Suami Muda

Gelar dan Status Sosial

Minggu-minggu pertama kerja terasa berat bagi seorang Listy. Dia masih terus berjuang untuk menjadi sales pro macam mbak Kania, meski cerewet dan suka ikut campur urusan orang lain setidaknya dia selalu mencapai target penjualan. Sepadanlah dengan gayanya yang sok. Ups!

Listy masih mengamati rekan satu timnya yang sedang sibuk merias wajah. Dia sendiri enggan memakai lipstik, menurutnya dia sudah cantik tanpa perlu dandan, dan kenyataannya memang iya. Bahkan ketiga senior yang satu tim dengannya terang-terangan menunjukkan betapa irinya mereka. Kalau Listy mau dandan yakin deh mereka-mereka ini kalah saing.

Kania yang sedang merapikan riasan dibagian alisnya melirik sinis kepada Listy yang terang-terangan menatap serius kegiatannya sambil bertopang dagu. Dalam hati, senior yang sudah memiliki satu anak balita itu ingin mengumpat keras saking irinya kepada Listy yang memiliki alis tebal tanpa harus menambahkan lukisan menggunakan pensil alis.

"Kenapa? Aku cantik?!" sindir Kania yang jengah ditatap intens oleh Listy. Sedang Listy yang ditodong sindiran halus pun tersenyum, mengendikkan bahu, lalu menghela napas panjang.

"Aku tu cuma ngelihat mbak dandan, biar bisa ikutan dandan juga." jawab Listy diplomatis. Sedang dalam hati Kania, dia berharap semoga Listy cuma bercanda. Bisa kalah saing dia sama bocah yang bahkan umurnya saja diatasnya setahun.

Acara dandan pun selesai setengah jam kemudian. Semua personel sudah berkumpul diruang rapat, kecuali Listy, kesemuanya berseragam putih dengan aksen merah dibagian leher dan pundak sampai ke lengan. Tak lupa bordiran  logo sayap mengepak dibagian punggung. Seragam idaman Listy yang ingin segera dipakainya. Tapi kapan?!!

Sungguh dia sangat ingin membuktikan pada keluarganya kalau dia itu mampu, tapi kenyataannya dia bahkan tidak sempat dan tak akan pernah mendapat kesempatan meski hanya sekedar menyuarakan pendapat.

Tuhan memang adil, meski hampir tidak mendapatkan perhatian, dia di anugerahi kecerdasan yang mengagumkan. Bakatnya dibidang ilmu pengetahuan dan keahliannya berhitung selalu mendapat decakan kagum dari semua guru yang pernah mengajarnya. Namun, itu hanya berlaku di sekolah, karena jika sudah berada di lingkup keluarga, dia bukan siapa-siapa, sebagus apapun prestasinya di sekolah. Menurut keluarganya, itu adalah hal yang wajar.

Dan kini, memang terbukti benar adanya. Sepintar-pintarnya dia menghitung angka dan menguasai beberapa bahasa asing dia sangat kesulitan saat mencari pelanggan.

_____

Terlahir cantik adalah anugerah bagi setiap wanita. Namun nyatanya tidak begitu dengannya. Justru karena dia terlahir cantik, orang-orang disekitarnya malah mengira dia adalah anak dari hubungan gelap sang ibu dengan laki-laki lain. Tuduhan macam apa itu? Apa yang tetangga tau tentang ilmu genetik? Sangat ingin rasanya mencekoki ilmu biologi kepada tetangganya yang sudah memiliki puluhan cucu itu. Suka nyinyir memang tetangganya itu.

Lagi, pengalaman tak nyaman ditemukannya di tempat kerja, bahkan dia dihindari karena cantik. Ya ampun, bahkan hanya karena cantik dia dijauhi? Salahnya dimana? Haruskah dia protes kepada Sang Pencipta untuk merubah wajahnya menjadi jelek, gitu? Bukannya malah kebalik, saat orang lain ingin tampil cantik dengan merias wajah, dia bahkan tampil apa adanya biar 'agak jelek' mungkin? Tapi nyatanya, dia nggak dandan aja udah cantik, lalu harus bagaimana? Nggak dandan sama dandan ujung-ujungnya juga disirikin, haduh!

Satu yang jelas, dia mensyukuri apa yang ada, terlepas apa kata orang tentang fisiknya. Setidaknya itu semua asli tanpa operasi.

Listy masih merenung, meratapi nasibnya. Memikirkan target penjualan menambah rumit pemikirannya, belum lagi ejekan orang rumah, tetangganya yang ikut-ikutan nyinyir juga, ditambah respon beberapa senior yang merasa tersaingi akan kecantikannya, yaa Allah, tekanan batin nih lama-lama!