Setelah memperoleh barang incaran, akhirnya aku dan Donggi berpisah. Kami pulang ke tempat masing-masing. Sebelum balik ke kontrakan, aku mampir ke minimart untuk membeli minuman. Saat aku hendak membuka pintu minimart tersebut, aku berpapasan dengan seorang laki-laki berperawakan tinggi besar. Aku sangat mengenali wajahnya, karena aku sudah beberapa kali berjumpa dengan dia.
''Budjang ...'' sapaku pada laki-laki berkulit putih itu yang baru saja keluar dari minimart.
''Hai, Harsan!'' sahut Budjang setengah terkejut, mungkin ia tak percaya bisa bertemu dengan aku di sini, ''aduh ... dunia sempit sekali ya, di mana-mana kita selalu bertemu, ini hanya kebetulan atau memang kita berjodoh ya, hahaha ...'' imbuhnya berkelakar.
Tak ada sesuatu yang kebetulan, melainkan tindakan yang telah terskenariokan.
''Hahaha ... bisa aja kau, Jang!'' timpalku turut berkelakar.
''Mau belanja apa, San?'' tanya Budjang berlanjut.
''Cuma mampir sebentar, mau beli penghilang dahaga di tenggorokan,'' jawabku.
''Hehehe ... kalau hanya sekedar minuman mah, gak usah masuk, San ... kebetulan ini aku juga baru beli beberapa minuman dingin ... ambil aja!'' kilah Budjang seraya menyodorkan minuman kemasan kaleng ke hadapanku.
''Ah ... gak usah, Jang!'' tukasku.
''Gak usah malu-malu, cepetan ambil, gih!'' Budjang mengambilkan satu minuman itu dan menaruh paksa di telapak tanganku.
''Aduh, aku jadi gak enak nih, Jang!'' ujarku.
''Kalau gak enak kasih kucing!'' timpal laki-laki tampan berwajah oriental ini dengan enteng.
''Kan kamu kucingnya, Jang!''
''Hahaha ... pinter juga ya, ngelesnya!'' Budjang jadi ngakak.
''Hehehe ...'' Aku hanya nyengir kuda, ''Terima kasih, ya!'' kataku.
''Iya, sama-sama. Eh, San ... lo ada acara gak malam ini?'' tanya Budjang.
''Mmmm ...'' Aku memutar bola mataku berlaga mengingat sesuatu, ''kayaknya gak ada!'' lanjutku.
''Kalau tidak ada ... ikut gue, yuk!''
''Kemana?'' Aku mengernyit.
''Udah ikut aja, lo pasti senang!''
''Sekarang?''
''Gak, tahun depan!''
''Hahaha ...''
''Ya, sekaranglah!''
''Aduh ... gimana, ya?''
''Udah ... tak usah banyak mikir, kelamaan!'' Budjang menarik tanganku, lalu menuntunku menuju ke tempat di mana motor scoopy-nya terparkir.
''Naik!'' titah Budjang setelah ia nangkring di punggung motornya.
''Gak ada helm, Jang!'' tukasku.
''Gak apa-apa, gak ada polisi yang mau nilang!'' timpal Budjang membujuk bahkan terkesan sedikit memaksa. Aku pun akhirnya jadi luluh dan mengikuti perintahnya. Meskipun ragu aku duduk di jok belakang kendaraan roda duanya ini.
''Udah siap, Boy?'' kata Budjang.
''Udah!'' jawabku singkat.
''Pegangan yang kenceng, ya! Bila perlu peluk aja body gue, hehehe ...'' komando Budjang tegas sembari men-starter motornya.
''Siap!'' balasku.
Sejurus kemudian, Budjang menarik gas motornya, dan alat transportasi roda duanya ini meluncur seketika dengan kecepatan yang hampir mendekati maksimal. Gila! Seperti orang yang sedang kesetanan Budjang mengendarai motor scoopy-nya ini, hingga suara mesinnya mengerang hebat. Dengan sangat kencang ia membawa motor dan tubuhku seakan melayang menjelajahi jalanan aspal ibu kota. Sesekali aku harus memeluk tubuh Budjang dengan erat, karena laki-laki berbadan muscle ini, terkadang melakukan pengereman mendadak. Entah, ia sengaja melakukannya atau memang harus mengambil langkah itu, lantaran ia harus pandai berkelit di antara padatnya laju kendaraan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Jantan Abu-abu
Short StoryUntuk 13++ Kucing Jantan Abu-abu itu bernama Pusspyo yang kutemukan tergeletak di jalanan. Suatu hari, Pusspyo pergi menghilang entah ke mana? Saat aku mencarinya, aku berjumpa dengan seorang pria muda yang memiliki sikap dan ciri-ciri persis sepert...