1

469 63 3
                                    

1

Park Woojin bukan orang yang gamblang menunjukkan dirinya ketika ia marah. Hanya menghindar dan apa-apa terserah. Yang paling ekstrim, semalam tak pulang ke rumah.

Woojin yang memicu konfrontasi bukanlah Woojinnya yang biasa. Sepanjang ia mengenal, tak pernah sejelas ini ia temukan Woojin kehilangan sisi penuh glukosa. Namun yang terjadi hari ini mungkin luap tumpukan emosi yang ia rasa.

Kepalanya ia tundukkan pasrah. Kulit karamelnya tak bisa sembunyikan gurat merah amarah. Gerak bibirnya pun tak henti mengucap serapah. Keningnya berkerut, basah. Lengkap dengan hela napas terengah-engah.

Daehwi masih setia menepuk pelan punggungnya, menenangkan. Tak lupa sebotol air ia sodorkan. Sembari berharap Woojin tak lagi membuat keributan. Jelas ia tidak ingin lagi diusir petugas keamanan.

Pemuda dengan gingsul itu menenggak habis air mineralnya. Meremasnya kuat-kuat dan melempar masuk botolnya dalam tong sampah di ujung sana.

"Ayo Dae, belanjanya lain kali saja."

Lantas melangkah pergi meninggalkan Guanlin juga Daehwi yang masih menganga.

Hela napas berat yang Guanlin lakukan lebih seperti desah. Mungkin memang mengiakan ajakan pergi Jinyoung keputusan yang salah. Apalagi jika kekasihmu Park Woojin yang tersulut cemburu dengan mudah.























Chapter pertama~
Semoga berkenan

our ending [pancham]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang