/7/

17 3 0
                                    

"Katamu aku Duniamu. Kalau begitu, kau adalah manusiaku. Iya, manusiaku. Apa artinya Dunia ini tanpa manusianya?"
-🌏
***
Ini hari minggu sore. Dunia biasanya jarang keluar rumah pada saat-saat seperti ini. Karena biasanya dia sibuk mengerjakan tugas untuk hari besoknya. Hari yang paling tidak ia nantikan, Senin.

Tapi, kali ini dia bersemangat keluar. Baru saja dia mengajak Topan dan Christian untuk menemaninya ke sebuah pertokoan malam. Selain membeli titipan mug dari Ibunya, ia sedang mencari sesuatu. Sesuatu penting. Yang menyangkut 'manusia'nya.

Topan ternyata tidak bisa datang. Ia harus mengantar adiknya ke dokter gigi. Topan memang begitu, kata Dunia, dia ini tipe-tipe Abang Goals. Apapun yang menyangkut adiknya, dia tidak akan main-main. Sepertinya, dia langsung berkata "siap laksanakan!" setiap ayahnya memintanya melakukan sesuatu untuk Reina, adiknya.

Ada sebuah cerita rahasia tentang Topan dan Reina, mungkin kita bisa tau nanti.

Jadilah, Dunia terpaksa mengajak Christian. Yang pastinya langsung diiyakan oleh Christian. Pasalnya, di pertokoan ini, ada Toko Perlengkapan Lukis Halmahera. Milik keluarga Hilma.

Dunia akhirnya sampai di rumah Christian. Yang memang tidaklah jauh-jauh sekali dari rumahnya. Christian anak keempat dari lima bersaudara. Ketiga kakaknya laki-laki. Adiknya adalah satu-satunya anak perempuan, yang sekarang masih duduk di bangku kelas satu sd.

Nama adiknya Chaterine. Nama yang agak aneh untuk orang Indonesia. Karena memang, Ibu Christian blesteran Indonesia dan Inggris. Tidak aneh lagi kenapa wajah Christian sedikit diatas rata-rata.

"Kuy lah!" kata Christian keluar dengan hoodie hijau army plus celana panjang dan sepatu yang sering ia pakai. Sedangkan dunia, bahkan sebenarnya hanya memakai kau putih dengan gambar Elmo yang ia lapisi jaket biru dongker. Tak lupa celana pendek hitam dan sandal jepit, katanya biar lebih terlihat kearifan lokalnya.

Kedua cowok itu bergegas menuju pertokoan malam. Uniknya, pertokoan ini hanya buka sejak pukul 6 sore keatas. Konon, toko-toko ini dijadikan pekerjaan sampingan oleh pemilik-pemiliknya. Karena pagi-siang mereka harus kerja kantoran, mereka baru bisa membuka toko-toko mereka saat senja sampai malam.

Setelah bertarung dengan lalu lintas selama kurang lebih 15 menit, mereka sampai di sebuah jalan dengan plang, "Pertokoan Semesta"

Christian dan Dunia memang sering kesini. Ada sebuah toko lokal yang menjual sepatu bola dengan kualitas super yang harganya tidak super-super sekali. Itulah mengapa cukup terkenal.

"Jadi, kita kemana dulu?" tanya Christian saat mereka berjalan memasuki pertokoan.

"Ke Toko Keramik Apik dulu. Nyokap gue mesen mug disana. Ambil itu dulu." kata Dunia sambil berselip-selip diantara cukup banyak orang yang entah berbelanja atau sekedar jalan-jalan disekitar pertokoan tersebut.

Setelah sampai, Dunia segera mengambil mug pesanan Ibunya. Lalu, mereka bergegas ke daerah barang-barang unik. Yang biasanya menjual barang-barang untuk dijadikan hadiah ulang tahun.

Dunia memasuki toko aksesoris yang dibuntuti saja oleh Christian. Dunia melihat-lihat daerah kalung sebentar. Lalu, mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Kuy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kuy." kata Dunia mengajak Christian membayar dikasir. Setelah itu, mereka berjalan ringan menuju daerah kuliner.

"Ga nyangka gue Dun, orang kayak lu mau aja bela-belain masuk toko kayak begituan buat beliin kalung Alina. Gila. Gentle man banget lo, bro. Yang didalem situ cewek semua lo tadi." kata Christian sambil merangkul Dunia.

"Itu mah gaada apa-apanya. Ini kalung juga murah banget. 15rb. Gue bukan cowok berduit karena orang tua, yang mampu beliin kalung berlian. Meskipun gitu, gue mau ini jadi berkesan buat dia. Meski gaada Apa-apanya, ini dibeli pake perjuangan." kata Dunia, terkekeh. Dia tidak pernah menyangka dirinya bisa sealay itu karena rasa.

"Alina is blessed bro. Having someone like you."

"Dih, jijik gue. Udah sana jauh-jauh! Ntar gue dikira ga normal lage!" kata Dunia, kembali menjadi dirinya, sarkasme.

"Yee, serius gue bro."

"Seriusnya lo bikin gue hampir muntahber."

Christian terkekeh, lalu mereka berhenti di sebuah warung kaki lima kualitas bintang lima yang menjual berbagai varian nasi goreng, bersiap menyantap makan malam mereka.

***
Alina mengernyit melihat sebuah amplop coklat diatas motornya siang ini. Yaa.... Ini memang ulang tahunnya. Tapikan, ga gini-gini juga. Mana tau didalemnya isi bangkai cicak, kan.

Berusaha berpikir positif, Alina memasukkan amplop itu ke tasnya. Nanti saja dia buka dirumah. Agak berbahaya membukanya disini.

Sesampainya dirumah, Alina hampir lupa dengan amplop itu. Baru setelah ia hendak mengerjakan prlah dia baru ingat. Maka, ia membuka amplop itu. Ada secarik kertas kecil disana.

Katamu, aku Duniamu. Kalau begitu, kau adalah manusiaku. Iya, manusiaku. Apa artinya dunia ini tanpa manusianya?
Selamat tambah tua, manusia.
-🌏

Alina mengernyit, lalu mengecek isi amplop itu lagi. Ia terkejut melihat kalung dengan bandul dunia atau bumi sederhana yang ia temukan. Hatinya melunak.

Mungkinkah Dunia yang memberikan ini?

Tuhan oh tuhan. Boleh ya, kali ini Alina percaya diri sedikit?

***
Haha! Kalo kalian yang jadi Alina, kalian bakal gimana? ^^

Semoga yang masih sendiri, cepat menemukan Dunia-nya dalam waktu yang tepat, ya.

Swetest smile for this swetest random day.
-Author.

DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang