Chapter 6

107 4 0
                                    

Lomba berakhir. Reguku membawa pulang piala juara satu dan piala bergilir. Bahagia rasanya. Kami sayonara ke semua peserta. Entah kenapa, semua peserta antusias mau salaman sama kami. Kami juga ke tenda panitia. Iya, ada Kak Rayan disitu.

"Temen-temen, ini nih yang lagi sama Rayan." salah satu panitia berteriak sambil menunjukku. Serentak mereka melihat ke arahku. Rasanya aku mau ke tenda aja. Malu. Teman-teman Kak Rayan teriak ketika aku meraih tangan Kak Rayan untuk jabat tangan. Kak Rayan menarik tanganku, membawaku jauh dari kerumunan.

"Jangan sakit-sakit lagi ya." Katanya

Setelah itu aku kembali ke tenda. Merapikan barang-barang, dan pulang.

Sayonara lagi, Kak Rayan

---

Dirumah, aku dan Kak Rayan intens bertukar pesan lewat sms dan facebook. Intens sekali bagai orang pacaran yang LDR.
Sampai akhirnya kubilang
"Kak, Inne mau pindah sekolah ke Kalimantan.” Aku dengan ragu mengabari hal itu ke Kak Rayan.

“Lah kok pindah dek? Ya ampun dek jangan pindah gih”

Aku menaruh handpone dan kembali merapikan koper yang akan kubawa besok. Ada perasaan gelisah saat kuabaikan pesan singkat Kak Rayan yang mencoba mencegahku untuk tidak pindah sekolah. Selang beberapa menit, aku kembali meraih handpone dan membalas pesan singkatnya.

“Yahhh, surat pindahnya udah terlanjur dikeluarkan kak. Inne ikut mamah ke Kalimantan.” Sent!

“Yah jangan dong. Jangan pindah. Kak Rayan jangan ditinggal.”

Kuhempaskan handpone dan aku berjanji tidak akan membuka pesan Kak Rayan  sampai besok pagi bahkan sampai aku berpijak di Kalimantan.

Sebatas Patok TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang