Acara makan malam berjalan biasa tak ada yang istimewa. Hanya obrolan kecil. Meskipun terkadang tasya tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan baik ayah tirinya maupun ibundanya.
Restoran yang kini dikunjungi tasya terbilang mewah, ber nuansa italia. Diluar gedung berhadapan langsung dengan pemandangan yang juga luar biasa, ditambah suasana live musik yang menambah kenyamanan.
Selesai menyantap, Tasya mendoorng kursi dan beranjak keluar ruangan. Menghirup udara sejuk sambil memejamkan mata. Ia memang suka menikmatinya demikian. Berharap angin yang menerpanya ikut membawa kehidupan tasya yang hancur. Ia selalu ingin yang terjadi hanya sebuah mimpi ketika bangun ia akan hilang. Berulang kali ia mencoba nya, hal ini memang nyata.
Malam berganti pagi.
• • • • •
"Sya, dicariin Zain diluar" Tasya beranjak dari kursinya.
Zain Alfarizky. Mantan pertama dan terakhir yang berujung teman. Juga most wanted sekolahnya, hobbynya cari sensai, tapi bisa dibilang ganteng nya bikin jatuh hati.
Tasya hanya menautkan alisnya seakan bertanya kenapa lewat gestur tubuh.
"Bantuin gue masang spanduk, lu yang komadoin gue yang pasang sama Moka." Jelas Zain dengan maksud kedatangannya.
"gue izin dulu" Zain mengangguk mengerti.
"Eh Bob, gue izin ya mau pasang spanduk sama lanjut latihan drama keknya" Yang disebut mengacungkan jempolnya.
• • • • • • •
"kekiri mok, lu zain agak kanan dikit" Komando Tasya.
"kanan bego zain!" Gerutu Tasya, kesal.
"sans sya, jan ngegas. Gitu gitu mantan elu" Sahut Moka.
"bacot!" Ancam Tasya.
"eh iya ampun-ampun mba sekbid acara. Udah deh, ini lurus belom?"
Tasya menatap serius spanduk di depannya.
"udah bagus, buruan turun. Lo umumin suruh anak-anak latian drama" Seru Tasya.
"lu pms ya sya?" Tanya Zain, sok polos.
"pms gue ga kaya gini bege, udah buruan gue pusing semaleman mikirin jadwal acara" Sarkas Tasya.
"pms nya aja ga gini, gimana kalo pms coba" gerutu Moka.
"Moka sumpah gue lagi kesel sama lu. Mana tadi malem gue vc lo ga di-angkat gue lagi butuh saran lu anjir. Gue bunuh juga elu lama-lama" Ketus Tasya.
Moka merogoh kantongnya mengambil ponsel pipih. Meng-aktifkan data, membuka applikasi whatsapp.
"wah anjir lu nyampah di wa gue ampe ratusan. Apaan lu nelfon cuman beberapa menit matiin juga"
"gue ga suka nunggu kalo lima menit ga diangkat ya matiin lah. Ibarat, ngapain gue ngejar yang ga mau dikejar. Idih ogah gue sih" Jelas Tasya, menghentakan kaki kemudian keluar ruangan meninggalkan kedua temannya terpaku.
"dia curcol zay?" Tanya Moka memperjelas situasi.
"mana gue tau" Sahut Zain.
• • • • • • • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasya
RomanceAnggaplah hidup seperti sebuah permainan tidak perlu menang yang penting menyenangkan.