Seluruh karyawan langsung merapihkan atribut pekerjaan mereka ketika waktu kedatangan Sasuke tiba. Mereka semua berdiri di tempat masing-masing, siap menyambut sang pemimpin perusahaan.
Mobil sedan mewah berwarna hitam metalik pun tiba. Mobil tersebut berhenti tepat di depan pintu lobby perusahaan. Seorang security menghampiri dan membuka pintu mobil.Dari dalam mobil muncul seorang pemuda berambut hitam kebiruan dengan jas senada warna rambutnya. Lelaki tersebut keluar. Ia menurunkan kakinya perlahan. Wajahnya yang pucat, berusaha terlihat dibuat tenang.
Juugo yang satu mobil dengan Sasuke ikut keluar dari mobil dan berdiri di samping sang Uchiha. Ia memandang bosnya dengan heran. "Bos, Anda baik-baik saja?" tanyanya, ketika sejak dia menjemput Sasuke di kediaman Uchiha, sang Uchiha selalu memperlihatkan ekspresi tak nyaman.
Sasuke mendelik tak Sasuke ke arah Juugo. "Apa maksudmu bertanya seperti itu?"
Aura Sasuke yang lebih tak bersahabat membuat Juugo cepat-cepat menggelengkan kepala. "Ti---tidak, Bos. Maaf jika aku salah."
Sasuke merotasi kedua bola matanya. Dengan langkah tegap dan penuh wibawa, ia melangkah ke arah lift. Juugo yang mendampingi Sasuke lekas membuka pintu lift. Ia mempersilahkan Sasuke untuk masuk pada lift yang disediakan untuk petinggi perusahaan. Mereka pun meluncur ke lantai paling atas, tempat Sasuke bekerja.
"Juugo," ucap Sasuke, merusak keheningan di dalam benda kotak itu.
"Ya, Bos?"
"Jangan ikuti aku!" seru Sasuke ketika pintu lift terbuka, dan Juugo pun hanya bisa terpaku di tempat, reflek menuruti perintah Sasuke, walaupun dia tak mengerti kenapa bosnya tak mau ditemani seperti biasa.
.
.
.
Sasuke mengangguk dengan ekspresi datar andalannya ketika General Manager perusahaannya menyapa. Ia berbincang-bincang sebentar dengan General Manager-nya tersebut mengenai proyek mereka di waktu ke depan. Ya, dia tak ingin berbicara terlalu banyak dan segera mengintruksikan hal-hal yang dibutuhkan perusahaan sebelum berpamitan, memilih untuk segera masuk ke dalam ruangan.
Tanpa menjawab sapaan dari sekretarisnya, Sasuke langsung menutup pintu ruang kerjanya rapat-rapat. Ia menahan pintu tersebut dengan wajah tertunduk, mukanya merah, dan napasnya tersenggal.
"Si---sial," geram Sasuke. Ia mengggigit bibirnya kuat-kuat. Kedua tangannya terkepal kuat. "Sssssttt ...." Sasuke menarik napas. Ia memejamkan matanya erat-erat, tetapi kenapa bagian tersebut semakin sakit. "A---ASTAGA!!! SAKIT SEKALI!" Sasuke yang sudah tak bisa menahan rasa sakit itu menjerit prustasi. Dengan langkah terpincang, ia melangkah ke arah mejanya, kemudian mengeluarkan salep, obat antibiotik, pereda rasa sakit, dan lain-lain. Sasuke segera membuka bungkus obat itu.
Selagi Sasuke mengambil air putih yang sudah disediakan oleh Office Boy, ia terus mengutuk Naruto Uzumaki. Demi Tuhan, kenapa di antara semua bagian tubuhnya, harus aset berharganyalah yang ditendang? Apakah koki gila itu bukan seorang lelaki? Apa dia tak tahu betapa pentingnya burung kecil di tengah selangkangan Sasuke itu? Seenaknya saja si Naruto menendang, padahal banyak sekali wanita yang rela mencium burung seorang Sasuke!
Sasuke mencoba menenangkan diri. Sekarang, waktunya dia memberi salep pada burungnya yang sedang terluka. Ia pun menghela napas dan membuka kancing celana bahannya. Sang pemuda menurunkan ritsletingnya, kemudian mengeluarkan kejantanannya yang tidak dibungkus oleh celana dalam. Ia menghela napas ketika melihat burungnya yang membengkak. Sasuke pun akan memberi benda pusakanya salep ketika ....
"BOS!!!"
"JUUGO, SIALAN! APA YANG KAU LAKUKAN?!" pekik Sasuke. Ia lekas memperbaiki posisi duduknya agar Juugo tak melihat apa yang sedang dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Ingredients
FanfictionNaruto merupakan seorang koki di kampungnya. Ia datang ke kota untuk mencari seseorang yang sangat dia rindukan dan berjasa di dalam kehidupannya. Namun, bukanlah orang itu yang berhasil dia temui melainkan seorang pemuda bersifat menyebalkan yang t...