bagian tiga : "kejadian tak terduga, part 2''

9 0 0
                                    



pagi ini, aku masih berada di Jogja. keadaan ayah belum kunjung membaik, sehingga aku dan ibu masih harus menemani beliau hingga sadar. aku dan juga kak Akmal tidak akan masuk sekolah selama seminggu.

kecelakaan yang terbilang cukup besar itu telah memakan lima korban, ayahku dan juga ayah kak Akmal adalah dua di antara korban itu. tiga hari, ayah tak kunjung sadar dari komanya, sementara ayah kak Akmal sudah sadar beberapa jam yang lalu.

hari ini, aku tidak bisa mengunjungi ayah di rumah sakit, di karenakan kondisiku yang kurang sehat. aku berdiam diri di apartemen dekat rumah sakit itu.

aku duduk sambil memegang ponselku yang akhirnya berdering, ibu meneleponku. sesegera mungkin aku mengangkat telpon darinya

"assalamualaikum..ma, ada apa?" tanyaku to the point

"waalaikumsalam..nak, cepet ke sini..ayah kamu udah sadar, dan ayah pengen ngomong sesuatu sama kamu.." jelasnya

"i..ia,ma. aku segera kesana..assalamualaikum" ucapku dan langsung beranjak dari tempat tidur.

tak pusing dengan penampilanku, aku hanya memakai kardigan biru dan rok hitam yang menjulur ke bawah, dengan jilbab pasang hitam yang menutupi rambutku.

aku berjalan dengan langkah cepat, di koridor rumah sakit ini tentu sulit bagiku untuk berlari. sebab banyak pasien yang lalu lalang dibawa oleh seorang perawat.

dengan nafas yang tak karuan, aku berdiri di depan pintu kamar ayah..dari luar aku bisa melihat ada ibu, dan kak Akmal juga keluarganya. aku mengatur nafasku dan membuka knop pintu perlahan.

"assalamu'alaikum.." sapaku, mereka semua menjawabnya.

aku berlari dan langsung memeluk tubuh ayah, tak sanggup menahan air mata..aku pun menangis di pelukannya. tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut kami berdua, sebab tangisan sudah mengisyaratkan bahwa kami berdua saling merindu.

"ayah.." lirihku, aku mencium pipinya dan melepas pelukan antara kami.

"nak..ayah punya satu permintaan untuk kamu.." ucap ayah dengan suara yang cukup parau, aku mengangguk.

"ayah sayang sama kamu, ayah pengen liat kamu bahagia,nak. tapi melihat kondisi ayah yang tak kunjung membaik ini..ayah tidak yakin bisa melihat hari bahagiamu,nak." pintahnya, aku menggeleng.

"tidak..ayah pasti akan melihat hari itu, hari dimana Catrien bahagia, dan satu hal yang salah, aku sudah bahagia bisa hidup sebagai anak ayah dan juga ibu..jadi, ga ada alasan buat ayah untuk bilang seperti itu.." ucapku

"ayah tau itu,nak. tapi, bukan itu maksud ayah..ayah ingin melihat kamu menikah,nak." sambung ayah lagi.

aku kaget, apa tak ada permintaan lain selain harus menikah? kenapa harus sekarang,ayah?

"ta..tapi..aku kan masih sekolah,ayah..Catrien masih kelas dua, dan ini masih semester pertama Catrien di kelas dua ini..Catrien bingung,ayah.." ujarku, aku melangkah mundur. aku melihat wajah mereka satu persatu..ibu dan yang lainnya, mereka menundukkan kepala. aku menggeleng keras dan langsung berlari meninggalkan mereka semua.

kali ini, aku tidak lagi memperdulikan pasien yang sedang lalu lalang itu. aku marah, marah pada diriku sendiri. kenapa aku harus menerima kenyataan sepeti ini? aku tau, menikah adalah salah satu kewajiban semua muslim.

aku terus berlari dengan air mata yang tak hentinya keluar dari kelopak mataku.

di taman rumah sakit aku duduk di bangkunya, menangi mengingat wajah ayah, meningat semua yang ia katakan barusan. aku menundukkan pandangan sambil memegang kepalaku.

CatrienWhere stories live. Discover now