4. Kembali

2.5K 239 9
                                    

Budayakan follow dan voted sebelum baca.

.

.

.

.

Hujan turun dengan deras nya, petir yang bersahutan menjadi penerang malam itu. Hinata yang masih menangis berteduh di stasiun. Dengan tubuh menggigil ia mengeratkan jaket yang masih basah itu pada tubuhnya. Sudah pukul tengah malam dan kereta sudah berhenti beroprasi. Hinata tidak tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Hinata hanya bisa menangis dan terus menangis dan menunggu kereta esok pagi. Hinata terus berdoa semoga ia dapat keajaiban untuk bermalam di tempat hangat malam ini.

.

Neji dan Hanabi duduk di depan televisi dengan air mata beruraian. Mereka berdua melihat video kenangan keluarga mereka dengan Hinata. Hikari ibu rumah tangga itu melihat dari balik tembok dengan air mata menetes deras dan terisak. Sedangkan Hiashi tidak bisa tidur karena memikirkan nasib anak perempuannya yang ia usir itu.

Hiashi yang mendengar suara tangis lirih anak serta istrinya yang menggema di rumahnya mulai tersentuh hatinya. Hiashi bangun dan mengambil jaket nya dan keluar kamar nya. Hiashi menghapus air mata Hikari.
"Kita akan mencari Hinata" ucap Hiashi. Hikari menangis makin keras dipelukan Hiashi.

"Kau tetap dirumah siapkan air hangat juga ocha untuk menyambut Hinata nanti" ucap Hiashi.

"Neji, Hanabi ambil payung dan jaket kalian. Hanabi ambilkan jaket untuk Hinata juga. Kita akan mencari Hinata hingga ketemu" ucap Hiashi.

"Baik ayah" jawab keduanya berbarengan.

Mereka berdua bergegas mengambil jaket dan mencari Hinata di rumah teman-teman Hinata. Sedangkan Hikari tetap dirumah atas perintah Hiashi. Hikari segera memasak air  menyiapkan teh hangat untuk menyambut kedatangan Hinata nanti. Hikari yakin bahwa Hinata pasti belum pergi jauh dari Konoha.

Mereka terus mencari dimanapun tempat yang biasa Hinata kunjungi namun nihil. Mereka hampir putus asa karna tak menemukan Hinata dimanapun. Neji pun pergi kerumah Tenten namun nihil juga. Tak tahu lagi mereka harus mencari Hinata kemana lagi. Namun tiba-tiba mereka saling pandang dan seolah berbicara menggunakan telepati, mereka kompak segera berlari menuju stasiun. Dari jauh mereka melihat Hinata yang duduk menggigil dan menangis. Hujan yang mulai reda seolah mengerti apa yang keluarga itu rasakan.

Hiashi berlari kencang dan memeluk Hinata dan meminta maaf. Neji dan Hanabi pun melakukan hal yang sama
"Maafkan ayah Hinata, maaf. Sekarang kita kembali ke rumah, ayah tidak mau kau sakit" ucap Hiashi yang masih memeluk Hinata erat.

Neji dan Hanabi menangis gembira karna mereka telah menemukan saudara mereka. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Hinata , hanya tangisan lirih menyertainya.

Doa Hinata dikabulkan oleh tuhan. Keajaiban itu telah tiba, Hinata menangis bahagia karenanya. Terima kasih tuhan engkau telah menyelamatkan Hinata.

.

Hikari yang cemas menunggu kedatangan mereka, sudah berpuluh-puluh kali Hikari mondar mandir bak setrika listrik.

..Ceklek..

"Tadaima.."

"Okaeri.." Hikari kaget melihat Hinata pulang bersama ayah, kakak dan adiknya. Hikari langsung menangis dan memeluk Hinata.

"Sayang kau sudah pulang" dengan terisak Hikari memeluk Hinata erat. Hinata hanya menganggukkan kepala nya.

"Sekarang kau mandi sayang, ibu sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi dan ibu akan menyiapkan segelas ocha"

Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang