E M P A T

47 3 0
                                    

Perjalanan pulang ke rumah saat ini adalah titik terpuruk yang pernah dirasakan oleh sang pemilik hati beku. Bagaimana tidak, salah satu dari mereka kenapa tidak menjelaskan jika ia akan sekolah disini setidaknya hanya sebuah pesan teks jika ia memang akan bersekolah disini.

Sekiranya sekitar 20 menitan sudah sampai di Rumah dan selama waktu itu ia sudah banjir dengan airmata sehingga mata nya sembab. Bagaikan tuan putri yang baru saja dilahirkan, semua karyawan tunduk sekiranya saat melihat seorang perempuan memakai baju putih yang dimasukan ke celana hitam panjang dengan jaket yang menggantung di pundak dipadukan dengan rambut sebahu dan segelas kopi pahit kesukaannya.

Ia hanya melihat sekitar nya. Sepi. Sunyi. Dan hanya ada karyawan yang membersihkan jikalau rumah itu kosong. Kolam renang yang tenang bagaikan Rumah ini. Hanya cahaya dan foto-foto kenangan yang ada di rumah ini.

Ia melihat bagian kiri tepatnya di dinding rumah itu. Terlihat sekali ada sepasang kekasih yang baru saja menikah di pasang begitu saja di dinding. Rindu. Reflek hati mengatakan itu. Tidak ada yang sadar sebulir air mata jatuh di pelupuk mata nya.

Ia melihat bingkai foto terpasang di meja dengan vas bunga saat itu ia melihat neneknya serta ayahnya saat di London foto bersama dengan cucunya dan dibalik foto itu ada secarik tulisan  'Hari pertama yang indah saat Tuhan mempertemukan ku dengan cucuku, dan saat itu juga Tuhan mengambil anak ku. London 1999'  Tangis pecah sudah saat ia membaca kalimat itu. Ia lari menuju kamar nya dan tidak usah dipungkiri lagi ia menangis sejadi-jadinya. Dan tidak lama dari itu ia sudah terlarut tidur. Dengan keadaan yang sudah terlarut dalam keadaan, menyalahkan Tuhan dengan alasan tidak seharusnya dia harus memiliki nasib seperti ini.

                                💌

Bagaimana rasanya jika kau tahu kenangan yang lalu bermunculan begitu saja tanpa disengaja, kenangan indah begitu pilu jika kita tahu ia tak akan datang lagi kepada kita begitu pun dengan perempuan ini.

Embun di pagi akibat semalaman hujan deras datang begitu saja, bau tanah akibat hujan sangat sedap untuk dihirup, ia terbangun dari tidurnya yang begitu lelap jam menunjukan pukul 8 pagi saat itu, saat memandangi handphone nya sudah '27 missed call Dad' dengan mata yang sudah membesar dengan bulatan hitam bak mata panda. Jika ia harus balik ke London. Maka detik ini pun ia akan pergi ke bandara. Tapi tidak bisa. Ada seseorang yang harus ia pertanggung jawabkan. Neneknya, salah satu harapan ia harus hidup.

Saat ada pesan masuk ia hanya mengeryit dahi nya jika ia harus melakukan sebuah aktivitas selama di Indonesia.

From: Dad❤

Alea kalau kamu ingin ke Rumah Sakit silahkan ke Rumah Sakit, jika tidak. Tidak apa-apa. Kamu bisa berdiam diri di rumah. Atau ke Kedai Kopi milik nenek dekat dengan Rumah Sakit. Karna Ayah yakin kamu pasti akan suka jika kesana. Jika kamu pergi. Nanti telfon ayah ya. Love you

To my darling Daughter Alea❤

Saat ini hanya satu yang ada dipikiran nya. Pergi ke kedai toko kopi milik Neneknya.

                               💌

Saat meranjak dari kasurnya ia melihat ada sebuah gitar. Tergantung di dinding. Indah. Itu saja yang hanya pertama diucapkan seketika. Sedih saat ia tau jika itu salah satu Gitar kesayangan ibunya. Ia mengambil gitar nya dan ada sepucuk surat dan foto ayah dan ibunya sedang bermain musik bersama. Ayahnya yang sedang memakai baju tuxedo dengan dasi kupu-kupunya sedang bermain piano sungguh "Tampan". Satu kata reflek diucapkanya.

Ibundanya yang sedang memainkan gitar sungguh anggun dengan memakai dress merah. "Ingin ku berada ditengah-tengah mereka. Walau hanya satu menit saja." Bulir air mata. Lalu ia membaca sepucuk surat yang sudah berdebu.

14 Februari 1997, Bali

Saat ini aku berasa menjadi wanita seutuhnya. Saat ia melamar ku menjadi kekasihnya seumur hidupnya. Tuhan jika memang ini hari bahagia ku selama ini. Jangan engkau mempercepat waktu. Biarkan ia melambat seperti angin yang membawa daunnya jatuh begitu saja. Tuhan jika ini hari bahagia ku, ku hanya mampu bersyukur, jika aku hanya mencintai kopi pahit. Aku pastikan hari ini aku akan mulai mencintai dan meminum kopi yang paling manis yang ada dikedai ibuku. Karna hidup tidak semuanya akan ada kepahitan. Pasti ia akan ada sedikit manis. Walau hanya sepercik bak tak terlihat oleh mata. Terimakasih untuk semuanya. Aku terima lamaran mu 'Gaviz Arkan'

Amanda Azelea 23 tahun yang akan resmi menjadi istrinya Gaviz Arkan.

Ah manis sekali bacanya. Ia menyimpan suratnya di tas. Dan membawa gitar nya ke kedai neneknya.

"Sir bisakah kau mengantar saya ke kedai milik grandmother please" yup dia si pehati beku udah rapih tentunya. Mata yang hitam bak mata panda sudah ia hilangkan. Yang hanya ia pakai sekarang hanya sweater dengan celana pendek diatas dengkul.

"Siap non alea. I can bawa you ke kedai milik nyonya" pak supir membuka kan pintu mobil belakangnya

Kata siapa sang pehati beku tidak rapuh. Ia hanya bermain dengan keadaan dan ternyata ia serapuh bak kayu yang sudah dimakan oleh rayap. Seorang anak 0,1/10 tidak pernah merasa apa arti tulusnya seorang ibu.

Black HoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang