Maap cuma sampe sini aja.Udah gak bisa lagi buat lanjutin hubungan sama lo. Sorry, one more lo jangan ganggu gue lagi ok
Sekelibat memori Zidan terulang kembali. Perkataan 'seseorang' itu kembali terputar jelas diingatan Zidan. Perkataan yang membuat dia terpuruk beberapa saat.
"Woi! Ngape lo." Seseorang menepuk pundak Zidan yang sedang melamun.
"Ngagetin aja lo!" Sumpah ini gue kaget beneran. "Udah ayok masuk, apa lo mau nungguin motor gue disini. Yaa, itung-itung belajar jadi tukang parkir." Sambungnya sambil meledek Acha.
"Sialan lo!" Acha mendengus. Sepertinya ini akan menjadi hobi baru Zaidan untuk meledek Acha.
"Udah sana lo masuk. Buang-buang waktu sih." Sambung Acha.
"Iya bentar. Lo tunggu sini!" Ujar Zidan kepada Acha.
Zidan pun masuk kedalam rumah omah untuk menemui wanita paruh baya itu dan mengambil hoodie milik Acha yang sempat ia pinjam.
Setelah menunggu beberapa saat. Zidan segera mengahampiri Acha yang tengah duduk di motor sport miliknya. Untung Zidan peka, cuaca diluar sedang terik jadi dia membawakan minuman dingin untuk Acha. _katanya biar adem_
"Udah kelar, ayok balik."
Tanla sadar, Acha kini tengah menatap lelaki di hadapannya. Bagaimana tidak, dia sudah menunggu lama, duduk dibawah matahari terik. Dan sekarang? Langsung ngajak pulang!
Oh my gosh! Yang benar saja, seengaknya kasih minum kek buat ucapan makasih. Ini engga? WHAT DE HELL.
"Cha, ayok naik berdiri aja, lo ga mau pulang apa?" Tanya Zidan
Sungguh, saat ini rasanya ketawa Zidan ingin pecah melihat raut wajah Acha. Kalian bayangkan ya! Muka kusut, pipi sudah seperti kepiting rebus. Lalu, Nafasnya sudah macam atlet lari maraton! Oh jangan lupakan, pipi yang bulat itu seakan siap meledak. DOR!
" LO ITU— " Nahkan benar. Siap-siap saja Zidan kena semprot sama Acha.
Sebelum Zidan kena semprot Acha. Dia segera mengambil minuman dingin yang tadi dia sudah ambil di kulkas omah-nya.
"Shut" ucap jaki santai sambil meletakan jari telunjuknya di depan bibir Acha. "Nih.. Gue tau lo haus kan? Minum." Sambungnya sambil menyodorkan minuman dingin.
Acha emosi. Tetapi, tetaplag mengambil minuman yang diberikan Zidan. Ternyata cowok ini peka juga. _pikir Acha_
Setelah itu, mereka langsung pergi dari rumah omah Zidan. Karena hari sudah mulau gelap. Dan jujur, Zidan sudah kelaparan jadi dia memutuskan untuk ke cafetaria dekat perumahannya.
Acha yang sadar ini bukan jalan menuju rumahnya. Menayakan kemana dia akan dibawak cowok gila ini. Tapi, bukannya dijawab malah dikacangin. Kasihan
Setelah sampai dan menempati bangku yang kosong. Zidan memesan kepada pelayan cafe. Tenang, Zidan gak lupa kalau dia membawa Acha. Jadi, dia memesan makanan dua porsi untuknya dan juga Acha.
"Mba, Nasi goreng special dua, jus mangga satu—" Zidan melirik ke arah Acha yang sedang bermain ponselnya itu. "Cha, lo mau minum apa?"
"Coffe latte aja." Jawab Acha seadanya.
"Sama coffe latte satu." Pelayan pun segera mencatat pesanan Zidan dan pergi dari dari mejanya.
Setelah Zidan memesan makanan, ia pun langsung menatap acha yang duduk di hadapannya dan sedang menahan kesal karna ulah jaki tadi di depan rumah nenek nya jaki
" gausah cemberut jelek. Kayak badut ancol." Hibur Zidan. Yaa, Dia gak enak hati juga karena sudah membuat Acha menunggu tadi.
" bodo."
" yah mulai kan drama ceweknya. Iya deh gua minta maaf udah kelamaan tadi."
"Iya."
" maafin dong! Masa ga di maafin kan gue udah traktir makan."
"Berisik!"
Zidan yang sedari tadi meledek acha tidak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka dari arah luar cafe.
Tatapan yang susah dijelaskan. Dan, dia misterius. Entah kenapa aura dari seseorang ini agak berbeda. Seperti ada yang salah disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend
Fiksi Remaja[ FOLLOW AKUN INI DULU SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA VOTE!! ] Bagaimana jadinya ketika teman kecil menjadi bagian yang paling berharga? teman kecil menjadi orang yang paling kalian cintai dan sayangi? Tetapi, semesta seolah sedang mempermainkan pe...