Dunia bergegas berjalan keluar gerbang. Baru saja ia melihat punggung Alina keluar dari ruang kelas beberapa saat yang lalu. Seharusnya, Alina belum jauh. Dunia hanya ingin sekedar tau atau mungkin penasaran Alina akan pulang naik apa. Baru saja ia dengar dari Aan bahwa Hilma yang biasanya ditebengi Alina tidak sekolah.
Dunia berjalan sambil berselip sana-sini diantara begitu banyak teman-teman seangkatannya yang juga berjalan pulang. Ugh. Sebenarnya Dunia benci ini. Dunia benci harus berada ditengah-tengah crowd dan berdesak-desakkan.
Tapi, apapun untuk Alina.
Cowok dengan ransel hitam berbaret
Merah-biru itu sedikit berlari begitu keluar dari koridor. Ia mencari-cari gadis dengan ransel hijau bercampur merah dan kuning dekat gerbang. Namun nihil. Entah kemana perginya Alina. Melihat betapa ramainya keadaan didepan sekolah sekarang, Dunia benar-benar merasa Alina ditelan kerumunan orang-orang ini.Dunia berjalan kearah salah satu pemberhentian bis dekat gerbang. Lelah, panas dan pusing membuatnya memutuskan untum berhenti disana. Dunia duduk lalu memandang ujung sepatunya. Astaga, Dunia tidak pernah merasa selelah itu hanya karna berjalan di kerumunan sebelumnya.
Disisi lain, Alina ternyata sempat ke toilet dulu sebelum keluar gerbang. Moodnya sedang buruk seburuk-buruknya, jadi dia memutuskan sedikit cuci muka tadi. Berharap air yang sedikit menyegarkan wajahnya itu juga bisa menyegargakan pikirannya.
What a day.
Pikir Alina dalam hati. Saat ia keluar, sekolah sudah hampir sepi. Hanya tersisa sedikit siswa-siswi yang sekedar nongkrong entah menunggu jam ekstra kulikuler atau gabut. Alina berjalan gontai ke pemberhentian bis. Disana baru dia memesan gojek. Ia tidak mau berlama-lama dibawah terik matahari.
Bukan main terkejutnya Alina setelah mendapati siapa yang duduk disana. Dan iapun semakin terkejut lagi saat matanya bertubrukan dengan mata orang itu.
Dunia, tentu saja. Siapa lagi?
Alina segera mengalihkan pandangannya, lalu duduk di pojok lain tempat duduk menunggu bis itu. Ia berusaha duduk sejauh mungkin dari Dunia. Lalu cepat-cepat mengeluarkan hpnya.
"Nunggu bis?" tanya suara itu. Astaga. Alina tidak bisa percaya bahwa yang bilang begitu Dunia. Cowok yang notabenya cuek kepada cewek-cewek manapun di sekolah. Alinapun mengira ia juga salah satunya.
"Nggak, nunggu gojek, hehe." balas Alina kikuk. Dalam hati, ia sudah merutuki dirinya mati-matian.
Apasih lin? Sok akrab banget!
"Oh, hehe." balas Dunia meniru nada suara Alina. Alina menahan tawanya. Sepertinya Dunia benar-benar kesambet. Tidak pernah ada sejarah yang mengatakan atau membuktikan Dunia mau repot basa basi padanya. Tidak ada.
Well, setidaknya sampai hari ini.
Belum saja Dunia sempat berkata apa-apa lagi, sebuah motor berhenti tepat didepannya. Seorang gadis berhelm ungu muda mengendarai motor yang biasanya dibawa dunia.
"Kuy beb!" sapa Naluri nyeroscos tanpa dosa. Mata Dunia melotot. Alina yang duduk di pojok kursi semakin beringsut dalam duduknya. Hatinya berkedut nyeri lagi.
Dunia cepat-cepat naik ke motor sebelum Naluri sempat berkata apa-apa lagi. Takut Alina menduga yang tidak-tidak.
"Apasih beb? Helmnya dipake dulu atuh." kata Naluri sambil menyerahkan helm pada Dunia. Dunia semakin melotot lagi.
Mampus gue, mampus.
Dunia menyambar helm yang diberikan Naluri, lalu sebelum motor itu melaju, Dunia menoleh kearah Alina. Tadinya Dunia hanya berniat memastikan Alina, tapi ia tak menyangka Alina juga berani melirik kearahnya. Mereka bertatapan lumayan lama, karna Naluri ribet membenarkan helm, masker dan berbagai atribut anti gosong-gosong club miliknya.
Sebelum Motor itu benar-benar melaju, Dunia melihat dengan jelas Alina langsung beralih menatap kearah lain dengan tatapan aneh. Tatapan yang dulu pernah Dunia lihat. Yang dulu membuatnya begitu merasa bersalah.
Gawat.
Dunia benar-benar harus memperingatkan Naluri.
***
Rasanya udah selama itu ga update :')Makasi banyaaak banget buat yang setia baca, u guys means a lot buat author!
Semoga kalian jadi orang yang setia dan di setiakan balik!
-Luv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia
Teen Fiction"Entah apa yang lo lakuin sekarang dan dimasa depan nanti, gue akhirnya milih nyerah. Nyerah perjuangin lo, kita, dan hubungan yang entah apa ini. Gue. Cuma. Mau. Nyerah." -Alina Semesti. "Lo cuma nggak tahu. Dan gue, cuma butuh waktu yang tepat...