Chapter 8 - Ending

160 4 0
                                    

Waktu bergulir begitu cepat. Aku kini sudah kelas 2 SMA. Bunda tiba-tiba menelponku. Memberitahu kalau besok Kak Rayan akan melangsungkan pernikahan. Aku kaget sekagetnya.

“Kamu cemburu ya? Rayan dulu memang sering cerita tentang kamu. Puji-puji kamu, bahkan sering bilang ‘pokoknya aku mau deh tunggu Inne pulang, dewasa, terus aku lamar’ begitu katanya. Tapi lambat laun, Rayan mulai berpikir ‘ah kayaknya Inne cuma harapan yang sia-sia, deh’ dan akhirnya Rayan mulai mencoba pindahkan perasaannya ke orang lain. Ya sama yang sekarang, calon istrinya.”

Kalimat perkalimat yang dilontarkan Bunda seperti cambukan, entah mengapa. Selama ini, kenapa aku tidak berpikir sejauh itu? Semua perhatian, yang kuanggap basa-basi, ternyata menyimpan maksud yang sebenarnya kuharapkan juga tapi baru kupahami sekarang.

“Kak Rayan, Inne baru sadar pada kalimat ‘aku menunggu’ yang sering Kak Rayan sampaikan dalam pesan singkat. Kak, Inne baru paham sekarang. Kak, Inne sebenarnya mengagumi Kak Rayan jauh sebelum Kak Rayan mengagumi Inne duluan. Dari pertama kali bertemu, dari pertama kali Kak Rayan kepakkan bendera semaphore, dari pertama kali Kak Rayan mengembangkan senyum, dan dari pertama kali Kak Rayan membuka pembicaraan. Kenapa cepat sekali Kak Rayan putuskan menikah? Kak, tunggu Inne sebentar lagi kak. Inne bukan harapan yang sia-sia kak. Inne hanya terlambat sadar, kurang peka, dan masih kekanak-kanakan untuk masuk ke dalam rencana hebat Kak Rayan. Tunggu Inne lagi, Kak. Sampai Inne cukup dewasa memahami maksud Kak Rayan.”

Dengan cepat ku ketik pesan itu yang overload jika dikatakan pesan singkat. Seketika aku sadar, pesan itu tidak layak untuk dikirim. Itu hanya pesan gila layaknya bom yang akan meledakkan rasa maluku. Pesan itu segera kuhapus dan menghapus nomor handpone Kak Rayan juga.

 Sedih rasanya. Tiba-tiba aku rindu dengan semua kalimat ‘aku menunggu’ dari Kak Rayan. Tiba-tiba aku ingin belajar semaphore lagi bersama Kak Rayan. Tiba-tiba ingin kuulang semua kenangan-kenangan perkemahan bersama Kak Rayan. Benar saja, terkadang pengakuan berartinya seseorang dalam hidup kita memang harus disadarkan oleh sebuah kehilangan yang dahsyat.

END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebatas Patok TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang