Chapter 2

177 8 0
                                    

Aku kembali ke tenda untuk persiapan sholat Magrib dan masak. Tidak bisa kusembunyikan perasaan bahagiaku setelah private dengan Kak Rayan. Aku terus mengembangkan senyum.

"Kamu kenapa ih senyum-senyum?" Marsha keluar dari bilik sehabis wudhu.
"Kesambet gue."
"ih hati-hati kalo ngomong, disini banyak." langsung kuserahkan mukenahnya kemudian kami berjalan menuju masjid.

Usai sholat, aku dan Marsha menuju dapur. Sudah ada Kak Riri, Kak Ica, dan Kak Fandi terlihat sedang memotong-motong bawang dan lain-lain.

"Kakak-kakak, masa tadi si Inne senyum-senyum sendiri pas abis wudhu." Marsha memecah hening. Aku kembali mengembangkan senyum dan mengelak
"waduh, ada yang cinta lokasi deh kayaknya." Goda Kak Ica. Aku terus mengelak.
Untungnya Nada datang dan mengalihkan pembicaraan. Selang beberapa menit setelah itu, senior-senior beranjak dan pergi mengecek tenda putra.

Sholat Isya, seluruh peserta kemah beserta bina damping berkumpul di aula untuk satu pertunjukan dance yang mirip-mirip Jabbawockeez. Semuanya bertopeng. Aku duduk di samping Marsha. Marsha dan teman-teman lain terus berteriak kagum. Selama pertunjukan, aku tidak fokus. Aku mencari-cari sosok Kak Rayan, tapi tidak ada. Ah mungkin lagi sibuk di belakang. Pikirku. Akhirnya kuputuskan untuk fokus ke pertunjukan mas-mas Jabbawockeez kawe sekian yang sedari tadi memukau Marsha. Saat fokus, seketika aku juga ikut berteriak. Entah kenapa. Setelah selesai pertunjukan, mereka membuka topeng. Dan Kak Rayan ada disana. KAK RAYAN ADA DISANA. Rasanya aku mau meneriakkan namanya. Sedikit menyesal kenapa tidak fokus sedari tadi kalau tahu salah satunya ada Kak Rayan.

---

Ketika istirahat di tenda, aku dan teman-temanku saling bertukar cerita sambil memandang langit-langit tenda. Tidak bisa lagi kupendam. Kuceritakan semua kejadian tentang Kak Rayan. Mereka penasaran dengan sosoknya. Mereka bilang aku jatuh cinta. Padahal tidak begitu. Aku sadar umurku dan Kak Rayan pasti terpaut sangat jauh. Saat itu aku masih kelas 1 SMP dan Kak Rayan kira-kira kelas 1 SMA. Tapi di hari-hari berikutnya, aku terus menceritakan pertemuan-pertemuan tidak sengajaku dengan Kak Rayan pada mereka. Mereka semakin yakin kalau aku jatuh cinta. Tapi aku tidak. Bukan hanya Kak Rayan. Aku juga menjadi akrab dengan Bunda. Katanya aku lucu entah dari sisi mana.

H-2 berakhirnya jambore. Hujan lebat mengguyur bumi perkemahan saat kami ada pembelajaran di aula. Kami berlari menyelamatkan apapun yang masih ada di dalam tenda. Terutama barang-barang pribadi kami, bahan dan alat masak. Semua kami pindahkan ke dalam ruangan kelas yang ada di pinggir bumi perkemahan.

Sebatas Patok TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang