bagian empat : new house

8 0 0
                                    



menikah, ada yang bilang menikah itu adalah menjalani kehidupaan bersama orang yang kita cintai..bersama-sama menaiki bahtera rumah tangga dan berjalan bersama menuju syurga-Nya.

aku, di usiaku yang ke 17 tahun aku telah menjadi istri sah seorang Akmal. kami berdua harus menjalani hidup bersama, meskipun hanya aku saja yang menyimpan rasa terhadapnya.

ayah, keadaannya sudah mulai membaik. setelah ijab qabul itu, ayah jatuh pingsan. keadaannya memburuk dan sekarang ia sudah mulai membaik. kata dokter, ada kerusakan di bagian kepala ayah akibat benturan yang cukup keras.

aku dan kak Akmal. kami berdua bersama-sama pulang ke Jakarta. karena kami juga harus masuk kelas.

"kak, setelah sampai di Jakata, aku akan pulang ke rumah..." pintahku pada kak Akmal yang sedang duduk di sampingku, ia mengangguk pelan.

"tapi, sebelum itu kamu harus ikut aku..kita sama-sama liat rumah itu dan kita harus take a picture, agar mereka semua taunya kita tinggal bersama.." jelasnya, aku mengangguk

benar-benar skenario yang luar biasa. aku sadar, pernikahan ini hanya sebuah simbol. meskipun secara agama aku resmi menjadi istrinya, tapi secara hukum kami belum sah menjalani hubungan ini.

sampai kapan drama ini berakhir, apakah sampai ayah meninggal? atau? hanya Allah dan mereka yang membuat skenario ini yang tau. aku hanya pemeran pembantu dalam drama ini.

kini aku duduk tepat di samping kak Akmal, ia nampak sangat lelah. aku tidak tau harus berucap apa agar kami bisa kembali membuka pembicaraan. aku menatapnya lekat, ia tertidur pulas.

"jangan melihatku seperti itu" pekiknya dengan mata yang masih tertutup, tentu saja aku kaget..wajahku memerah. aku kembali menoleh ke arah jendela dan melihat betapa indahnya awan ini jika di lihat dari atas.

"maaf..." lirihnya, sontak aku menengok ke arahnya.

"kenapa?"

"bukan apa-apa..tidurlah, perjalanan masih 30 menit lagi" sambungnya. matanya masih setia tertutup.

***

Jakarta, kami kembali.

kini aku dan kak Akmal masih berdiri sambil menunggu jasa taksi yang akan mengantar kami ke rumah itu, rumah kami berdua.

"tunggu sebentar,ya. taksinya lama banget.." pintahnya.

"ia..ga apa,kok"

"eh..itu taksinya, ayo" ketusnya, lalu mengambil tasnya dan menahan taksi itu.

kami pun berada dalam mobil taksi itu, aku membuat jarak antara kami . dalam pikiranku, aku masih belum bisa menerimanya sebagai mahramku, bukan maksud apa-apa..hanya saja ini pertama kalinya aku harus duduk bersama lawan jenis.

"mau kemana,dek?" tanya sopir, segera Akmal memberikan selembar kertas berisi alamat tujuan. sopir menangangguk mengerti.

aku sedikit gugup untuk datang ke rumah itu, meskipun ini hanya pura-pura..tapi cukup membuat jantungku meledak. aku merasa bahwa diriku yang sekarang,bukan lagi seorang siswa SMA. melainkan seorang istri yang mendapatkan hadiah dari suaminya.

aku gugup, terasa seperti mimpi bagiku. tak pernah terbayang dalam pikiranku untuk memiliki hubungan seperti ini bersama kak Akmal, secara nyata. karena biasanya, hal ini hanya sebatas khalayan belaka.

***

kini kami berdua telah berdiri di depan rumah tujuan, untuk memastikan rumah ini benar rumah kami, kak Akmal mengambil fotonya dan mengirim via WA pada ayahnya. ternyata kami benar, ini benar rumah itu.

"ayo,Rin. ini rumahnya" pintahnya, aku mengangguk sambil mengikuti langkahnya.

dengan perlhan, ia membuka rumah pintu rumah itu dan melangkah masuk kedalamnya, sementara aku..aku masih berdiri di depan pintu. menatapnya dari kejauhan.

"ada,apa?" tanyanya

"kak..aku, huuft.." ujarku, tak tau harus berkata apa lagi

"tak apa, nanti kamu akan terbiasa..ayo, masuk!" sambungnya lagi, ia tersenyum.

apakah senyuman itu juga bagian dari skenario mereka? aku tidak tau. dengan berani, aku masuk ke dalam rumah itu, mengikuti setiap langkahnya. ia menjelajahi sudut demi sudut ruangan, tentu saja aku mengekor di belakangnya.

"rumahnya besar juga,ya? aku suka..kalau kamu?" sahutnya.

entah mengapa, ia nampak tenang dengan keadaan ini. meskipun ini hanya sebuah skenario

"hmm..aku juga suka." jawabku

"aku mau pulang!" pekikku, spontan ia menoleh ke arahku, alisnya mengangkat sebelah

"ini perjanjian tadi, setelah aku sampai dan kita mengambil gambar, aku akan pulang ke rumah" sambungku lagi, ia menghembuskan nafasnya dalam

"baik..biar aku mengantarmu" jawabnya, dengan nada pelan.

"tidak usah, aku akan naik taksi dari sini..lagian kak Akmal sekarang ga punya mobil atau motor, dan kalau kak Akmal nganter saya sama saja kak Akmal menghabiskan uang itu dengan sia-sia" sahutku dengan alasan yang cukup meyakinkan bagiku.

"tidak..aku akan tetap mengantarmu..izinkan aku!" ujarnya memohon.

sebenarnya, aku tidak begitu kenal dengan daerah ini. terlalu asing bagiku. tak ada pilihan lain selain menerima tawarannya


CatrienWhere stories live. Discover now