/8/

17 2 0
                                    

Perasaan senang tidak tertahankan. Eh, tiba-tiba perasaan tidak ingin berharap menghadang jalan. Lantas bagaimana? Terobos saja dan percaya, atau berhenti dan sadar diri?
-👤

***
Alina masih menatap kertas dan kalung itu dengan tatapan aneh. Tidak percaya, terkejut, tidak menyangka, bingung, mendadak bekerja sama lalu berkumpul jadi satu siap memporak-porandakan hati Alina.

Wait.

Alina needs to take a break.

Nyatanya, semakin ia pikirkan, semakin kepalanya seakan mau meletup. Ia harus menghubungi Hilma secepat yang ia bisa. Harus oh harus.

Alinaqu💙
Hil, gue ke rumah lu sekarang. Penting genting.

Hilma menaikkan sebelah alisnya melihat pesan dari Alina tersebut. Apa-apaan? Untung saja Hilma sedang berada di rumah. Dan kebetulan juga ia sedang sendirian. Orang tua dan ketiga adik kembarnya sedang pergi membeli barang keperluan toko.

Tidak sampai 15 menit, Hilma mendengar suara motor didepan gerbang rumahnya. Ia bergegas keluar, membukakan pintu untuk siapa lagi kalau bukan Alina.

***
"WHAT?!" teriak Hilma heboh. Baru saja ia mendengar cerita Alina tentang amplop coklat yang ia dapatkan dan isinya yang mampu membuat Hilma berteriak menggelegar.

"Sst! Malu sama tetangga lo, Hil!" bisik Alina sambil menutup mulut Hilma.

"Serius-serius! Dunia beneran ngasih ini semua ke lo?" Tanya Hilma, masih heboh.

"Gue kan bilang ini belum tentu Dunia, Hil. Itu masih dugaan." balas Alina, tidak bersemangat. Perasaan sadar diri dan tidak ingin geer tiba-tiba saja mengreguti hatinya.

"Haduh Lin. Ini sih 99.9% Dunia! Ga mungkin orang lain! Amplop coklat ini, dibeli Dunia minggu lalu di toko gue, Lin. Percaya aja deh! Sumpah!" kata Hilma semangat. Memang baru saja ia hendak membahas tentang Dunia membeli amplop coklat itu dengan Alina. Eh, tiba-tiba sudah ditangan Alina saja.

"Oh ya? Dia beli berapa?" tanya Alina.

"Erhm.... Dua Sih." balas Hilma, mengingat-ingat.

"Nah kan, siapa tau dia ikutan Truth or Dare. Siapa tau bukan gue aja kan, yang dikasi." kata Alina.

" I am really sorry to say this Alina, but, ITU GA MASUK AKAL! SETITIK PUN ENGGAK!. Mana ada Dare seromantis dan setulus itu? Demi gue deh, Lin. Sekali ini aja, lo percaya diri ya?! Plisssss!" kata Hilma sambil mengguncang-guncangkan bahu Alina.

Alina menaikkan kedua alisnya. Pandangannya masih kosong.

Menurut Hilma, ini ciri-ciri kalau Alina sedang Loading. Memproses sesuatu, tentunya.

Seketika kedua pipi Alina merah, kebiasaannya kalau sedang senang. "AAAA! BODO AMAT KALO ITU CUMA DARE! GUE BAHAGIA BANGET HIL! AAAAA!" teriak Alina sambil melompat-lompat diatas tempat tidur Hilma.

Hilma tertawa ngakak.

Akhirnya, kena juga Alina ini. Akhirnya, Hilma berhasil membuat Alina percaya diri. Meskipun dengan cara yang well, cukup aneh.

Hilma ikut melompat-lompat, "I'M HAPPY FOR YOU TOO, SIST!" kata Hilma, ikut tersenyum lebar-lebar. Meski masih kalah lebar dengan senyum Alina.

Keduanya bahagia, terkadang sampai membuat Author bingung. Itu mulut ga takut robek apa? Senyum selebar itu? :v

***

Berharap

Hai yang disana, yang baru saja membuatku terbang ke langit ke tujuh.
Terimakasih sudah membuatku percaya dan berani berharap lagi.
Terimakasih sudah mengisi hidupku dengan letupan-letupan kebahagiaan.
Meski Aku tau suatu saat Aku bisa saja terjatuh, dan letupan-letupan itu bisa saja terhenti,
Demi apapun Aku tidak peduli.
Aku senang mengenalmu, dan merasakan semua ini.
Sekali lagi terimakasih,
Sudah membuatku berani berharap.

Pojok Aksara
-Aln.

Dunia tersenyum melihat tulisan itu. Barusan Christian memanggilnya dengan heboh untuk memberitahunya mading bulan ini sudah dipasang. Dan, Dunia tiba-tiba saja merasa menjadi orang paling bahagia sedunia.

"Dih-dih! Senyum-senyum lagi ni bocah! Nah, capt. Sekarang, siapa yang bucin?" kata Christian meledek.

Dunia meliriknya. "Bodo amat. Yang penting sekarang gue udah naik  pangkat."

"Naik pangkat apaan?"

"Naik pangkat jadi gebetan." :)

"DIHH!" teriak Christian keras. Sampai membuat beberapa orang disekitar mereka menoleh.

"Makanya, kalo suka itu berusaha. Jangan mandang dari jauh trus ngebucin mulu." kata Dunia, meledek. Lalu merangkul Christian menuju kantin.

"Halah. Gausah sombong deh lu. Liat aja usaha gue nanti!" kata Christian sambil balas merangkul Dunia.

"Iye-Iye. Mending sekarang isi peyut dulu."

Dan kedua cowok-cowok paling bucin menurut satu sama lain itupun melangkah ringan menuju surganya sekolahan, kantin~

***
Ahay! Author lagi niat seniat-niatnya nih! Hope you guys enjoooy!

Semangat buat yang sedang memperjuangkan dunia-nya. Semoga, dia cepat meruntuhkan dinding pertahanan-nya. :)

DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang