Chapter 18 : Hug Me, Please!

21 3 0
                                    

Hai readerss..
Terima kasih udah tetap baca story ini. Semoga suka ya

HAPPY READING❤
.
.
.
.
.

Selang 3 hari setelah sadar, Jehyo diperbolehkan untuk pulang, dengan catatan Jehyo harus check up setiap minggunya untuk mengontrol otaknya yang pada waktu itu mengalami pendarahan hebat.
.
.
.
.
.
.
.
.

*dikamar Jehyo

"Bu, apa ibu tidak lelah? Dari tadi ibu menjagaku. Sebaiknya ibu istirahat, nanti ibu malah sakit" ucapku pada ibuku yang sedang mengupas buah apel didekatku. "Tidak apa sayang, ibu hanya ingin menjaga putri kesayangan ibu saat ini. Ibu terlalu takut meninggalkan mu, ibu trauma dengan kejadian yang menimpamu hari itu, ibu kira ibu akan.." Jehyo langsung memeluk ibunya yang yang mulai menangis. "Yang lalu biarlah berlalu bu, aku sudah tidak apa-apa, tuhan masih mengizinkanku untuk menemani hari tua ibu" ucap Jehyo.

TINGG TONGG..

Bel rumah Jehyo berbunyi "biar ibu saja yang membukanya" ibuku segera pergi menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang. "Halo bibi, apa kabar?" tanya pria berambut abu-abu itu pada ny. Song "Aaa.. Ternyata kau, Jimin. Mari masuk, Jehyo ada dikamarnya" ny. Song mempersilahkan Jimin untuk langsung pergi menemui Jehyo dikamarnya.

KRIIIEETT...

JEHYO POV

Saat sedang memakan apel yang barusan dikupas oleh ibuku, tiba-tiba pintu kamarku terbuka, dan kukira itu adalah ibuku, Ternyata yang membuka pintunya adalah Jimin.

"Hai, bagaimana perasaanmu setelah keluar dari rumah sakit? Apa lebih baik?" tanyanya sambil meletakan sebuket bunga mawar putih kesukaanku. "Ya, beginilah. Perasaanku lebih baik jika aku berada dirumah, walaupun aku belum sembuh 100% " ucapku sambil terus memakan buah apel.

Jimin menatapku dengan tatapan yang aneh, seperti ada yang ingin ia bicarakan, namun ia takut untuk mengakatakannya. "Ada apa Jim? Kau baik-baik saja? Kenapa wajahmu bingung begitu?" tanyaku, dan ia langsung menggengam tanganku dengan erat. Dan ia pun mengakatakan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Boleh aku ke toilet sebentar, perutku sakit."

Seketika itu juga wajahku mendatar sedatar mungkin. "Hei! Popok tuyul! Kenapa tidak daritadi saja ke toiletnya, tidak usah pakai embel embel menayakan keadaanku" ucapku ketus. "Jika aku begitu, kau pasti akan memukulku kan?" aku pun segera menjitak kepalanya.

"Aishh,, benar kan apa kataku kau akan memukulku!" ucapnya sambil memegangi kepalanya. "Kau it.." suaraku tertahan saat Jimin langsung berlari kearah toilet dikamarku. "Dasar Bantet!"

A few hours later..

Setelah beberapa waktu berperang didalam toilet, akhirnya Jimin keluar dengan wajah yang melegakan. "Sudah puas? Atau masih ingin kedalam lagi?" tanyaku. "Maaf,maaf, aku tidak tau kalo perutku akan tiba-tiba sakit begini"

"Kepalamu masih sakit?" Jimin langsung duduk ditepi ranjangku. "Masih sakit, karna si bajingan itu memukulku terlalu keras. Selebihnya aku baik-baik ssja" balasku sambil meletakan piring yang berisi potongan apel tadi. "Kau tenang saja, aku akan menangkap semua bajingan itu" ucapnya sambil menggenggam tanganku.

"Tidak perlu, mereka melakukan ini padaku, karna mereka disuruh oleh seseorang" demi tuhan, aku sangat senang jika melihat Jimin sangat mengkhawatirkan ku sampai segitunya. "Maaf, jika bukan karna aku memaksamu untuk datang, mungkin kau tidak akan koma selama itu, aku minta maaf Je-ya"  raut penyesalan sangat terlihat dari wajah menggemaskannya itu. "Diamlah, aku bosan jika mendengar mu minta maaf teruss" aku menghempas tangan Jimin dengan kesal.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Nothing Has Changed (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang