Jeno menambahkan, "Sudahlah, tidak usah dipikirkan."
Mereka sudah berdiri di depan gerbang sekolah. Hazel langsung memanjat pagar dan loncat ke dalam sekolah. Gio bergeming melihatnya, lalu ia menggeser pagar dengan mudah. Dahi Hazel berkerut tanda protes. "Kok bisa semudah itu? Memangnya tidak digembok? Bukankah seharusnya kita melompati pagar biar keren?"
"Bukan masalah keren atau tidaknya," Kata Gio setelah menutup gerbangnya kembali. "Tetapi gerbang ini terbuka jadi untuk apa repot-repot memanjat?"
Jeno menyahut, "Oh iya, pernah dengar tentang penjaga sekolah ini?"
Bianca terdiam, langsung berkutat dengan pikirannya yang merujuk pada makhluk itu—setan sekolahnya yang katanya masih sering menghantui murid-murid pada malam hari. Dan tentu saja ia jadi ingat Edric yang katanya menjadi teman dan penakluk setan itu. Hazel berpikir sejenak lalu menjawab. "Aku tadi sempat kesini, mengecek keadaan. Ada satu pertanda yang membuatku berpikir ada seseorang yang beraktivitas disini, di Areal Lucid. Tetapi saat aku mencoba mencari tahu, jejak menjadi dua. Aku memilih salah satu, dan aku malah mengikuti setan itu—"
Gio ikut memberikan respon, "Makhluk halus bisa saja keluar masuk ke Areal Lucid, seperti para Lucid Strangers. Tetapi siapa yang satu lagi?"
"Izalvedric!" Hazel memetik jarinya, wajahnya tampak senang.
"Tapi apa yang dilakukan Izalvedric di sekolah Bianca?" Jeno mengikuti Gio yang sudah mulai menyusuri jalanan masuk ke dalam lobi. "Maksudku, ayolah, Izalvedric akan memilih tempat yang lebih dari sekedar sekolah untuk bersembunyi. Atau malah, ia hanya bersembunyi di atap rumah setelah mencuri dari kamar Bianca." Kalimat terakhir Jeno langsung membuat Bianca bergidik.
"Bagaimana kalau yang mencuri bukuku bukan Izalvedric?" Bianca ikut menambahkan.
"Itu pasti dia." Jawab Gio.
"Kalian sedari tadi belum menjelaskan kenapa kalian begitu yakin ini ulah Izalvedric." Kata Bianca dengan terus terang. "Sejujurnya aku sendiri pun tidak ingat bagaimana wujudnya."
"Sistemku diretas dan tidak ada Lucid Stranger yang mampu meretasnya selain Izalvedric." Kata Gio.
"Mungkin Izalvedric membuatnya seperti itu agar kalian berpikir ia yang melakukannya, padahal itu hanyalah jebakan, sedangkan Izalvedric masih berada di Areal Lucid merencanakan rencana... lain." Bianca mengangkat bahu.
Pernyataan Bianca itu langsung membungkam Gio, dan membuat Jeno serta Hazel berpandangan. Dengan suara berat yang pelan, Gio memerintahkan dua saudara kembarnya, "Hubungi Asalyss."
"Tetapi Gio," Hazel melangkah ke depan Gio. "Aku benar-benar melihat Izalvedric disini. Serius, aku sempat menatap matanya dan dia panik."
"Hubungi saja, pastikan." Gio berjalan meninggalkan mereka. Otomatis mereka langsung mempercepat langkah, menyejajarkan langkah mereka dengan Gio. Sejauh ini Bianca tidak menemukan kejanggalan apapun, kecuali fakta bahwa Hazel membawa satu tongkat bisbol dan mengeluarkannya dari dalam tas untuk memukul sesuatu—ia tampak siap siaga. Jeno hanya berjalan di samping Bianca, dengan kepala yang terus menengok ke kanan kiri, waspada. Bianca ingin menanyakan apakah di dalam tas Jeno ada pisau samurai atau benda yang keren seperti pistol tetapi atmosfer udara diantara mereka berubah ketika mereka memasuki lapangan indoor sekolahnya. Gio tampaknya juga merasakan hal itu karena ia langsung terhenti. "Monster itu datang."
Satu hal yang terlintas di kepala Bianca adalah makhluk penghuni sekolahnya itu, tetapi dahinya berkerut ketika makhluk itu disamakan dengan sebutan 'Monster'. Seharusnya yang lebih tepat adalah 'Hantu' atau sejenisnya dan Bianca ingin tertawa ketika membayangkan ada monster di sekolahnya. "Serius? Monster? Yang benar saja."
YOU ARE READING
24H Adventures
FantasyNamanya Bianca Meidivia, gadis yang tidak tahu apapun mengenai masa lalunya karena ia kehilangan ingatannya. Cerita ini dimulai saat ia mengalami mimpinya, dan bertemu Lucid Strangers yang bergantian muncul di setiap mimpi-mimpinya. Ketiga Lucid Str...