga sedang berpikir macam-macam.

Hari ini ketiga adiknya itu -walau Kun juga tak paham relasi apa yang sedang mereka berempat jalani- berkata ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, makanya Kun diminta bersiap. Tapi dia tak bisa bersiap sendiri sehingga harus menunggu Jungwoo.

Sebenarnya Kun sangat takut mengingat ketiganya menyembunyikan keberadaannya, jadi tak mungkin ada seseorang yang meminta bertemu dengan Kun semudah itu.

Kemungkinan terburuknya ada seseorang yang mereka culik, dan entah kenapa ingin mereka pertemukan dengan Kun. Tapi siapa orang itu? Kun punya beberapa kemungkinan walau tak yakin.

Saat sedang berpikir asyik begitu, Jungwoo datang sendiri. Dia membantu Kun naik ke kursi roda dan mendorongnya ke kamar mandi. Kun untungnya dibiarkan mandi sendiri, lagipula tugas Jungwoo lebih ke arah membantu Kun naik-turun dari kursi roda. Setelah mandi, Kun akan memanggil Jungwoo di luar untuk membantunya. Jungwoo juga mengingatkannya untuk memakai semacam lotion dan perawatan lainnya.

Memang semenjak dikurung, Kun selalu didorong untuk merawat tubuhnya dengan telaten. Memakai body lotion, lip balm, atau perawatan lainnya yang membuatnya serasa seperti wanita. Tapi dengan begitu, Kun malah terlihat semakin cantik dan menawan. Hal itu membuat ketiganya memandang Kun dengan pandangan memuja, dan sayangnya Kun tidak suka itu.

Jungwoo mendorong kursi roda Kun yang telah berpakaian rapi tanpa berkata apa-apa. Ini membuat Kun semakin tegang, karena wajah kaku Jungwoo seperti memberitahunya untuk diam dan patuh. Dia hanya bisa menggigit bagian dalam pipinya sambil berdoa tidak ada yang buruk yang akan terjadi.

Mereka tiba di sebuah ruangan, Jungwoo membuka pintunya dan mendorong kursi roda Kun. Di dalam sana ada Winwin dan Lucas yang berdiam diri, mereka mengapit seorang wanita yang tidak asing. Wanita itu adalah salah satu kemungkinan orang yang akan Kun temui, tapi dia tetap tak menyangka.

"Chengxiao?"

Bisikan itu sanggup membuat wanita itu mengangkat wajah dan menegakkan punggungnya, dia tampak terkejut dan lega. "KUN GE!" teriaknya. Matanya membola tak percaya, dan itu direalisasikan dalam perkataan. "Jadi benar gege masih hidup! Sudah kuduga!"

Mata Kun mengerjab bingung, kenapa tunangannya ada di sini? Dengan tangan terikat pula.

"Jadi begini." Winwin tampak memulai pembicaraan dengan nada serius. "Ingat soal peraturan yang kita bicarakan, Kun?"

Kun hanya mampu mengalihkan tatapannya dari tatapan datar Winwin, rahangnya turut mengeras. Ternyata dia ketahuan?

"Kami tidak akan menyentuh tunanganmu dan keluarga, jika kau tak berniat melarikan diri. Lalu kertas kode ini apa? Ini pencatatan waktu kami datang kan? Rencana untuk kabur akan kau laksanakan saat kami mengajakmu pergi ke Miami nanti. Kami kecewa, Kun."

Lucas menghela nafas di sebelahnya. "Kau boleh bilang ingin apapun, selain pergi dari sisi kami. Tapi kelihatannya kau menganggap enteng perkataan kami ya," katanya sambil menepuk kepala Chengxiao yang mendelik ngeri. "LEPASKAN AKU DAN KUN GE!"

"Kau sangat lancang," kata Lucas lagi. "Aku ingin sekali memukulimu sampai kau mati, tapi tidak. Hanya perlu kematian yang tenang, tapi penuh derita untukmu."

Lucas memaksa Chengxiao membuka mulutnya, lalu menuangkan cairan dari yang Lucas pegang. Chengxiao dipaksa untuk menelan cairan-entah-apa itu, tapi Kun sangat yakin bahwa itu racun. Perempuan yang dulunya tunangannya itu akan meregang nyawa di saat puncak kemudaannya.

"Lucas! Kau tak perlu membunuhnya!" pekik Kun panik. Itu malah membuat Lucas menatapnya tajam. "Kau mencintainya kan?"

"Bukan! Tapi..."

Kata-kata Kun tertelan saat melihat Chengxiao mengejang. "Aku mohon, selamatkan dia! Dia tak bisa dilibatkan dalam keadaanku! Kumohon Lucas, Winwin, Jungwoo!"

"Itu membuat kami lega melihatnya mati," kata Winwin dengan datar. "Kau milik kami, dan tak sepatutnya kau memikirkan wanita ini kan?"

Kun mencoba berdiri, tapi Jungwoo berhasil menahannya. "Kau mau melihatnya mati dengan tubuh hancur? Nanti dia takkan dikembalikan dengan utuh lho."

Kun tahu di detik itu, dia takkan bisa menyelamatkan Chengxiao. Dia menggigit bibirnya sendiri, air mata tak turun tapi dia merasa sakit. Kegilaan ketiganya malah menyeret orang lain, Kun merasa sangat buruk. Kepalanya ditundukkan, dia tak sanggup melihat Chengxiao meregang nyawa.

Tapi tangan Jungwoo menegakkan kembali kepala Kun. "Kau harus melihatnya," katanya halus. "Kau harus melihat penderitaan yang dia alami, agar kau belajar dan paham. Iya kan, tuan muda?"

Kun yakin dia nyaris menangis saat melihat mulut Chengxiao berbusa, lalu tubuh itu melemas. Dia sudah mati, dengan cara yang begitu mengenaskan. Kun merasa sangat bersalah, tapi tidak sesedih itu hingga air matanya menetes. Dia hanya menghela nafas.

"Ah, sudah mati?" kata Lucas sambil menepuk pipi Chengxiao. Dia mengecek denyut nadi di dekat telinganya. "Wah benar."

"Cepat urus, Lucas. Kita buat dia keracunan saat menginap di vila pribadinya, lalu umpankan pada tunangannya sendiri. Setelah itu, harga saham perusahaannya akan turun dan perusahaan Qian akan membelinya."

"Oke, Win ge. Setelah itu, kurasa akan lebih muda membangun bar di daerah sekitar sana?"

"Oh, kau mau menghancurkan bar yang lama? Kenapa tidak direnovasi saja?"

"Buat saja seolah-olah bar lama dihancurkan pemerintah, lalu selang beberapa hari kita bangun dengan kedok toko teh."

"Pintar juga."

Kun merasa wajahnya memucat, dia hanya menyenderkan tubuhnya di kursi roda. Matanya yang tadi menunjukkan banyak emosi kini kembali tenang, dia telah menguasai dirinya.

"Kun, ada yang kau inginkan?" tanya Jungwoo yang membuat atensi Lucas dan Winwin kembali ke Kun. Kun menatap lantai sebelum menengok ke arah Jungwoo. "Aku ingin boneka," katanya kalem. "Bukan teddy bear, tapi boneka babi atau hamster. Tidak besar, ukurannya sedang dan harus lembut."

Jungwoo sempat tertegun sebelum mengiyakan. "Ada lagi?"

Aku ingin kalian berhenti mengusikku. "Buku partitur, dan peralatan tulis lainnya."

Aku ingin keluar dari sini, berhenti mengurungku. "Lalu buku baru, apapun itu."

Aku ingin kembali ke kehidupanku yang dulu. "Aku ingin belajar synthesizer, bisa belikan itu?"

"Hanya itu?" tanya Jungwoo sambil memastikan Kun, sang tuan muda hanya menatapnya tenang. "Ya, untuk saat ini."

"Ah, pasti kau capek. Jungwoo, kau urus wanita ini dengan Lucas. Biar aku yang bawa Kun," kata Winwin melembutkan suaranya. Jungwoo mengerutkan keningnya tapi tetap mengangguk patuh. Keduanya terdiam selama perjalanan, bagus karena memang tak ada yang bisa dibicarakan setelah melihat orang meregang nyawa di depan mata

.

.

.

TBC

Fratres ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang