5

278 49 7
                                    

5

Ia kini melihat dari sisi lain. Ternyata ada gunanya memilih bertemu dan mendengar Guanlin. Ia kira tak ada salahnya membawa pulang Woojin. Toh menurutnya bukan sepenuhnya salah Guanlin.

Misi utamanya kini memaksa pulang hyungnya. Namun ternyata pintu terbuka bahkan sebelum ia bicara. Diantar taksi, Woojin pulang pada Guanlinnya.

Daehwi pikir semua berjalan baik saja. Sebelum teman-tahun-lahirnya menelepon dengan hebohnya. Woojin memang pulang, memutuskan hubungan, lalu lenyap entah kemana. Memilih melepaskan semuanya.

Rasa bersalah menggerogoti pikiran. Seharusnya ia tak membiarkan hyungnya berpikir sendirian. Seharusnya ia mengintervensi apa yang hyungnya rencanakan. Memastikan tiada hal yang tak diinginkan.

Dering ponsel kembali menggema. Tubuhnya terlonjak kaget tak terkira. Melirik identitas yang tertera, kerut bingung tercetak nyata di dahinya. Ada apa lagi dengan teman-tahun-lahirnya?

Daehwi rasa kepalanya sudah siap untuk pecah. Park Woojin tidak pulang ke rumah. Kepalanya dipijit pelan, memutar otak kemana kiranya Woojin melangkah. Ah, hyungnya yang satu ini pandai sekali membuatnya gelisah.

Menarik napas dalam dan embuskan. Memeras pikiran, mencari jawaban. Menghilangnya Woojin jangan sampai ketahuan. Cukup Guanlin dan dirinya yang gelagapan, bibi Park jangan.



































Tanggal 9 Muharrom,
Selamat puasa :))

our ending [pancham]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang