Semua orang bisa jatuh cinta tapi tak semua orang beruntung dalam hal percintaan.
**✿❀ ❀✿**
Jakarta - Indonesia
Langkah tegap yang diiringi decit sepatu yang mengkilap itu membuat perhatian para employees Sanditama Group yang berada di area lobby gedung itu. Mereka sejenak memberi hormat dengan sedikit membungkuk. Mata mereka menatap kagum sosok pimpinan baru mereka yang terbilang masih muda itu.
Hajulion Airlangga Sanditama.
Mendengar nama itu disebutkan decak kagum, sebutan tampan, genius, perfeksionis, berhati es- melekat padanya. Pak Hajulion, demikian para pegawai dan rekan bisnisnya memanggilnya.
Di usia yang baru menginjak 30 tahun, ia telah menjadi penerus gurita bisnis Sanditama Group. Perusahaan besar yang melebarkan sayapnya pada bidang property, resort, juga miliki PH serta bisnis di bidang garment. Selain itu, Sanditama Group memiliki perguruan tinggi bernama Universitas Nusa Sanditama.
Hajulion Airlangga Sanditama, sejak hari pertama kepemimpinannya, angka saham perusahaan itu terus meningkat dan beberapa investor besar mulai menunjukkan keinginan menjalin kerjasama dengan pihak Sanditama Group.
Suasana gedung Sanditama Group terpantau belum terlalu ramai saat ini karna masih kurang satu jam lagi sebelum jam kerja dimulai. Tampak Julio keluar dari lift yang baru saja membawanya tepat di lantai 5 gedung itu. Julio menuju ke ruangan yang memiliki pintu besar berwarna gold dengan logo S di tengahnya. Pintu terbuka sesaat setelah si empunya ruangan meletakkan sidik jarinya serta melakukan sensor mata untuk masuk ke ruangan.
Julio masuk ke ruang kerjanya, diikuti Armant Armano sang asisten pribadi.
"Semua sudah siap 'kan?" Julio menatap Armant.
"Sudah, Pak."
"Kamu duluan saja ke ruang rapat," Julio mengecek beberapa dokumen yang sudah mengantri untuk diperiksa.
Armant mengangguk dan segera menuju ke ruang rapat.Di dalam ruangan itu, pandangan Julio lalu teralihkan. Pikirannya mengembara agak jauh.
"Kenapa kau masih saja menghindariku?" gumam Julio.
Senyum tipis itu cukup mewakilkan rasa rindu juga sakit yang bersamaan saat mengingat wanita yang sampai hari ini masih ia cintai dan masih ia tunggu kedatangannya. Julio menghembuskan napas panjangnya dan bergerak meninggalkan ruangan dengan desain mewah dominan warna gold dan putih itu.
***
"Excuse me, Pak Hajulion..." seruan itu membuat langkah Julio terhenti sejenak.
Julio menatap datar salah seorang pegawainya, Edwin Giandra - chief marketing officer perusahaan itu.
"Ada apa?"Sebenarnya Pak Edwin merasa enggan untuk mengatakannya tetapi ini juga hari yang penting untuknya. "Saya tidak bisa mengikuti rapat pagi ini, Pak. Maafkan saya." Raut wajah Pak Edwin jelas sekali syarat dengan rasa sungkan.
"Memangnya apa alasanmu? Apakah itu lebih penting dari perusahaan ini?" nada suara Julio tetap terjaga namun aura intimidasi sudah memenuhi atmosfir lantai itu.
Pak Edwin Giandra menghela napasnya, ia tahu pasti respon bosnya akan seperti itu. Sebab sikap tanggungjawab sangatlah di junjung tinggi di perusahaan itu.
"Begini Pak, saya-"Belum selesai Pak Edwin berbicara, sebuah suara yang sangat ia kenali tiba-tiba terdengar memenuhi koridor lantai 5 itu.
"Ayah?!"
Julio agak menyipitkan matanya kala melihat seorang gadis belia berlari mendekat ke arah mereka.
Gadis itu mengatur napasnya."Ayah, kenapa lama sekali sih? Ersa nunggunya lama sekali di ruangan Ayah." omel gadis itu.
"Cepatlah, ayah bilang akan meminta izin pada Pak Hajulion untuk menemaniku mendaftar masuk ke universitas," tambahnya.
"Ehm.. Maaf, Pak. Saya-" Edwin seolah kehabisan kata, tatapan datar Julio hingga keterkejutannya karna putrinya itu malah muncul tiba-tiba.
"Ya sudah, pergilah menemani putrimu, Pak Edwin." ucapnya dengan ekspresi datarnya yang masih terjaga.
Pak Edwin hampir tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh bosnya itu. Apakah pergi itu berarti disaat yang sama saya juga akan dipecat? pikirnya mulai gelisah dan itu terlalu berlebihan.
Julio melanjutkan langkahnya melewati Pak Edwin yang memasang wajah cemas dan gadis belia itu yang tampak sangat senang.
"Thankyou, Pak. Anda baik sekali semoga segera cepat bertemu jodohnya!" seru gadis itu dengan semangatnya hingga membuat langkah Julio terhenti.
"Ersayla, apa yang kamu katakan, nak? Itu nggak sopan," Pak Edwin panik sembari menepuk pundak putrinya dengan pelan.
Gadis yang dipanggil Ersayla itupun melirik ke arah Pak Edwin.
"Loh memangnya kenapa, Ayah? Apa aku salah?""Geez, Nak. Kamu ini," gumam Pak Edwin sambil geleng-geleng kepala penuh cemas kalau bosnya itu akan tersinggung.
Julio berbalik menatap putri Pak Edwin. Apakah ia marah atas ocehan putrinya itu? Kembali tanda tanya memenuhi kepala Pak Edwin Giandra.
"Kuharap nanti kita bertemu lagi," ucap Julio.
Pak Edwin tak percaya. Bahkan Julio tersenyum pada putrinya itu. Dan ucapan Julio langsung direspon segera oleh anggukkan Ersa.
"Tentu, Pak. Selamat bekerja, terima kasih sudah mengizinkan Ayahku. I love you, Pak Julio!" ucapnya lagi.
Oh ya ampun, Pak Edwin makin tak percaya dengan ocehan putrinya itu, "Ersa..." cicitnya.
Julio tak mengatakan apapun, ia hanya menatap Ersa dengan pandangan tak tertebak lalu kembali melangkah meninggalkan keduanya. Baik Pak Edwin ataupun Ersa tak tahu kalau sebuah sunggingan senyum tercetak di wajah tampan pria dingin itu.
"Maybe, i'll love you later, little girl."
Sementara itu Ersa kemudian menggamit lengan Ayahnya menuju ke lift yang berbeda dengan yang digunakan oleh Julio. Wajah Ersa tampak sumringah, ia sungguh bersemangat karna hari ini ia akan mendaftar ke universitas.
"By the way, bos Ayah ternyata nggak semengerikan yang dikatakan oleh orang-orang ya?"
Pak Edwin menghela napasnya, ada sedikit rasa lega dalam hatinya karna nyatanya Julio bahkan bisa seramah itu hari ini, terutama pada orang yang terbilang asing baginya yaitu Ersayla Sasmaya Giandra, putrinya.
"Ayah, ayo cepat nanti kita benar-benar telat."
***
Usai urusan pendaftaran di Universitas Nusa Sanditama, Ersa kini sudah kembali ke rumahnya setelah diantar pulang oleh sang ayah. Sesampai di rumahnya, Ersa langsung menemui bundanya. Sepertinya energi gadis itu masih terisi full untuk bercerita pada sang bunda.
"Bunda, tau nggak hari ini Ersa ketemu siapa?!"
Ibu Eriska tampak berpikir dan akhirnya menggeleng tanda menyerah. "Memangnya kamu bertemu siapa, Sayang?"
"Ersa bertemu dengan Pak Hajulion Airlangga Sanditama, Bun! Ternyata Pak Julio itu nggak sedingin yang Ayah ceritakan."
Ibu Eriska tertawa, "Jadi, selama ini kamu berpikir kalau Julio itu seperti apa sih?"
"Ya kupikir Pak Julio itu seperti Hulk, Bun."
Mendengar jawaban Ersa, Ibu Eriska hanya bisa tertawa dan geleng-geleng kepala. Beberapa detik setelahnya tawa itu berganti dengan senyuman penuh arti.
**✿❀ ❀✿**
KAMU SEDANG MEMBACA
Love With Possessive Mate's✔️
Romance[sedang di revisi] #SANDITAMASERIES Love with Possessive Mate's by, N I X H A A Y Ersayla Sasmaya Giandra tak pernah membayangkan kalau ia akan di jodohkan dengan pewaris Sanditama Group yaitu Hajulion Airlangga Sanditama-si tampan yang dikenal berh...