/2/

36 6 2
                                    

Dunia kala itu sedang berjalan menuju kantin, hingga ia mendengar dua orang gadis bercakap-cakap.

"Lin, lo serius, mau nyerah dapetin Dunia? Yaya, gue tau, Dunia itu orangnya cuek minta ditabok. Tapi, lo kan suka sama dia udah lama banget. Lo yakin, nih?" tanya suatu suara yang Dunia yakini sekali adalah Hilma, sahabat dekat Lina.

"Yah. Gue yakin. Yakin banget. Meski gue tau nantinya akan sulit, tapi, kalo gue inget lagi dunia itu cueknya kayak apa, gue yakin gak akan sesulit itu. Apalgi lo tau banget gue orangnya gampang banget adaptasi, kalo moveon mah, gampang!" kata Lina penuh semangat.

Dunia mundur selangkah. Memastikan kembali apa yang tadi didengarnya tidak salah. Dunia memperhatikan gadis itu. Lina masih asyik berbicara dengan Hilma. Tapi, Dunia tau ada sesuatu yang salah dari gadis itu. Terlihat jelas dari sorot matanya.

Dunia melihat salah satu temannya, Christian, melangkah keluar dari kantin.

"Aan!"

Cowok yang dipanggilnya itu menoleh, lalu tersenyum tipis ke arah rekan satu timnya di klub sepak bola. Christian melangkah kearah Dunia, sambil memegang sebotol air putih ditangannya. Sisa makan bakso, katanya.

"Oy! Napa lu? Tumben inget nyapa gue?" kata Christian santai. Sedangkan beberapa perempuan disekitarny sudah mulai memekik kegirangan. Pasalnya, Christian memang terkenal di sekolah, bukan hanya karna paras tampannya, namun juga karna ia adalah kipper tim inti sepak bola sekolah. Kurang apa lagi?

Dan Dunia, memang tidak semenawan Christian. Namun, menurut beberapa gadis-gadis penggosip di sekolah, dibandingkan semua teman-teman mereka di tim inti, hanya Dunia lah yang bisa menyaingi Christian.

Dan astaga, sekarang kedua cowok itu berdiri bersama. Di tengah-tengah lorong ter-ramai di satu sekolahan. Sungguh tontonan yang begitu menyegarkan, bukan?

"Hilma, tuh!" kata Dunia meledek, sambil menunjuk Hilma, gadis berambut keriting panjang yang sedang bersama Lina.

Ya. Christian memang menyukai Hilma. Entah sejak kapan. Waktu itu, Dunia tidak sengaja memergokki Christian mengambil foto Hilma diam-diam saat gadis itu melukis di ruang kesenian. Dan untungnya, Dunia tipe orang yang bisa menjaga rahasia.

Christian menepuk pundah Dunia. "Aish! Kampret lu ah! Gue kira apaan!"

Dunia tertawa.

"Yee. Kesempatan bagus, kan? Mumpung dia cuman lagi sama Lina? Pepet sana! Nunggu apalagi, huh?" kata Dunia. Christian diam ditempatnya. Namun kemudian, ia menghembuskan nafasnya.

"Lain kali deh, Dun. Kayaknya dia lagi seru ngobrol, tuh. Ga enak lah, kalo tiba-tiba gue ganggu." kata Christian, sambil tersenyum. Tipis.

Dunia tertawa. "Yaudah sih, kalo lo ga mau." kata Dunia ringan. Kemudian, keduanya lanjut berbicara sambil berjalan ke kantin. Begitu juga dengan hilma dan lina. Mereka berdua sedang membicarakan serial drama korea yang baru saja up kemarin.

"Sumpah deh, Hil! Gue teriak-teriak gak jelas pas Ibu kim nya nyadar tau nggak! Astagaa!!" pekik Lina kegirangan. Memang, kalau sudah menyangkut masalah drama korea atau semacamnya, Lina akan sangat bersemangat.

"iya Linnn iyaa! Buruan ih! Lo mau pesen apa?"

"Mie ayam aja deh! Sama es lemon tea nya satu ya, Hilma-nya Aan!" balas Lina ceria.

"Ish! Jangan keras-keras Lin!" pekik Hilma sambil menepuk pundak Lina cukup keras.

"Heheh, sorry deh. Yaudah sana! Nanti keburu masuk"

"Siyap, bu bos!"

Kemudian, Hilma berlalu. Lina mengeluarkan ponselnya. Ia mengecek beberapa notif yang segera memenuhi layar ponselnya.

Mama<3
Linaaa nnti minta tolong beli stok buah lemon di supermarket ya. Sama sayur kangkung dua iket ya, buat makan malam. Uangnya pakai uang kamu dulu aja. Nanti mama ganti.

Alina.
Okey, ma.

Kemudian, Lina membuka aplikasi instagram miliknya. Nama yang pertama kali ia lihat, perlahan membuat hatinya kembali perih.

Nama itu.

Dunia.

Cowok itu meng-uploaf foto. Foto dirinya sendiri dan cowok yang sudah sangat tidak asing bagi Lina. Christian.

Duniaa.
Hai kalian,
Sabar ya, kita berdua lagi berusaha nih,
Buat kasi kalian masa depan tercerah sepanjang masa<3
*eaaa

Lina sukses mengerutkan alisnya. Hah? Ini Dunia? Cowok yang super serius itu?

Tidak. Pasti Lina salah lihat.

Lagi, Lina membaca caption itu. Dan, tidak ada yang berubah di matanya. Captionnya tetap itu.

Lalu, ditujukan untuk siapa, caption super alay dan bukan dunia banget itu?

"Woy! Serius banget lu?" senggol Hilma sambil membawa nampan berisi dua mangkuk mie ayam dengan kuah super merah, satu gelas es lemon tea, dan satu gelas milkshake vanilla.

Lina mengelus dadanya.

"Kalo lo liat ini, lo kayaknya mah sama aja kaya gue.." kata Lina sambil menyodorkan ponselnya pada Hilma.

"Apaan sih---"

"WHAT?!"

"Tuhh kaan apa gue bilaang!" omel Lina sambil melihat Hilma yang kegirangan melihat ponselnya.

"Menurut lo ini buat siapa Lin?? Haduhh! Ini pasti caption hasil mikirnya Christian juga! Haduuh!" dan, selama 30 menit kedepan, Lina yakin hanya kalimat-kalimat tersebut lah yang akan diucapkan Hilma.

"Ya, mana gue tau. Tapi keliatannya, itu jelas hasil pikirnya Christian. Dunia gak sealay itu, as we know." kata Lina cuek.

"Yaampun! Haduh! Betapa indahnya hari ini Lin!" kata Hilma histeris sambil terus memelototi hp milik Lina. Tak lupa dengan sebelah tangannya yang lain yang sibuk mengaduk-aduk kuah merah mie ayamnya.

Tak lama, bel berbunyi. Itu tandanya, mereka harus sesegera mungkin balik ke kelas. Jam pelajaran selanjutnya adalah fisika. Pelajaran dengan guru paling menakutkan sedunia akhirat.

Semua anak di kelas Alina siap-siap untuk mendapatkan asupan rumus dan penjelasan yang berputar-putar tiada henti. Doakan mereka selamat.
Selamat dari terjangan soal di luat nalar manusia yang juga akan mereka hadapi.

#peace

DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang