Awal Sebuah hubungan

3K 19 0
                                    



" Bisakah kamu menjadi bagian terindah dalam hidupku, untuk saat ini, nanti dan seterusnya."

    Jika boleh jujur Egi adalah laki-laki pertama yang menarik hatiku dengan begitu indahnya, Aku memang bukan anak baik-baik yang tak kenal dengan pacaran bahkan aku sendiri mengenal rasa suka dan pernyataan cinta sejak masuk SMP, tapi tak ada yang istimewa.

    Kadang hubunganku berakhir begitu saja tanpa kejelasan. Banyak yang datang menyatakan cinta tapi tak pernah benar-benar membuatku jatuh cinta.

   Cukup mudah bagiku untuk mendapatkan pasangan, bukan karena sok cantik tapi memang aku cukup dalam kategori cantik di kalangan remaja dengan kulit putih mulus khas mojang periyangan, dengan rambut hitam panjang menjuntai, memberikan kesan gadis polos jauh dari kata nakal.

   Nakalnya bukan dalam artian yang aneh-aneh, namun lebih tepatnya seperti mencari sosok kasih sayang yang hilang.

   Ya, aku hanya hidup berdua dengan bunda, ayah pergi meninggalkan kami demi wanita lain.

   Aku yang sedari dulu tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah, memilih mencari kasih sayang tersebut dengan mendekati banyak pria. tapi tak ada satupun yang benar-benar menyentuh hatiku.

  Malam ini aku menemukan rasa itu, rasa suka, jatuh cinta, sekaligus kebahagian dengan cara yang sederhana, malam indah di hiasi ribuan bintang sebagai saksi, susu coklat hangat yang menemami, dan juga bunga-bunga indah yang bermekaran menggambarkan perasaanku saat ini.

" Egi " bisiku parau.

Dia tidak menjawab hanya menatapku dengan senyum manisnya.

" Aku akan menunggu." ucapnya lirih.    Hening,, tak ada perbincangan kami hanya duduk terdiam menatap langit dengan pikiran masing-masing.

Angin semakin dingin dan malam pun semakin larut.

Susu coklat nya juga habis tak tersisa setetespun.

" Sudah larut, kamu harus tidur." Dia bangkit mengulurkan tangannya padaku.

   Aku hanya mengangguk sebagai jawaban serta menyambut uluran tangannya.

   Di mengibas-ngibaskan tangan ke celana belakangnya, aku mengikuti apa yang dia lakukan karena aku juga merasa jika celana belakangku kotor karena memang kami duduk diatas rumput tanpa alas.

Dia melangkah berbalik membelakangi ku, sadar dia akan pergi aku menarik kecil baju nya.

" Egi ." ucapku tertunduk malu.

" Iya Sya." jawabnya tanpa menoleh ke arahku.

" Aku nggak mau semuanya berakhir disini." aku masih tertunduk malu dengan gelas kosong yang aku genggam erat dengan kedua tangan. Aku tak berani menatap matanya yang sudah berbalik menghadapku.

   Dia menyentuh dagu dan mengangkat wajahku dengan satu tangan, jarak kami sangatt dekat bahkan dia memeluk pinggangku dengan tangan satunya yang dia gunakan untuk menggenggam gelas.

   Nafas nya terdengar tak beraturan hangat bahkan lebih hangat dari susu coklat tadi, malam ini dengan semilir angin aku merasa kepanasan, langit yang di hiasi bintang namun pandanganku malah berkabut.

   Malam itu untuk pertama kali nya aku merasakan manisnya sebuah ciuman.Bibir kenyalnya terasa manis, semanis coklat yang tadi atau bahkan ini lebih manis.

Ciuman nya lembut tak ada paksaan tak ada tuntutan, sebuah ciuman kasih sayang.

Aku terpejam menikmati sensasi aneh yang kurasakan.

Ingin rasanya ku peluk dia seerat mungkin.

Egi melepaskan ciumannya dia menatapku begitu lekat, mengambil gelas dalam genggamanku, seperti dia mengerti bahwa aku ingin memeluknya namun tak bisa karena aku masih mengenggam gelas itu.

Dia meletakan gelasnya sembarangan diatas rumput.

Tak ada sepatah katapun yang terucap dia kembali mencium bibirku namun sedikit berbeda dari yang tadi. Kini ciuman sedikit agresif dan menuntut, hampir membuatku kehabisan nafas.

Perlahan Egi melepaskan ciuman nya namun masih memeluku dengan erat.

" Aku anggap ini sebagai jawaban dari pertanyaanku." bisiknya tepat disamping telingaku membuat aku bergidik ngilu.

" ssshhh " aku terpejam menahan nafas saat dia mengecup lembut daun telingaku.

    Aku masih terpejam dengan perasaan aneh yang menghampiriku seperti ada sesuatu yang ingin aku tuntaskan tapi aku tak tahu itu apa.

Egi melepaskan pelukannya dan menuntunku kembali ke dalam rumah.

Ada rasa kecewa, bahagia, penasaran dan juga sesuatu yang mengganjal, aku tak tahu apa yang ku rasakan.

Namun yang pasti aku menginginkan lebih, lebih dari sekedar ciuman.

AnatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang