"Jika di ibaratkan sebuah tumbuhan, aku masih berupa tunas.
"Aku sudah bisa tengkurap. Hari- hari masa kecilku semakin suram, saat ayah brengsek ku selalu membawaku keruangan kerjanya yang suram dan menyedihkan. "
"Diriku yang kecil ini, meskipun baru tiga bulan lebih aku sudah bisa tengkurap dan mengambil apa yang ada di dekatku. Uuh rasanya sesak perut kecilku jika terus tengkurap seperti ini. "
"Untung ada Kushina, ibu asuhku yang cantik dan perhatian"
"Tuan putri pasti kesepian, bagaimana kalau kita jalan-jalan. "
Kushina segera menggendong Naruto, dan di tidurkan di box bayi setelah itu ia mendorongnya keluar Manshion yang luasnya seperti stadion sepak bola.
Naruto hanya menatap malas, dia asik melamun, sampai tak sadar jika ayah brengseknya sudah berdiri di depannya.
"Dulu kala ibu cantiku Yamanaka Ino, putri mendiang mentri negara, jatuh cinta pada ayah jelekku ini, dan dengan suka rela dia menyerahkan tubuhnya pada si brengsek itu dan jadilah aku. Ibuku itu sangat hebat, di saat ayah jelek, brengsek dan mesum ini, menyuruhnya untuk menggugurkanku, dia hanya diam kemudian ia memutuskan keluar dari istana megah dan tinggal di rumah kushina yang sederhana, dia melahirkanku di sana, sayangnya dia meninggal saat mempertahankanku dari ayah brengsekku yang berusaha membunuhku, mengingat itu perasaan benciku pada si brengsek makin menjadi-jadi, ngomong -ngomong soal ibu, ibu pasti sedih saat mendengar aku mati di tangan orang. "
"Kushina, kenapa bayi ini menghindari tatapan ku? " tanya Madara.
"Aku sedang marah padamu brengsek. Dan jangan tanya aku sialan. "
"Mungkin tuan putri tengah kesal, atau pun bosan. " jawab Kushina.
"Jadi kau pikir aku yang membuatnya begitu? "
"Bukan seperti itu tuan? "
"Ya. Ya. Ya. Aku tahu. "Ucap Madara, sambil menatap Naruto tajam.
"Hei brengsek, berani- beraninya kau memarahi kushinaku, dan juga kenapa kau melotot seperti itu. Matamu mau ku congkel dengan jari-jari ku yang tajam. "
Tiba -tiba Madara tertawa pelan, membuat Naruto jengkel.
"Matamu mirip sekali dengan pelacur itu, ingin ku congkel saja. ''
"Kau menghina ibuku pelacur, dan kau tidak lebih dari seorang germo. " batin Naruto denga berapi -api.
Madara , langsung menggendong Naruto. Dan membawanya jalan-jalan, di buntuti oleh Kushina di belakangnya sambil mendorong roda bayinya.
Sementara itu Madara berhentu di bawah pohon palem, yang sisi- sisinya di tumbuhi berbagai bunga cantik.
"Badanmu berat juga, meskipun kecil bagai ulat bulu. "
"Sialan, kau ngomong suka seenak jidatnya. Kau harus tahu ayah sialan, kau sama saja dengan menghina gadis imut sepertiku gendut. "
"Hei ulat hidup, kau tahu. Bunga- bunga ini ibu jelek mu itu yang menanamnya, beberapa kali aku menyuruh tukang kebun menghancurkannya, dan bunga itu selalu tumbuh lagi. "
"Itu azabnya untuk laki-laki sialan sepertimu. "
Madara tiba-tiba tertawa membuat Naruto mengernyit dan membatin.
"Dasar ayah gila. "
"Ibumu telah mengutukku dengan hadirnya dirimu dan bunga- bunga itu, maka dari itu bertahanlah dan terus hidup sampai dewasa. "Ucap Madara, lalu dia mengecup kening Naruto dengan lembut.
Madara menyimpan lagi Naruto, pada roda bayi yang di dorong kushina.
"Aku kembali kekantor, masuklah cuacanya mulai dingin. "
"Baik tuan. "
Naruto hanya menatap kepergian Madara dengan sedih.
"Kenapa aku jadi melow, seharusnya senangkan iblis itu minggat..... Aaaghhgg jadi pingin kentut. "
"Bruuuuthhh. "
"Eh. "
"Khe khe khe, tuan putri kentut ya. "Ucap Kushina, diselangi tawa kecilnya.
Wajah Naruto agak memerah, entah kenapa di mata kushina dia terlihat seperti mau menangis.
"Chup-chup -chup, "
Tanpa kehendak hatinya, tiba-tiba Naruto menangis.
"Uh tuan putri sepertinya masuk angin, Ayame tolong ambilkan minyak angin . "
"Baik Nyonya Kushina. "
®®®®®®®®.
""Ngantuk berat, tapi mata tak mau terpejam. Hah pintu terbuka, jangan-jangan itu ayah jeleku. Aku pura-pura tidur seperti biasa, kalian harus tahu sekarang usiaku sudah enam bulan dan aku sangat bangga karna sudah bisa duduk, meskipun masih sering tumbang karna tangan biadab ayah brengsekku. "
"Hei, bocah idiot aku bisa melihatmu belum tidur, buka matamu sekarang juga, atau ku jadikan gulai. "
"si kepala landak ini benar-benar ya. "
Naruto masih menutup matanya, meskipun kedutan terlihat di jidat mulusnya.
Madara gak kehilangan akal untuk mengganggu bocah, yang entah sejak kapan membuat Madara, melupakan segala permasalahan, meskipun pada awalnya dia menginginkan untuk membunuh darah dagingnya itu.
Dia menempelkan ujung rambut landaknya pada hidung mungil Naruto, sehinga gadis kecil itu bersin berkali- kaki dan yang terakhir Naruto menyembur Madara dengan ingusnya.
Madara memejamkan matanya ketika mendapatkan hadiah kecil, dari ulat ranjang itu, sedangkan Naruto ia menggosok gosok hidungnya sambil bergumam dalam hati.
"Sialan, siapa suruh ganggu tuan putri tidur, dapat hadiah tahu rasa. "
Naruto hanya menatap Madara dengan wajah tanpa dosanya, sedangkan Madara dia sudah ingin memakan Naruto hidup- hidup.
"Maaf ya baru up.... Malasnya minta ampun....
KAMU SEDANG MEMBACA
Daughter Of the Emperor(slow Update)
Humor"Rasa sakit itu akan terus terbawa, sampai ia di lahirkan lagi di kehidupan selanjutnya. " Note. "BUKAN PLAGIAT. HANYA TERINSPIRASI.