Malam Panas

5.9K 27 0
                                    

   

     Aku masih terdiam, jujur aku sendiri bingung harus bereaksi seperti apa?, atau bagaimana harus ku jawab?Aku tak mungkin menyakiti dan menduakan Egi, tapi aku juga tak rela jika harus kehilangan Denda.

Egois memang.

" Gue gak akan ganggu hubungan lu sama Egi, tapi gue mohon kasih gue kesempatan." ucapnya lirih tertunduk lesu.

Aku mendekat kearahnya, meraih pipinya supaya dia bisa mentapku.

" Jujur, gue nggak tau apa yang harus gue lakuin, tapi bagi gue lu tuh berharga, dan gue nggak mau jadiin lu sebagai bayangan apalagi cadangan saat Egi nggak ada."

" Tapi kalo dengan cara itu gue bisa di samping lu, gue nggak keberatan Nat." Dia menatap mataku dengan lekat, dan semakin mendekat.

   Hembusan nafasnya terasa hangat, wajahnya mendekat mengecup kedua pipiku lalu melumat pelan bibirku.

   Malam ini pun aku kembali berciuman di bawah hiasan bintang-bintang dengan semilir angin yang menjadi saksi bisu.

   Dinginnya malam tak lagi membekukan, aku merasa hangat dengan pelukan yang begitu erat juga cumbuan yang memabukan.
Ada gairah yang berbeda, aku terlena menikmati sentuhanya yang lembut, dia membelai rambutku, mendekap erat tubuhku, juga memperdalam ciumannya.

   Aku merasakan emosi yang cukup kuat dalam setiap hembusan nafasnya.
Ciumannya begitu menuntut dan menggairahkan.

" hhhhhh " nafasku tersenggal ketika Denda melepaskan pagutannya.

"Mulai sekarang, gue akan selalu ada buat lu, kapan pun itu." Dia memelukku serta mengecup keningku dengan lembut.

   Aku membenamkan wajahku di dadanya.

" Hangat " batinku.

    Kami berpelukan cukup lama dengan deru nafas yang masih tak beraturan juga dengan debaran jatung yang masih gemuruh dengan nafsu dan ketidakpuasan.

   Aku menginginkan lebih dari ini, tapi aku harus bertahan dengan rasa cintaku pada Egi.

"Kita kembali ke villa ya, aku tau kamu lelah." aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

   Kini kamu berjalan berdampingan dengan tangan kanannya memeluk pundakku.Suasana villa sudah sepi serta lampu rumah pun sudah mati mungkin yang lain sudah terlelap pikirku.

" Den, gue haus, anterin ke dapur yuk, gelap nih." pintaku kami berjalan sejajar menuju arah dapur, tak ada percakapan karena memang suasana sangat sunyi.

   Samar-sama terdengar suara teriakan- teriakan kecil dari arah kamar lisa.Aku yang tak mengerti kondisi dan situasi berjalan tergesa menuju kamar tersebut.

    Sesampainya di depan kamar aku terkejut melihat pemandangan yang jauh dari perkiraanku dari celah pintu kamarnya yang sedikit terbuka, aku menganga menyaksikan Lisa yang sedang duduk di atas pangkuan Fahmi dengan kondisi telanjang bulat.

     Terdengar teriakan dan desahan kecil dari bibir mungil Lisa, Dia menengadah menghadap langit-langit kamar sedangkan Fahmi sedang asik-asiknya mencium dan menjilati leher juga dada Lisa.

    Lisa berlonjak-lonjak erotis di pangkuan Fahmi. Sunggu pemandangan yang sangat indah sekaligus menggairahkan.Fahmi beberapa kali mencium bibir dan juga dada nya, Lisa mendesah dan semakin kuat menggoyangkan pinggulnya di atas pangkuan Fahmi.

Terdengar desahan juga hembusan nafas yang kasar dan tak beraturan.

    Aku diam terpaku dengan desiran-desiran halus menglingkupi diriku, mereka terlihat begitu menikmati percintaannya.

"Nat." suara Denda berbisik parau tepat di belakang daun telingaku.

    Kedua tangan Denda mengusap sensual pundakku.Aku meremas bajukku agar tak mendesah.Denda tak hanya membelai, ia menundukan wajahnya mengecup ringan pundakku. Aku bergidik ngilu dengan kecupannya.

  Aku hanya bisa memejamkan mata dan menggigit bibir bawahku saat Denda menempel mendekap tubuhku dari belakang.

" ssshhh " aku sudah tak bisa menahan desahanku lagi.Aku menengadah menahan gairah terlihat Denda tersenyum sayu.

"Achhhh" aku menjerit kecil ketika bibir dan lidahnya menjilat, menggigit juga menghisapnya dengan cukup kuat.

   Aku sudah tak tahan dengan godaannya aku membalikan tubuh ku menghadapnya melingkarkan kedua tanganku ke di pundaknya.

   Denda mencium bibirku dengan lembut serta kedua tangannya merangkul pinggangku.Dia mengangkat pinggulku dan denga refleks aku melingkarkan kedua kakiku di pinggangnya.

   Dia membawaku ke kamar tanpa melepas ciumannya, saat tiba di pintu kamar dia membuat pintu tanpa melepaskan aku dari dekapannya.

   Aku dibawa duduk di pangkuannya dengan posisi mengangkannginya persis seperti posisi Fahmi dan Lisa tadi.Denda semakin lihai mencium dan menghisap bibirku.

Bahkan tangannya sudah mulai mengelus dan meraba dadaku.

"Achhh" aku melepaskan desahan dan memeluk kepala Denda saat dia mulai menciumi dadaku dari luar bajuku.

   Aku belingsatan tak karuan menekan kepala Denda agar semakin keras mencumbu dadaku. Aku merasa geli yang begitu hebat di area kewanitaanku.

   Aku semakin ketat melingkarkan kaki ku di pinggangnya.Tangan menyusup ke balik kaos yang ku kenakan, menariknya hingga terlepas, terpampang lah dada mulusku yang masih tertutup bra bewarna hitam.

   Setelah berhasil melepaskan kaos dari tubuhku, iya membuka pakaiannya dan memamerkan dada bidangnya di hadapanku.

Denda tersenyum.

   Dia membaringkan tubuhku di atas kasur menindih tubuhku.Dengan satu tangan dia melepas celana jeans dan kemudian dia singkirkan ntah kemana. Dia kembali menurunkan celana jeans ku hingga terlepas.

   Kini kami hampir telanjang bulat, Denda masih mengenakan celana dalamnya begitupun aku yang masih mengenakan bra dan juga celana dalam.Kami kembali berciuman dengan posisi Denda berada di atasku.

   Tangannya kini mulai membelas pundakku dan menyusup ke belakang punggung, dia menarik kaitan bra lalu melemparnya ke sembarang arah.

   Kami hanya terhalang celana dalam masing-masing , gesekan demi gesekan semakin membuatku bergairah.Terlihat Denda bangkit dan melepaskan celana dalamnya.Aku menganga sedikit ngeri melihat kejantanan Denda yang besar tegak mengacung.

" ssshhhhh " dia meraba keawanitaanku.

" Aku masih perawan." seketika Denda berhenti ketika akan melepas celana dalamku.

" Just make out ya sayang." ucap Denda parau menahan gairah.

Aku mengangguk sebagai jawaban, Denda mengarahkan kejantanannya pada lubang kenikmatanku yang masih tertutup celana dalam tipisku.

"Aku geek-gesek ya." ucapnya dengan sendu.

" Achhh " aku meremas punggungnya saat di rasa Denda semakin mepercepat gesekannya yang terhalang kain tipis itu.

"Nghhh... ahhhh.." aku mendesah, menjerit ketika dia menghentakan kejantananya.

   Aku memeluk pundaknya untuk mengimbangi goyangannya, Denda kembali menciumi bibir juga dadaku.Aku terengah-engah seperti ada sesuatu yang bergejolak, pandaganku kabur, aku seperti terbang ke atas awan, melambung tinggi.

   Aku menjerit, mendesah tak karuan, aku tak sempat menarik nafas Denda sudah kembali menggesek kejantananya di mulut lubang kewanitaanku.

"Natt...Natt" panggil nya begitu berat di sela goyanganya yang semakin kuat.

"Nattt.. achhhh" dia berteriak tak tertahan memelukku bergetar hebat dengan mata terpejam.

"achhhhh" dia terjatuh diatas tubuhku tanpa beban.

Terlihat senyum manis terukir di bibirnya.

Dia mencium bibirnyaku dengan lambut. Kami tertidur pulas dengan perasaan bahagia.

AnatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang