Setelah menikmati secangkir kopi di warung pinggir jalan, aku dan Juna melanjutkan berjalan memasuki area wisata kembali. Di tengah laju kaki ini melangkah, kami berhenti, ketika ada seorang pedagang buah-buahan yang melintas di depan kami.
''Bang!'' seru Juna memanggil pedagang buah tersebut. Seketika itu pula, Si Abang Buah langsung berhenti dan melengos ke arah kami.
''Beli!'' seru Juna lagi.
Aku dan Juna langsung bergerak mendekati tukang buah itu.
''Ada buah apa saja, Bang?'' tanyaku.
''Ada mangga, jambu, nanas, pisang, semangka dan melon,'' jawab Si Tukang Buah menyebut barang dagangannya.
''Oke, aku mau nanas saja. Berapaan nih, Bang?'' kataku sambil memilah buah yang akan kubeli.
''Nanas seharga goceng per potongnya,'' jawab Si Tukang Buah ini, sambil melengkungkan bibir hitamnya.
''Aku mau satu ya, Bang!'' kataku sembari mengambil nanas yang telah kupilih, ''Juna, kamu mau buah apa?'' lanjutku dengan mendongak ke arah laki-laki berkulit sawo matang itu.
''Aku mau mangga saja!'' sahut Juna seraya meraih satu buah mangga yang telah dikupas, ''Oke, semuanya jadi berapa, Bang?'' tanya Juna pada Si Tukang Buah.
''Dua puluh ribu rupiah, Mas!'' jawab Pedagang Buah yang masih terlihat muda itu.
''Oke!'' Juna menganggukan kepala, lalu dia merogoh kantong celananya dan menarik selembar uang kertas dua puluh ribuan. Selanjutnya laki-laki berjenggot tipis ini menyerahkan uang tersebut ke tangan Si Tukang Buah bertopi cowboy.
''Terima kasih, Mas!'' ucap si Tukang Buah itu sambil tersenyum lebar, lalu dia pergi meninggalkan kami yang telah memegang buah pilihan kami masing-masing.
''Kamu mau mangganya, Har?'' Juna menyodorkan sepotong mangga ke arahku.
''Tidak, terima kasih. Aku lebih suka nanas, Jun ...''
''Oh, ya, kenapa?''
''Gak apa-apa sih, cuma selera saja!''
''Oh, gitu. Kirain ada alasan khusus.''
''Hehehe ...'' Aku dan Juna jadi nyengir.
Well, sambil menikmati buah-buahan ini, aku dan Juna terus melangkah ke area wisata Gedung Tua. Kami mengobrol ngalur-ngidul hingga mulut-mulut ini berbusa kehabisan kata. Puas bercuap-cuap, akhirnya kami memutuskan untuk menonton pertunjukan musisi band jalanan yang sedang mengamen. Mereka menyanyikan tembang-tembang lawas yang pernah dipopulerkan oleh grup band legendaris Sheila On 7.
Musik yang asik dan teriakan vokalis yang lumayan merdu, cukup membuat tubuhku turut berjingkrak mengikuti irama. Apalagi lagunya yang berjudul, 'Tunggu Aku Di Kotamu', benar-benar mengingatkan aku pada masa silam waktu jaman sekolah. Jaman di mana aku yang masih polos dan culun tentang dunia percintaan yang terlalu rumit untuk dimengerti. Jaman yang terlalu indah untuk dikenang dan terlalu manis untuk dilupakan. Namun sayang, jaman itu menyisakan roman pelik yang membuat hati tercabik-cabik. Betapa tidak, perempuan manis yang aku inginkan malah jadi pacar sahabatku sendiri. Sedih, terakhir kali aku mendengar kabarnya, konon mereka kini telah menikah dan sudah dikarunia dua orang anak.
''Harsan ...'' Suara tenor Juna tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
''Iya,'' sahutku.
''Kamu mau request lagu, gak? Sekalian tulis di sini. Aku pengen minta lagu untuk dinyanyikan oleh band itu,'' terang Juna berlanjut.
''Mmm ... boleh, aku pengen mendengarkan lagu, 'Berhenti Berharap'-Sheila On 7.''
''Oke!'' Juna langsung menuliskan lagu yang aku sebutkan di selembar kertas, kemudian dia menyerahkan kertas tersebut ke salah satu personil band jalanan itu.
Dan tak lama kemudian, lagu yang menjadi salah satu original soundtrack film '30 Hari Mencari Cinta' itu langsung menggema di penjuru sudut wisata Kota Tua ini.
Aku tak percaya lagi
Dengan apa yang kau beri
Aku terdampar di sini
Tersudut menunggu matiAku tak percaya lagi
Akan guna matahari
Yang dulu mampu terangi
Sudut gelap hati iniAku berhenti berharap
Dan menunggu datang gelap
Sampe nanti suatu saat
Tak ada cinta kudapatKenapa ada derita
Bila bahagia tercipta
Kenapa ada sang hitam
Bila putih menyenangkan
ha ... ha ...Reff :
Aku pulang ...
Tanpa dendam ...
Ku terima ... kekalahanku ...Aku pulang ...
Tanpa dendam ...
Kusalutkan ... kemenanganmu ...
wow ...Kau ajarkan aku bahagia
Kau ajarkan aku derita
Kau tunjukkan aku bahagia
Kau tunjukkan aku derita
Kau berikan aku bahagia
Kau berikan aku derita ....[female vocal]
ha ... ha ... ha ...[duta]
Aku pulang ....
Tanpa dendam ....
Kuterima ... kekalahanku ...[female vocal]
Rebahkan kalbumu
Lepaskan perlahan
Kau akan mengerti
Semua ...[duta]
Aku berhenti berharap
Dan menunggu datang gelap
Sampai nanti suatu saat
Tak ada cinta kudapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Jantan Abu-abu
Short StoryUntuk 13++ Kucing Jantan Abu-abu itu bernama Pusspyo yang kutemukan tergeletak di jalanan. Suatu hari, Pusspyo pergi menghilang entah ke mana? Saat aku mencarinya, aku berjumpa dengan seorang pria muda yang memiliki sikap dan ciri-ciri persis sepert...