Penantian yang berbuah manis. Akhirnya, pecah telor juga. Butuh waktu enam minggu bagi seorang Listy untuk bisa menjual satu unit motor. Catet ya, satu. Padahal target bulanannya minimal empat unit, hayo lo!
Dibilang bangga, ya memang bangga. Setelah meladeni puluhan pesan-pesan php juga modusan akhirnya ada orang yang benar-benar ingin membeli motor melalui dirinya. Dia bersyukur untuk itu, tumpengan!
Masih dengan atasan blus warna putih dengan celana kain warna hitam, tak lupa jilbab putih persegi yang membingkai wajah imutnya, Listy nampak berseri-seri. Senyumnya terkembang sempurna, membuat rekan kerjanya sedikit heran, namun tak ada yang ingin mengetahui lebih jelasnya, alias tak ada yang bertanya lebih lanjut.
Mungkin karena pembawaan Listy sendiri yang kurang suka ikut campur mengenai urusan pribadi teman-teman kerjanya, sehingga teman-temannya pun segan untuk bertanya juga. Apalagi dalam divisi marketing yang tengah di jalaninya ini terpecah menjadi empat kubu, yang membuatnya harus berada di pihak yang netral, dan salah satu pilihan yang terbaik adalah diam.
Ya, diam. Diam lebih baik daripada berbicara yang tidak baik! Kecuali urusan penjualan Listy tak akan banyak tanya, ia cenderung menjadi pendengar pasif. Lebih baik ngisi TTS daripada gosip! Salah satu kalimat penghiburan diri yang membuatnya tuli sejenak saat bergabung dengan rekan kerjanya.
Saat menunggu waktu pulang yang masih empat puluhan menit lagi, dia mengeluarkan salah satu buku TTS yang tak bersampul dari dalam tasnya. Mengambil sebuah pulpen dan mulai membaca pertanyaan-pertanyaan yang ada. Belum juga dia selesai menulis jawaban di kotak warna putih, seseorang duduk didepannya. Mengalihkan pandangan dari kotak hitam putih dia mendongak untuk mengetahui siapa yang mengganggu konsentrasinya.
"Sibuk amat, mbak?" Seorang pemuda berseragam kerah merah memandangnya sambil bertopang dagu, saat beradu pandang si pemuda tersenyum, manis, hingga nampak giginya yang putih.
"Ah, enggak. Lagi santai juga, nungguin jam pulang masih lama," balas Listy melanjutkan mengisi huruf per huruf ke kolom putih.
"Kenapa nggak pilih gabung sama temen-temen? Tuh, pada nyemil sama nonton tv didepan," ujar sang pemuda menunjuk sekelompok sales yang memang tengah bercengkerama.
"Emang harus?" Tanya Listy balik, di tutupnya buku tts tanpa sampul tadi dengan pulpen yang masih terselip didalamnya.
"Ya, nggak harus juga, mbak. Hehe," sang pemuda nampak kikuk. Niat awal memang ingin mengakrabkan diri dengan Listy, namun nyatanya mbak cantik dengan wajah imut yang menggemaskan ini benar-benar sosok yang sulit didekati.
"Woy! Berduaan aja kalian, awas ketiganya setan!" Teriakan salah satu sopir menginterupsi keduanya. Listy yang mulai sadar menoleh sekeliling, ternyata di ruang briefing ini hanya ada dia dan Ricko, ya pemuda yang berhadapan dengannya ini bernama Ricko Saputra.
Ricko adalah salah satu sales pria dengan penjualan yang stabil, selalu mencapai terget dan juga berwajah tampan. Kulitnya putih bersih, dengan wajah tampan ditunjang postur tubuh yang tidak terlalu besar, jatuhnya ramping.
"Sembarangan!"teriak Ricko sambil berkacak pinggang. Tak urung sopir yang sudah berdiri diambang pintu itu menghampiri keduanya.
"Pedekate, Ko?" Bisik pak Yanuar di telinga Ricko saat sudah berada disamping Ricko, reflek Ricko menyikut perut buncit pak Yanuar yang terkekeh. Listy yang duduk didepan Ricko yang hanya terbatas oleh meja mengernyit mendengar bisikan pak Yanuar.
Pedekate? Batinnya heran. Baru setelah sadar, ternyata Ricko sedang mendekati dirinya, oalah!
Cakep, sih. Sayangnya brondong. Coba aja umurnya diatas ku dikit aja, gak nolak deh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Muda
Lãng mạnMenikah memang salah satu impian semua orang, termasuk bagi Catur Winda Listyawati. Seorang guru honorer di salah satu SMP swasta di kota Solo. Guru cantik berhijab dan berkacamata, pengampu mata pelajaran matematika, yang punya hobi nonton kartun d...