Saat itu, mereka semua duduk berkumpul di ruang kantor Singto yang luas. Beberapa duduk di sofa, beberapa berdiri. Semua mata tertuju pada seorang remaja yang duduk berputar-putar di kursi kerja ayahnya. Walau semua tatapan mata tertuju padanya, si remaja tampak acuh dengan sekelilingnya.
Bagi orang-orang yang tidak mengenal Kongpop dengan cukup baik, dia tampak seperti remaja yang cuek dan tidak mau peduli dengan sekelilingnya. Tetapi keluarganya sepenuhnya sadar bahwa Kongpop sedang berusaha keras untuk meredakan kegelisahannya sendiri. Dengan mengabaikan sekelilingnya, dia bisa memblokir pandangan sayang yang dibalut rasa cemas yang kental. Jujur saja, kecemasan keluarganya terasa sangat menyesakkan.
Mereka semua sedang menunggu kedatangan Khun Isaree dan pengacaranya. Kemarin, Ice telah menelepon sang pengacara dan mengatakan mereka menolak untuk menyetujui penarikan kembali adopsi. Akan tetapi, jika Khun Isaree bersedia, dia dapat bertemu Kongpop hari ini.
"Khun Singto, tamumu sudah datang. Mereka menunggu di boardroom." Jan dengan sopan memberi tahu.
"Kongpop, apakah kamu sudah siap, Nak? Atau kamu ingin membatalkan pertemuan ini?" Singto dengan hati-hati bertanya pada putranya. Tangannya bergerak merapikan poni Kongpop.
Kongpop memandang ayahnya. Matanya menunjukkan keraguan, tetapi dia lalu mengertakkan giginya dan menjawab, "ayo kita lakukan saja!"
"Aku ingin kalian semua tinggal di sini," tiba-tiba Krist berkata.
"Tapi Khun Krist, aku pikir itu tidak bijaksana. Biarkan aku menemanimu." Ice memotong.
"Ya, Krist, kami ingin berada di sana. Bagaimana jika terjadi sesuatu?" Tuan Ruangroj tua menambahkan.
"Tidak akan terjadi apa-apa, Papa," Krist tersenyum, "Tolong Khun Ice, biarkan kami bertiga bertemu dengannya terlebih dahulu!"
Kemudian semua orang hanya bisa mengangguk ketika pasangan dan putra mereka meninggalkan ruangan.
---
Sebelum mereka memasuki ruang rapat, Krist memegang lengan suaminya, "tunggulah di ruang meeting kecil."
"Mengapa?" Singto mengernyitkan dahi, bingung dengan tindakan suaminya itu.
"Aku ingin menghadapinya sendirian."
"Apa kamu yakin, sayang?" Singto menatap lekat mata suaminya. Mencoba mencari tahu apa rencananya. Dia tidak menemukan apa pun. Tetapi dia selalu percaya pada penilaian suaminya. Tanpa keraguan sedikitpun. Dan dia akan melakukannya sekali lagi, sekarang juga, menaruh kepercayaan penuh pada keputusan Krist. Jadi dia menarik tangan Kongpop untuk memasuki salah satu ruang meeting kecil di samping boardroom.
Begitu Singto dan Kongpop menghilang dari pandangannya, Krist menegakkan badannya. Bahunya ditarik dan dengan mantap dia membuka pintu dan masuk.
"Halo Khun Isaree, Tuan Batten, aku Krist, Papa Kongpop."
"Halo Khun Krist. Di mana dia?" Isaree sesungguhnya adalah wanita yang sangat cantik. Di awal usia tiga puluh tahun, dia tampak lebih muda dan bergaya. Krist sadar siapa yang dia hadapi. Wanita ini telah berjuang sepanjang hidupnya dan menang. Tidak akan mudah untuk bersaing dengan wanita ini.
"Dia akan segera datang. Tapi bisakah kita bicara? Berdua saja." Krist memandangnya sebelum melirik si pengacara. Sang pengacara itu segera menggelengkan kepalanya tetapi Krist bisa melihat keingintahuan tergurat di bola mata Isaree.
"Tentu saja." Senyum penuh percaya diri muncul di wajah wanita itu. "Apakah ada tempat di mana Tuan Batten bisa menunggu?"
"Isaree ....," Tuan Batten mencoba berkata tetapi dia segera dipotong oleh Isaree.
KAMU SEDANG MEMBACA
[One-shots] The Family - Terjemahan
General FictionKangen tidak dengan Love Sight? Masih ingin tahu kehidupan tokoh-tokohnya lebih lanjut? Temui keluarga yang sedikit "gila", saling menyayangi dan sangat akrab, Ruangroj-Sangpotirat dan keluarga besar mereka. Ini adalah kumpulan kisah sehari-hari kel...