|Bag 1 : B E G I N N I N G|

176 8 0
                                    


Satu benda mati yang memiliki gambar doraemon di atas meja berbunyi kencang mengetarkan, itu berarti jam sudah menunjukan pukul 05:55 WIB, suara burung berkicau begitu indah terdengar, aku segera bangun dari tidur pulasku semalam, segera mandi, berseragam sekolah lalu turun kebawah untuk sarapan.

Aku tinggal bersama bik siti dan pak ujang, sepasang suami istri yang sudah berumur kira-kira 40 tahunan mempunyai dua orang anak di desa mereka, mereka bekerja dirumah ini sudah lama sejak umurku masih sangat belia.

Papa, mama dan kedua adikku tinggal di New York, mengurus pekerjaan mereka yang katanya sangat penting, meskipun aku perempuan satu-satunya tapi aku tidak pernah dimanja, aku hidup mandiri sedari kecil, aku lebih sering ditinggal kan bersama bik siti dan pak ujang yang sudah aku anggap seperti kedua orang tuaku sendiri.

Orang tua kandungku tidak pernah memperlakukan aku sama seperti adik-adikku, perlakuan mereka sangat berbeda, muncul rasa iri dihati, tapi apa dayaku, aku tidak bisa merubah apa yang menjadi takdirku, aku hanya bisa menjalaninya saja.

Bagiku, lebih baik begini jauh dari orang tuaku, karena jikalau mereka dirumah aku akan selalu mendengar pertengkaran mereka yang selalu tentang uang, aku lebih suka mereka berada diluar negeri, tidak akan ada pertengkaran disana sekalipun itu ada aku tidak akan bisa mendengarnya .

Ya, orang tuaku sering bertengkar dihadapanku mempermasalahkan soal uang, bagi mereka uang adalah segala-galanya, dulu mereka bertengkar selalu dihadapanku, entah saat aku menonton TV atau saat aku sedang duduk santai di ruang tamu, hingga membuat aku trauma akan pernikahan, mendengar nya saja membuat aku merinding, aku tidak suka pada pernikahan dan segala hal yang berkaitan dengan pernikahan, tapi aku suka melihat orang lain melaksanakan pernikahan, entah bagaimana? Aku hanya takut pernikahan itu terjadi padaku, bukan pada orang lain .

Meskipun begitu aku sangat sayang kepada orang tuaku ku, bagi mereka mungkin aku bukanlah siapa-siapa tapi bagiku mereka adalah segala-galanya, aku tidak inginkan uang, aku hanya ingin kasih sayang mereka, entah kapan aku menemukannya, yang pasti aku terus menjalani hidupku ini, menjalankan takdir yang tertulis untukku, bagaimana akhirnya nanti aku tidak tahu rahasia Yang Maha Kuasa, namun aku selalu meminta diberi hati yang selalu sabar dan ikhlas dalam hal apapun itu.

___
Saat turun kulihat meja makan sudah banyak hidangan yang membuatku ingin segera melahapnya, ditambah aroma nya yang menggugah selera, bik siti memang sangat pandai memasak.

"Wahhh, aroma nya menggugah selera, bibi pinter deh masak nya" Ucapku yang langsung duduk di kursi meja makan.

"Iih non mah muji bibi terus, nggak bosan apa non muji bibi tiap hari non bilang gitu" Ucap Bi Siti sembari meletakkan sebuah piring yang berisi 5 potong goreng paha ayam kesukaanku.

"Hihii nggak la bii, emang bener bii masakan bibi tu menggugah selera, apalagi yang ini" Ucapku mengambil paha ayam lalu melahapnya.

"Non,non, non teh emang yang terbaik" Ucap Bi Siti dengan senyumannya.

"Bi, ayo duduk makan bareng, pak ujang mana, ajak juga bi" Ucapku

"Eeh, nggak usah atuh non, bibi sama kang ujang makan di dapur aja" Ucap Bi Siti

"Aaaa ... Bibiiii!! Pokoknya makan disini bareng aku, temenin aku makan bii, masa aku makan segini banyak makanan sendirian, nggak lucu ah" Ucapku memanyunkan bibir

"Tapi non..?" Ucap Bi Siti

"Eitts nggak pake tapi-tapian, ayo panggil pak ujang, ini perintah bii" Ucapkuu

"Baik non. Kang.. kang ujang kemari kang, non minta ditemani sarapan" Ucap Bi Siti memanggil pak ujang

"Aduh kenapa atuh siti, saya teh lagi siap2?" Ucap Pak Ujang

"Non, minta temenin makan" Ucap Bi Siti

"Iya pak ujang, ayo duduk pak, temenin aku makan, jangan sungkan, pak ujang dan bi siti kan udah seperti orang tuaku sendiri" Ucapku

"Tapi non?" Ucap Pak Ujang

"Aduh pak, ayolah makan bareng, ntar aku ngambek loh kalau pak ujang dan bi siti nggak mau makan bareng aku" Ancamku

"Iya non, baik kalau begitu" Ucap Pak Ujang lalu mereka duduk dan mulai makan bersama ku.

"Pak ujang mau kemana?" Ucapku

"Ya mau anterin non ke sekolah" Ucap Pak Ujang

"Mulai sekarang nggak usah lagi pak, aku mau bawa mobil sendiri aja, repot juga kalo tiap hari pak ujang mau anterin aku, udah siap2 aku nya malah mau bawa sendiri, jadi sekarang nggak usah siap2 lagi pak, aku mau bawa sendiri" Ucap Pak Ujang

"Aduh, bagaimana ini non? Jadi pekerjaan saya apa" Ucap Pak Ujang

"Cukup jaga rumah aja pak" Ucapku

"Siap non" Ucap Pak Ujang

"Hehe, ayo makan yang banyak pak, bii ni tambah lagi ayam nya biar gemuk, biar sehat, biar kerja nya semangat" Ucapku memberi bi siti satu paha ayam ke atas piring nya .

"Banyak pisan ini non, porsi bibi nggak nyampe segini" Ucap Bi Siti

"Nggak apa2 bii sekali2 porsi jumbo hahaa, yaudah aku udah selesai ni makannya, aku berangkat dulu ya bi, pak, assalammualaikum" Ucapku berpamitan dengan bi siti dan pak ujang.

"Iya non, hati2 ya non, jangan ngebut2" Ucap Bi Siti

"Hati-hati non, kunci nya di atas rak helm " Ucap Pak Ujang

"Oke pak, oke bik assallammualaikum" Ucapku

"Waalaikumsallam" Jawab Pak Ujang dan Bi Siti

"Kang, kasihan ya non rain, ditinggal sama tuan dan nyonya, nggak tega bohongin non kalau tuan dan nyonya nggak akan kembali lagi kesini, ini kan rumah almarhuma oma nya" Ucap Bi Siti sembari membereskan meja makan.

"Ya mau bagaimana lagi, terkadang aneh sama orang kaya mah, padahal non rain kan baik, cantik, pinter, mandiri, punya usaha yang maju, tapi orang tua nya yang tidak mempedulikannya, lagian non sudah kita anggap anak kita juga, ya kita yang ngerawat dia, berdoa saja semoga orang tua nya kembali kesini lagi" Ucap Pak Ujang

"Iya ya kang, ya udah kakang mau kemana abis ini" Ucap Bi Siti

"Bersihin taman lah, sekalian jaga di pos gerbang depan" Ucap Pak Ujang

"Tak bantuin ya bersiin taman nya" Ucap Bi Siti

"Ya ayo,kamu teh bersiin dulu ini meja makan" Ucap Pak Ujang

"Iya kang" Jawab Bi Siti

________
Rain Ayyara Kyla itulah nama nya, gadis berumur 17 Tahun, sesuai nama nya RAIN dia suka sekali dengan hujan, menari-nari dibawah hujan adalah kegemarannya, baginya hujan itu adalah lambang segala rasa, dimana kau bisa menyembunyikan tanggismu dibawahnya, tertawa tanpa henti, lalu beteriak-teriak dan hujan begitu menyatu dengan nya.

Entah bagaimana nama itu bisa menjadi namanya, pada nyata nya sebuah nama memang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

Layak nya hujan, rain juga mempunyai sifat seperti hujan, dia dingin, menyejukkan, dia dinanti, ditunggu, tapi ia juga dibenci beberapa orang yang tidak menyukainya, persis sama kan seperti hujan .

Ada yang unik darinya, dia tidak begitu peduli pada kebencian orang-orang yang ia tahu dia tidak bisa membenci siapapun, dia hanya bisa membenci kehidupannya, membenci takdir hidupnya yang bisa dibilang rumit.
______________

Note :
Bagaimana cerita nya guys, maaf ya kalau kurang menarik atau apalah, aku cuma mau berbagi aja, dicerita ini sedikit banyaknya adalah cerita pribadi aku sih hehe, kasih saran ya apa yang kurang, aku tidak sempurna tanpa kalian guyss, lanjut kan baca nya ya, masih banyak cerita seru lainnya .
___________________

Garis TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang