Chapter 12 : Promise

12 6 0
                                    

Happy Reading💞
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Beberapa hari setelah pertemuan hari itu, Jehyo memutuskan untuk mengurangi komunikasi dengan Jimin karna tidak ingin mengambil resiko yang bisa membunuhnya perlahan.

Dikeseharian Jehyo terlaksana seperti halnya hari-hari normalnya. Pagi ini Jehyo dan teman-teman seprofesinya sedang mengadakan rapat penting a.k.a rapat paripurna dadakan. Rapat ini dipimpin langsung oleh pemilik rumah sakit, yang tak lain dan tak bukan adalah orang yang paling Jehyo benci diseantero rumah sakit.

"Baiklah, rapat akan kita mulai" ucap sipemilik rumah sakit "emm..sebelumnya aku ingin bertanya siapa koordinator bangsal VVIP?" tanya presdir

Profesor Baek pun mengangkat tangannya. Presdir menghela nafasnya kasar"Prof. Baek apakah aku menggajimu hanya sedikit!? Sampai ada laporan masuk dari keluarga bahwa kalian tidak bekerja dengan maksimal? Kau dan staff mu di bangsal VVIP sangat membuat namaku jelek! Kau dan staff mu akan ku pindahkan ke bangsal UGD dan yang bekerja di bangsal UGD kupindah ke bangsal VVIP, jika ada lagi pasien yang melapor aku akan memecat kalian. Aku heran pada ayahku, kenapa dia mempekerjakan dokter-dokter yang tidak bermutu di rumah sakit sebesar ini"  jelas presdir panjang lebar sambil emosi.

Prof. Baek yang duduk pun hanya terdiam. Jehyo tau bahwa hal yang disampaikan oleh presdir sangat menyakiti hatinya, karena selama 15 tahun sebagai dokter ia tidak pernah membuat kesalahan sedikitpun. Jehyo yang melihat itu ikut emosi dan dongkol dengan pria itu.

"Baiklah, sehubungan dengan hal yang baru saya sampaikan tadi, apakah ada yang ingin bertanya?" tanya presdir yang sudah tidak emosi lagi.

Jehyo pun mengangkat tangannya. " sebenarnya, saya bukan mau bertanya, hanya saja apa pengumuman 'penting' ini hanya sekedar memberitahukan hal itu saja atau ada hal yang lain? Karena kami dokter yang menangani bangsal UGD sedang menangani pasien" tutur Jehyo to the point.

"Ya, hanya itu saja. Maaf karena mengganggu kegiatan kalian semua, kalian bisa bubar sekarang." Jelas presdir yang sudah berdiri lalu membungkuk sejenak dan pergi menuju singgasananya.

"Permisi, Presdir" ucap Jehyo yang sedang mengejar pemimpin rumah sakit itu, Jehyo menghentikan langkahnya tepat didepan lelaki yang paling menjengkelkan baginya.

" maaf jika aku lancang, tapi aku paling benci dengan orang yang membuang-buang waktuku untuk melihat kau memaki orang-orang yang tidak bersalah sama skali. Kau adalah petinggi rumah sakit ini, tapi kau sama skali tidak memiliki sifat layaknya seorang pemimpin. Aku harap kau menyadari itu" Tutup Jehyo dengan wajah super sinisnya.

"Hei, dr. Song! Kau fikir kau bicara pada siapa? Seenaknya bicara seperti itu pada presdir? Kau sudah bosan menjadi dokter hah?!" ucap sekretaris setia presdir.

"Heh, dengar ya.. Jika aku mau, aku tidak ingin berkata seperti ini, namun bos mu itu memaksaku untuk berbuat hal yang tidak penting. Kau fikir aku akan diam saja jika waktu berhargaku di sia-siakan hanya untuk dia? Berfikirlah jika kau masih punya otak! Dan ya, kau bilang aku bicara pada siapa? Aku sedang bicara dengan 'presdir' yang tidak tau sopan santun dan tata krama saat bicara dengan orang tua. Dan ingat satu hal jika ingin menyalahkan seseorang mengacalah dulu! Apakah kau yang paling benar disini?! Terima kasih, aku permisi" ucap Jehyo dengan emosi dan sekretaris itu pun diam seketika.
.
.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari kesialan bagi Jehyo, entah kenapa sejak pagi tadi dia sangat sial mulai operasi yang tertunda karna rapat tidak penting, hingga dirinya yang salah bicara kepada atasannya.

"Aaa... Bodoh bodoh bodoh!!! Kenapa aku harus bicara terlalu banyak padanya?? Mampuslah aku jika dia tersinggung.. Mulut kurang kerjaan! Selalu saja bicara tentang keburukan orang dengan jelas" gerutu Jehyo sambil memukul-mukul mulutnya.

Nothing Has Changed (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang