Kesulitan yang dialami

1.7K 203 36
                                    

Sudah 10 menit Naruto menghabiskan waktu di ruangan minimalis yang didominasi oleh benda berwarna putih dan hitam ini. Keringat dingin membasahi kening dan punggung Naruto padahal suhu di ruangan berada di kisaran delapan belas derajat celsius.

Tolong salahkan pemuda di hadapan Naruto sehingga si pemuda berambut pirang ini berada di posisi gugup dan nyaris pingsan.

Sasuke Uchiha tak kunjung membuka diskusi di antara mereka berdua. Pemuda bermata kelam terus menganggurkan keberadaan Naruto, seolah hal tersebut sangatlah pantas dan lumrah bagi seseorang yang menyandang status pengusaha ternama.

Naruto memijat tengkuknya yang tak pegal. Ia menaik-turunkan pandangannya, menatap grogi sekaligus takut ke arah Sasuke. "Hmm .... Jadi, bagaimana keputusannya?" tanyanya, akhirnya ia memutuskan untuk membuka suara. Tidak ada pilihan lain bagi Naruto selain merusak keheningan di antara mereka berdua untuk menyelesaikan masalah ini.

Sasuke yang sejak awal kedatangan Naruto pura-pura sibuk membolak-balikkan kertas di hadapannya kini menatap Naruto. Ia berhenti membaca berkas yang berisikan data tentang si pemuda berambut pirang itu.

"Aku tidak melihat satu hal pun yang menarik dari CV yang kauberikan," ucapnya sambil mendorong berkas di hadapannya ke arah Naruto. "Dibandingkan kolegaku yang lainnya, kau bisa dibilang tidak memiliki nilai jual sama sekali. Kau hanya seorang pemuda lulusan Sekolah Menengah Atas yang kebetulan pernah mengelola Rumah Makan bersama sang nenek, bukankah seperti itu, Tuan Uzumaki?"

Jika Naruto tidak membutuhkan kemampuan perusahaan pemuda di hadapannya, sang pemuda pasti sudah membalikkan meja karena sangat kesal. Sialan, dari sekian lama menunggu, Sasuke Uchiha ternyata sama sekali tidak tertarik untuk bekerja sama dengannya. Si pemuda berambut hitam ini hanya mempermainkannya saja. Jika Sasuke tidak bermaksud bermain-main dengan Naruto, lalu untuk apa Naruto dibuat menunggu selama ini?


Naruto mencoba untuk bersabar. Ia tak boleh gegabah. Anggap saja ini hanyalah batu kerikil sebelum mencapai kesuksesan. "Ta-tapi, aku berani menjamin jika kemampuanku di dalam memasak tidak akan kalah dari orang-orang yang pernah belajar mengolah makanan di sekolah memasak terbaik. Jika kau ingin, aku bisa memasakkan sesuatu untukmu."

Sasuke menggeleng, sama sekali tak berminat dengan tawaran Naruto, seakan-akan sudah banyak sekali orang yang membujuknya dengan cara seperti ini. Ia masih mempertahankan sifat kakunya. "Maaf, Tuan Uzumaki, sepertinya aku menolak tawaran kerja sama ini," ucapnya, memberi keputusan akhir.

Kaki Naruto terasa lemas. Bagi dirinya, tidak ada lagi perusahaan yang menyediakan bahan masakan sebaik perusahaan Sasuke. Bukan hanya harganya saja yang terjangkau, baik sayuran maupun bumbu masakan yang disediakan oleh perusahaan sang Uchiha memiliki kualitas nomor satu dibandingkan tempat lainnya yang pernah Naruto datangi. Bagi Naruto, perusahaan Sasuke merupakan perusahaan ritel bahan masakan terbesar dan terbaik yang pernah dia temui!

"Tuan Uchiha, aku mohon, beri aku kesempatan. Aku membutuhkan bahan masakan yang berasal dari perusahaanmu. Aku rela memberikan harga sedikit lebih tinggi dari kolegamu selama ini," Naruto mencoba untuk membujuk Sasuke. Tidak masalah ia harus mengeluarkan uang lebih banyak dari rekan kerja sama Sasuke yang lainnya, toh, Naruto yakin pada akhirnya dia akan memiliki keuntungan lebih banyak.

Sasuke menggeleng untuk kedua kalinya. "Kau sendiri pasti tahu, bahan masakan yang disediakan perusahaan ini merupakan bahan masakan nomor satu. Tidak sembarang tempat makan yang bisa mendapatkan bahan masakan tersebut. Sudah menjadi standar perusahaan kami untuk menerima tawaran kerja sama dari restoran-restoran terbaik. Maaf saja, hal ini dilakukan untuk menjaga nama baik merek dagang perusahaan kami."

"...." Tubuh Naruto semakin lemas ketika mendengar ucapan Sasuke.

"Maaf, Tuan Uzumaki, aku masih memiliki banyak pertemuan. Jika urusan kita sudah selesai, bisakah kau undur diri saja?" Sasuke mempersilakan Naruto untuk meninggalkan ruangan kerjanya.

The Best IngredientsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang