Lomba berakhir. Reguku membawa pulang piala juara satu dan piala bergilir. Bahagia rasanya. Kami sayonara ke semua peserta. Entah kenapa, semua peserta antusias mau salaman sama kami. Kami juga ke tenda panitia. Iya, ada Kak Rayan disitu.
"Temen-temen, ini nih yang lagi sama Rayan." salah satu panitia berteriak sambil menunjukku. Serentak mereka melihat ke arahku. Rasanya aku mau ke tenda aja. Malu. Teman-teman Kak Rayan teriak ketika aku meraih tangan Kak Rayan untuk jabat tangan. Kak Rayan menarik tanganku, membawaku jauh dari kerumunan.
"Jangan sakit-sakit lagi ya." Katanya
Setelah itu aku kembali ke tenda. Merapikan barang-barang, dan pulang.
Sayonara lagi, Kak Rayan
---
Dirumah, aku dan Kak Rayan intens bertukar pesan lewat sms dan facebook. Intens sekali bagai orang pacaran yang LDR.
Sampai akhirnya kubilang
"Kak, Inne mau pindah sekolah ke Kalimantan.” Aku dengan ragu mengabari hal itu ke Kak Rayan.“Lah kok pindah dek? Ya ampun dek jangan pindah gih”
Aku menaruh handpone dan kembali merapikan koper yang akan kubawa besok. Ada perasaan gelisah saat kuabaikan pesan singkat Kak Rayan yang mencoba mencegahku untuk tidak pindah sekolah. Selang beberapa menit, aku kembali meraih handpone dan membalas pesan singkatnya.
“Yahhh, surat pindahnya udah terlanjur dikeluarkan kak. Inne ikut mamah ke Kalimantan.” Sent!
“Yah jangan dong. Jangan pindah. Kak Rayan jangan ditinggal.”
Kuhempaskan handpone dan aku berjanji tidak akan membuka pesan Kak Rayan sampai besok pagi bahkan sampai aku berpijak di Kalimantan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Patok Tenda
RomansCOMPLETED. TRUE STORY. Jambore Ranting, awal aku dan Kak Rayan dipertemukan. Senyum manis, badan bidang, tuturan lembut, berhasil mengalihkan pandanganku dari kepakkan bendera semaphorenya. Aku bilang, aku bukan harapan yang sia-sia. tapi setelah Ka...