FIRST DATE (2)

5K 323 1
                                    

Mungkin saja pertanyaan yang muncul dari hati, hanya bisa di jawab dengan hati.

**✿❀ ❀✿**

Julio menggandeng Ersa dengan gaya posesif, tentu saja perlakuannya membuat Ersa sebenarnya agak canggung tapi nyaman di waktu yang bersamaan. Ersa merasa aman dalam keramaian ini. Mereka menuju ke salah satu restoran di mall itu.

"Silahkan Tuan Hajulion," ucap kedua pelayan yang menarikkan kursi untuk Julio sementara yang satunya menarikkan kursi untuk Ersa. Sang pelayan memberikan buku menu restoran itu.

"Kau mau makan apa, Er?" tanya Julio sambil menatap Ersa yang tengah membolak-balik lembaran buku menu itu.

"Mm... Aku mau Chicken Cutlet Curry, Yaki Tory Gyoza. Minumnya aku Green tea dan ah aku juga Matcha ice cream," ucap Ersa dan pelayan sudah selesai mencatat pesanannya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa baru menyadari kalau aku cantik Tuan Hajulion?"

"Iya ternyata kamu secantik itu, Ersayla,"

"Tentu saja," jawab Ersa tanpa ragu.

Julio mengatakan pada pelayan jika ia memesan Sushi Chirashi dan Green tea juga. Sebenarnya Julio tidak begitu menyukai makanan Jepang akan tetapi setelah mendapat bocoran informasi soal salah satu makanan favorit Ersa dari Pak Edwin, makan Julio tentu saja membawa gadis itu ke restoran Jepang.

Hajulion Airlangga Sanditama hanya ingin melihat senyum Ersayla Sasmaya Giandra.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, pesanan mereka datang. Ersa langsung melahap makanannya. Julio sesekali tersenyum melihat Ersa melahap sajian di meja itu. Mulut gadis itu menggembung karna penuh dengan makanan.

Dia selalu terlihat bahagia. Dia seolah tak memiliki sesuatu yang harus ia takuti kehilangannya. Aku ingin melihat ia selalu seperti ini, batin Julio.

"Kenapa kamu nggak makan?" tanya Ersa karna sedari tadi Julio bahkan tidak menyentuh makanan juga minumannya.

Julio bukannya menjawab, ia langsung mengambil tisu yang ada dan mengelap sekitaran mulut Ersa. "Makannya pelan-pelan saja, Er."

Ersa menyengir lebar, "Kau tau? jika di depanku sudah ada makanan enak, aku nggak bisa menahan hasratku,"

Julio terkekeh dan mengacak poni Ersa, "Lanjutkan makanmu."

"Kamu juga makan, Julio." sahut Ersa.

Mereka pun makan sembari diselingi obrolan ringan seputar kegiatan kampus Ersa hingga Julio membicarakan rencana liburan bersama. Tentu selain makanan hal kedua yang Ersa sukai adalah liburan!

Usai makan di restoran, Julio mengajak Ersa ke Pantai, gadis itu tak menolak.

"Aku suka banget sama pantai!" Seru Ersa.

"Dan aku suka kamu, Ersayla."

***

Semilir angin sore menerpa kulitnya dan membuat anak-anak rambutnya melambai. Langit mulai berwarna keemasan dengan semburat jingga yang mulai menghiasi cakrawala.

Halusnya pasir pantai itu dirasakan oleh kedua telapak kaki Ersa yang telanjang. Ia sengaja mencopot sepatunya saat sampai di sana.

"Kamu sesuka itu sama pantai?" tanya Julio yang berjalan di belakang Ersa.

Ersa berbalik dan mengangguk. "Yah. Sangat suka. Aku nggak tau kenapa aku begitu menyukainya, tapi jika aku sedang merasa perasaanku nggak karuan, aku akan datang ke pantai." ujar Ersa lalu melakukan gerakan berputar pelan. Ia lalu berdiri menghadap ke arah laut dan merentangkan tangannya. Menghirup aroma sore yang berbaur dengan angin yang membawa bau lautan.


Julio duduk disalah satu bangku yang ada di dekat mereka. Ia menatap Ersa yang membelakanginya. Tiba-tiba saja ingatan tentang dia muncul dipikiran Julio. Kenangan tentangnya terputar kembali. Julio larut dalam ingatan itu.


"Julio. Kau mau berjanji padaku?" gadis dengan rambut tergerai panjang itu menyelipkan jemarinya disela jemari Julio. Julio tersenyum dan tangan satunya merengkuh bahu gadis itu dalam peluknya.

"Kamu mau aku berjanji apa?" suara deru ombak di pantai itu menjadi saksi kemesraan kedua sejoli yang saling mencintai itu. Seakan dunia adalah milik mereka saja. Masa remaja mereka sudah dibuat bahagia oleh cinta keduanya.

"Berjanjilah kalau kamu akan selalu cinta sama aku dan nggak akan berpaling dariku." ucapnya lalu memeluk leher Julio dan berpindah posisi duduk di pangkuan sang kekasihnya.

"Tentu. Asal kau juga berjanji untuk tidak meninggalkanku untuk alasan apapun," kata Julio.

"Aku berjanji." Ucap gadis itu.

"I love you, Julio."

"I love you more, Niana."

"Tuan Hajulion!" Suara nyaring Ersa membuat Julio kembali tersadar pada realita. Mata Julio kini menatap manik cokelat milik Ersa. Gadis itu berkacak pinggang di depannya.


"Ada apa?" tanya Julio.

"Sedang melamun? Atau kamu memang berniat nggak ingin membawaku pulang ke rumah?" kata Ersa sembari mengerucutkan bibirnya.

Julio terkekeh pelan lalu menarik tangan Ersa dengan lembut.
"Aku tidak akan mengantarmu pulang ke rumah."

Mata Ersa membulat, "Ma-maksudmu? Kamu menculikku? Lalu minta tebusan pada ayahku? Oh ya ampun Tuan, kamu nggak takut jika nanti wajahmu masuk ke portal berita karna tuduhan telah menculik anak dari karyawan perusahaan sendiri?!"

Julio tertawa mendengar ocehan Ersa. Sungguh gadis itu sangat polos. Julio berdiri dan memegang bahu Ersa. "Baiklah. Biar kuteruskan. Aku tentu tak akan memulangkanmu ke rumahmu jika kau sudah menjadi istriku,"

Ersa menatap Julio yang tubuhnya lebih tinggi darinya itu. "Istri? Kau sedang bermimpi, Sir?"

Julio menggeleng. "No, Sweety. I'm serious."

"Kamu bahkan nggak menanyakan apa aku memiliki seseorang kekasih atau tidak, Julio." ujar Ersa.

"Aku tak peduli dengan kekasihmu jika kau memang punya. Karna aku juga menyukaimu."

Kedengaran biasa tapi debarannya tidak biasa.

**✿❀ ❀✿**

Love With Possessive Mate's✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang