/15/

13 1 0
                                    

Kukira yang paling tidak jelas disini adalah kapan aku tidak lagi menggantungkan harapan padamu.
Nyatanya, ternyata perilaku apalagi perasaanmu lebih tidak jelas lagi.
***
Baru saja Alina bisa sedikit bernafas lega. Sedikit. Sedikit sekali. Tadi, Hilma tidak henti-hentinya tertawa lepas, berteriak-teriak barbar, menggoyang-goyangkan badan Alina seolah ada jin didalam tubuh Alina, serta bergoyang-goyang tidak jelas. Sungguh, tadi Alina benar-benar merasa Hilma kerasukan. Ia tidak menyangka Hilma yang memang barbar ternyata se-barbar ini.

Setelah menyogoknya dengan bayaran boba agar mau diam, Hilma akhirnya mau diam sambil memantau pergerakan ojek online lewat aplikasi di hpnya. Matanya bergerak-gerak lincah dan waswas memantau ojek online yang dengan lincah memasuki jalan-jalan kecil agar bisa cepat sampai ke rumahnya. Seolah-olah tukang ojek online itu bisa tiba-tiba menghilang jika matanya beralih pandang. Bahkan untuk sekedar berkedip.

Alina sendiri tak henti-hentinya membaca surat itu berulang kali. Memastikan penglihatannya bahwa surat itu benar-benar nyata. Benar-benar dituliskan Dunia hanya untuk dirinya. Yang benar-benar diberikan secara langsung juga.

Jangan tanya sudah seberapa overwhelming Alina sekarang.

Alina sudah membaca puluhan, bahkan ratusan novel selama hidupnya. Kalau ditanya mengapa, selain jawaban-jawaban klise seperti Suka aja, penulisnya idola gue, i can't live without books, dan ratusan jawaban khas gadis bookworm miliknya, ada salah satu alasan yang tidak banyak diketahui orang.

Bahwa, Alina sedang berlatih perasaan. Didalam novel-novel yang ia baca, -Yang kebanyakan novel romantis remaja- ia seolah sudah mengenali banyak sekali tipe laki-laki di dunia, setidaknya di dunia pernovelan dan perimajinasiannya itu. Dari yang dingin tapi perhatian, barbar tapi softboy, mulut pedes padahal malu-malu macan, biasa-biasa saja tapi bikin ambyar, dan lain sebagainya. Katanya, Alina bersiap-siap jika nanti ia bertemu cowok yang kepribadiannya salah satu dari semua yang ia baca. Jadi, dia sudah tau taktik menghadapinya.

Dikira ini ulangan fisika?

Tapi, jujur saja ternyata memahami laki-laki itu tidak semudah yang ada di novel. Eh, tidak. Di novel memang sudah sulit dan dramatis, tapi tidak sampai se-gaje di dunia nyata. Misalnya Dunia. Sedikit-sedikit cuek, tiba-tiba perhatian, tiba-tiba cuek lagi, tiba-tiba ramah, tiba-tiba sok misterius mengirim surat seperti ini. Huh, labil banget. Batin Alina. Padahal ia toh tidak terlalu jauh berbeda.

Alina memperhatikan semua foto-foto dalam amplop itu. Sampai ia menyadari bahwa tidak semua foto disana adalah foto dirinya. Ada juga foto sang pengirim. Yang tadinya menempel erat dengan foto Alina saat mengerjakan mading tempo hari. Khas foto yang baru dicetak.

Alina memperhatikan foto itu. Jangan tanya sudah seberapa ambyarnya Alina saat melihat foto cowok berhoodie biru dongker yang bersandar pada tiang bola dibelakangnya. Dan, untuk pertama kalinya Alina melihat foto Dunia yang benar-benar foto. Maksudnya, tumben dalam sebuah foto, Dunia tersenyum yang terlihat amat tulus. Padahal, biasanya, Dunia paling ogah difoto. Mending kalau bersama segerombolan orang, jika sendiri, nyaris mustahil. Karena Dunia tipikal orang yang lebih suka memotret orang daripada difoto.

Iseng, Alina membalikkan foto itu. Ia sedikit terheran melihat tulisan bertinta merah disana. Kecil, namun ya tidak sekecil itu juga sebenarnya.

Upload salah satu foto ini di ig atau storyig klo lo nerima perasaan si stalker pengecut sok iya ini. Nerima perasaan loh ya, gue gak nembak atau whatever you call it. Just in case lo panik. Eits, jangan foto yg ini tapi, nanti bokap lo koar-koar sama gue. Hehe :)
-Duniamu.

Jantung Alina berdetak dengan sangat cepat dan keras. Ia sudah ada di salah satu titik ambyar tertingginya. Mana sanggup. Mana sanggup dia begini. Memang, ia akan lebih panik kalau Dunia menembaknya. Tapi bukan berarti yang seperti ini tidak membuatnya panik.

Di satu sisi, Alina tentu dan sudah pasti dan jangan ditanya lagi pastilah menerima perasaan Dunia. Namun, di sisi lain, ia agak cemas. Takutnya sudah ada teman Dunia yang tau soal foto-foto apalagi perilaku Dunia tadi. Apalagi tadi dia sempat melihat Dunia berbincang bersama Christian sebelum pulang tadi. Dan, siapapun yang kenal Alina pasti tau ia benci dijadikan pusat perhatian.

Apalagi ditambah Dunia yang sedang menjadi topik pergibahan antar teman-teman seangkatan atau bahkan kakak serta adik kelas di sekolahnya. Tamatlah sudah Alina jika semua orang tau. Alina tidak ingin jadi topik pergibahan, tidak ingin kenyamanannya menjadi anak biasa-biasa saja terenggut.

Hilma, yang sudah bagaikan soulmate eh tidak, bagaikan ibunya sendiri sejak tadi menatau Alina. Ia bisa membaca tulisan merah itu. Ia tau persis kepanikan Alina sekarang, Bahkan tanpa perlu melihat ekspresi Alina dan keringat dingin disekitar wajahnya.

"Udah Lin, Dunia udah mau ngegas banget itu. Ibarat naik motor, lo tinggal naik aja ke motornya. Nguush, jalan deh, goncengan." Kata Hilma selengekan. Alina menghembuskan nafasnya.

Kalau dipikir-pikir, iya juga, ya, nanti takut Dunia malah 'Mengerem' terlalu lama lagi. Mumpung Dunia tidak menembaknya, seperti yang ia harapkan, dan cara inipun tidak terlalu kentara sehingga ia tidak perlu bohong-bohong pada ayahnya untuk menemui Dunia seperti di novel-novel. Mata Alina berkeliaran mencari gambar apa yang harus ia post. Lalu matanya jatuh pada fotonya yang hanya berbentuk siluet. Itu waktu SMP, saat study tour ke malang dan posisinya Alina sedang menonton sunrise bersama teman-temannya yang walau tak terlihat di foto.

Ia mempost foto itu di ig storynya, tau betul bahwa Dunia tidak mungkin tidak mengecek story instagram orang-orang yang ia follow. Kalau di post di postingan biasa, takutnya Dunia tidak melihat. Mana sanggup Alina menahan rasa ambyarnya untuk memberitahu Dunia.

Maka, ia mengupload foto itu dengan caption, Accepted.

***
Di sisi lain, diluar dugaan, Dunia justru sejak tadi terus memantau profil instagram Alina meskipun ia sedang mengerjakan tugas di rumah Topan. Oh, lebih tepatnya, menyontek tugas.

Dunia sebenarnya mau diajarkan Topan nanti, tapi tunggu Topan selesai mengerjakan saja katanya. Biar bisa nyalin sekaligus ngertiin. Alasan bahlul, kalau ada Topan. Padahal Dunia sedang tidak tenang menanti jawaba Alina.

"Halo, kepada mas bucin, babang anti ambyar-ambyar club udah selesai nih, bikin peernya. Minimal salin dulu atuh, mbak bucin mungkin lagi ngetik caption. Sakit mata yang ada kalo masnya melototin hp gitu dari tadi" kata Topan sambil mencolek-colek pundak Dunia yang tak henti-hentinya memelototi handphonenya sejak tadi.

Dunia baru saja benar-benar akan mengalihkan pandangannya, sampai lingkaran warna warni tiba-tiba saja melingkari foto profil Alina. Dengan penuh kesan dramatis, Dunia memukul paha Topan keras.

"AKHERNYA PANN!" Kata Dunia. Topan sudah malas berkata-kata untuk membalas kelakuan barbar dadakan sahabatnya itu. Dunia dengan penuh hati-hati memberanikan diri melihat ig story itu.

Setelah melihatnya, mata Dunia begitu berbinar-binar, dan kemudian, terjadi lagi, ia memukul paha Topan keras.

"GAUSAH MUKUL-MUKUL GITU BISA KALI, DUN! YA GUSTI!" teriak Topan kencang yang disambut gedoran pintu keras dari adiknya.

***
Haloha epribadi! Gimana awal aprilnya? Udah mulai kangen gebetan di sekolah blom?

Nyehehe. Author cuma bisa doain dikangenin balik :)

Can't wait to see u again, my dearest readers!

DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang