Chapter 17 : Yoongi Side

14 6 0
                                    

Hai readerss..
Terima kasih udah tetap baca story ini. Semoga suka ya

HAPPY READING❤
.
.
.
.
.

YOONGI POV

menjadi anak tunggal dan putra satu-satunya dikeluargaku, membuat aku dituntut untuk menjadi pewaris tunggal perusahan keluargaku yakni, MJ Coorporation. Aku dituntut untuk bisa mengelola sebuah perusahaan, yang sebenarnya dunia yang paling aku benci.

Masa kecilku sangatlah menyedihkan, masa kecilku ku jalani tanpa kasih sayang sama sekali dari orang tuaku. Bisa kalian ingat, TIDAK SAMA SEKALI. Jika anak kecil yang sekolah pada umumnya diantar jemput oleh orang tua, aku merasakan hal sebaliknya, aku tidak pernah diantar maupun dijemput sama sekali oleh orang tuaku, selalu saja supir yang mengambil alih tugas yang seharusnya dilakukan oleh ayah dan ibuku. Aku tau mereka sibuk untuk berbisnis, tapi apakah mereka tidak melihatku sama sekali? Walaupun hanya sekedar bertanya "bagaimana sekolahmu? Apa menyenangkan?"

Kalau boleh memilih, aku lebih baik dilahirkan dikeluarga miskin dari pada dilahirkan oleh keuarga kaya raya tapi sama sekali tidak diperhatikan. Mungkin jika bukan karna kasih sayang bibi Choi dan paman Jang, mungkin aku akan menjadi anak yang terlantarkan. Tapi mau bagaimanapun keadaannya, orang tuaku tetaplah orang tuaku, secuek mereka padaku, mereka tetap mengganggapku sebagai putra kebanggaan mereka.

Melihat perhatian Ny. Song pada Jehyo, mengingatkan ku akan ibuku yang selama ini aku tinggalkan. Ya benar, aku meninggalkan rumah dan memutuskan untuk hidup sendiri, walaupun pada awalnya sangatlah susah, tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa.

"Jika kau tidak ingin meneruskan perusahaan kita, maka kau bukan lagi putraku. Apa kau dengar Min Yoongi?" suara ayahku menggema diseluruh rumah, ia sangat murka karna aku menolak untuk menjadi penerus perusahaan keluarga.
"Yoongie, dengarkan ibu sayang, kau harus menerima apa yang seharusnya kau terima.. Ibu mohon dengarkan ayah dan ibu, ibu tidak mau kau pergi karna hal ini" ibuku menambahi perkataan ayahku, dan itu semakin membuatku down. Kenapa mereka tidak memahamiku sama sekali? Aku ini juga punya cita-cita, aku tidak mau bergelut didunia bisnis sama sekali. Karna aku tau jika aku menjadi seperti ayah, maka nasib anakku nanti akan sama sepertiku dulu.

"Aku benar-benar tidak bisa ayah, aku ingin menjadi seorang dokter. Aku tidak mau menjadi CEO atau apapun yang berkaitan tentang dunia bisnis" aku kembali mengangkat kepalaku lalu menatap mata ayahku yang masih membara itu.

TAAASSS

Dengan kerasnya ayahku menamparku didepan ibuku. Iya aku tau ini akan terjadi bila aku menolak permintaan ayahku. "Jika kau memang menolak. Maka kau harus pergi dari rumahku sekarang juga! Kau bukan lagi putra keluarga Min. Kau bukan putraku! Pergi dan jangan pernah kembali lagi!" ya, kata-kata yang membuatku harus pergi dari rumahku sudah terucapkan dan ayahku sendiri yang mengucapkannya.

Ibuku? Dia hanya bisa menangis lalu memelukku dengan erat. "Tidak, putraku tidak akan pergi kemana-mana" ibuku memelukku dengan erat agar pengawal yang diutus ayahku tidak menyeret aku keluar dari rumah besar ini.

Aku melepaskan pelukkan ibuku. "Baiklah. Jika itu kemauan ayah, aku akan pergi. Tapi sebelum aku pergi, ada 1 hal yang ayah harus tau. Aku sangat mengidolakan ayah, bahkan saat aku tidak mendapatkan kasih sayang sama sekali darimu, aku tetap menyayangi dan menghormati ayah. Aku sangat ingin ayah memelukku walau itu hanya sebentar, tapi mungkin aku tidak akan pernah mendapatkannya. Terima kasih atas kasih sayang dan kehangatan yang telah keluarga ini berikan padaku. Aku pergi" sebelum benar-benar pergi, aku meletakkan jam tangan, kartu atm yang kudapat dari orang tuaku. Dan aku pergi hanya membawa handphone, baju dan diriku.

Ayahku hanya menatap kepergianku tanpa ada niat sedikitpun untuk menghentikan aku. Dan jadilah aku sekarang. Dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit besar di seoul. Dan jika bukan karna prof. Shin yang mau membiayayi kehidupanku dan kuliahku, mungkin aku akan menjadi gelandangan sekarang.

Aku tetaplah seorang putra. Aku sangat merindukan ayah dan ibuku, dan mungkin dalam kenyataannya mereka tidak merasakan hal yang sama.

Dan tentang bagaimana aku bisa mengenal, bahkan jatuh cinta pada Jehyo diawali saat hari pertama dia mengikuti ospek, dan kebetulan aku adalah salah satu panitianya.

"Ehmm.. Song Jehyo?" tanyaku sambil melihat name tagnya. "Iya, ada apa sunbae?" tanyanya balik. "Eumm.. Kau sudah makan siang?" dan Jehyo hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu, mari makan siang bersama" ajakku.

Dan mulai dari hari itu aku dan Jehyo semakin akrab. Bahkan mahasiswa yg lain iri padanya, dan aku akui dia adalah salah satu mahasiswa berprestasi dan berparas cantik,tak heran banyak temanku yang menyukainya juga.

Tapi Jehyo tetaplah Jehyo, yang dengan setia selalu menunggu seseorang yang ia harapkan untuk datang dan memeluknya seperti seorang kekasih yang sedang dilanda rindu setengah mati. Jimin. Lelaki beruntung yang mendapatkan hati Jehyo dan sayangnya dia tidak menyadari hal itu. Satu kata untuknya BODOH. Dia terlalu bodoh karna menyianyiakan Jehyo.

Aku akan tetap bersama Jehyo walaupun dia tidak mengharapkanku.

Hal yang membuatku semakin mencintai Jehyo dan semakin membuatku kecewa terhadap Jimin adalah, ketika tengah malam pada hari itu Jeongmi ( teman Jehyo di bangsal UGD) menelfonku dan mengabariku bahwa Jehyo koma. Saat itu juga aku pergi menuju rumah sakit, tak peduli sedingin apa tengah malam saat itu, yang ku khawatirkan hanyalah Jehyo, aku sampai menangis ketika mengendarai motor sportku.

Bukannya aku berlebihan, hanya saja aku sangat takut kehilangan dia.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

Thanks for reading
Please coment and vote
Thank you❤

Nothing Has Changed (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang