prolog

54 7 3
                                    

Rumah bukan lagi tempat berpulang untuk anak anak yang benar benar sudah patah. Sudah rusak. Sudah hancur.

Hari libur bagi sebagian besar orang hari yang dinantikan. Sekedar bercengkrama diruang tv bersama keluarga. Atau berbagi tugas mengerjakan pekerjaan rumah menjadi ringan. Menyenangkan bukan?

Lain hal dengan seorang anak yang bahkan sudah melupakan hari libur. Semua hari baginya sama. Tak ada hal yang spesial atau menarik untuk ditunggu.

Tak lagi di-peluk, di-manja, dicium saat ingin tidur, ditenangkan saat menangis. Mereka sibuk dengan lukanya dengan masalahnya, melupakan ada seseorang yang membutuhkan kasih sayang. Ada seorang anak yang menjadi korban.

Seorang anak hanya mampu diam seribu bahasa, berdoa agar semuanya berubah esok hari. Ia mengerti, tak semua masalah mampu disuarakan. Diam, diam menangis.

Meski pada akhirnya tak ada satupun doa yang berhasil terwujud. Sebab semuanya benar benar hancur.

Yang ia masih percaya, tuhan tau batasan kekuatan individu. Sama hal nya kita? Iya, kita anak anak yang merindukan harmonisnya sebuah keluarga. Kita adalah kuat. Kita bisa.

Kalau kamu tetap berdiri sejauh itu? Selamat. Kamu berhasil mewujudkan bahwa anak anak broken home mampu hidup bahagia.

• • • • •

Ini sebuah kisah masa lalu diri dipadukan dengan orang lain. Tentang kita yang tetap kuat berdiri menerjang badai yang seolah tak ada hentinya menerpa.

Ini juga, tentang kamu. Manusia penyemangat hidup seseorang. Sesederhana, melihatnya tertawa.

Tak perlu dikasihani sebab semua badai pada akhirnya akan berlalu. Hanya menunggu waktu, apa kamu mampu?

TasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang