"Gawat, orang tuamu dalam bahaya"
"Apa!?" Chan Woo memekik.
"Para ghul sedang mengincar orang tuamu. Kurasa setelah orang tuamu, saudaramu juga pasti akan mereka incar. Cepat atau lambat." Belphegor menatap tajam Chan Woo, mengisyaratkan agar ia segera bergerak.
"Ghul? Apa itu?" Chan Woo bertanya tak mengerti.
"Kau tidak tahu?"
Chan Woo mengedikan bahunya. Pikiranya melayang pada apa yang barusan Belphegor katakan, orang tuanya dalam bahaya.
"Mayat hidup" Belphegor berpikir sejenak.
"Atau lebih tepatnya roh jahat""Zombie?" Chan Woo berusaha memberikan gambaran untuk dirinya sendiri.
"Bukanya kau juga roh jahat?" Chan Woo tersadar atas ucapanya dan mulai berhati hati dengan Belphegor.Belphegor menarik nafas panjang, nampak menahan amarah.
"Jangan samakan aku dengan makhluk kasta rendahan seperti mereka.""Apa bedanya?"
"Tentu saja beda! Aku jauh lebih mulia dari mereka!" Belphegor mendengus kesal.
"Lupakan soal kasta, kita kembali ke topik kita sebelumnya" Belphegor mengalihkan pembicaraan, lebih karena kesal karena Chan Woo menyamakanya dengan roh kudus."Jadi mereka zombie?" Tanya Chan Woo kemudian.
"Kurasa itu mirip, tapi sangat berbeda, zombie adalah makhluk busuk yang diciptakan oleh voodoo atau melalui gigitan zombie lain dan makhluk ini lebih tertarik pada manusia, mereka adalah makhluk yang tidak memiliki pikiran, sementara ghul memiliki kekuatan berpikir dan mereka dapat membuat keputusan, mereka diciptakan oleh sihir hitam atau yang dimiliki oleh beberapa setan. Ghul lebih tertarik pada yang mati, tetapi mereka dapat menyerang makhluk hidup. Dan mereka akan segera menyerang orang tuamu." Belphegor menjelaskan panjang lebar, membuat Chan Woo susah untuk meneguk ludahnya.
"Kenapa mereka menyerang orang tuaku?" Pertanyaan itu akhirnya ia ucapkan setelah sekian lama menggumpal di otaknya.
"Apa aku harus menjelaskanya sekarang? Tidak ada waktu"
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Chan Woo putus asa.
"Kurasa tak butuh waktu lama"ucap Belphegor dingin
"Apa?" Chan Woo tak mengerti maksud perkataan Belphegor.
"Mereka disini, para ghul" Belphegor menunjuk sekumpulan mayat hidup yang berjalan tergopoh gopoh menghampirinya.
Ini gila.
"Suruh orang tuamu dan saudaramu ke tempat ibadah. Para ghul tidak akan bisa memasuki tempat suci."
Chan Woo mengangguk, ia segera menelfon saudaranya terlebih dahulu. Donghyuk- bukan, ia menelfon Hanbin. Sambil berlari menjauhi para ghul yang semakin mendekatinya, kenapa ia malah menelfon Hanbin. Saudaranya yang bahkan tak akan mempercayainya.
Tapi semua itu salah. Hanbin dengan segera menuruti apa kata Chan Woo. Ia juga meminta agar orang tuanya segera dihubungi.
Tapi Chan Woo rasa mereka akan susah untuk ketempat ibadah. Mereka sedang berperang. Bukan, mereka bukan tentara atau prajurit militer. Orang tua Chan Woo adalah seorang Dokter. Mereka relawan yang ditugaskan sebagai petugas medis. Inilah mengapa orang tua Chan Woo bahkan tak bisa melihatnya saat masa masa itu. Pekerjaan menuntut mereka.
Siapa yang akan menyangka? Seluruh keributan yang dibuat oleh ghul ternyata menarik perhatian.. manusia.
Seluruh stasiun tv menayangkan para ghul yang sedang berkeliaran dijalanan. Dunia kacau- saat ini.
Chan Woo terus berlari, ia memberitahu Hanbin akan segera menyusulnya.
"Dimana kau menyimpan belatinya?" Belphegor mengejutkan Chan Woo.
"Rumah" Chan Woo hanya menatap Belphegor yang berada disebelahnya sekilas, lalu ia terfokuskan kembali pada larinya.
"Shit!!" Chan Woo mengutuk. Didepan mereka berkumpul puluhan ghul yang menghadang.
Dan...
Michaela.
Tersenyum penuh kemenangan.
"Seharusnya kau membawa belatinya, bukan buah surga busuk itu" Belphegor berbisik ditelinga Chan Woo.
"Wah.. wah...wah.. lihat siapa yang datang? Belphegor?" Michaela berbicara penuh dengan nada kelicikan, membuat Belphegor mengeluarkan aura mengerikan itu- lagi.
Chan Woo berbalik badan, siap berlari menjauhi Michaela.
Damn it, apa ini?
Michaela tiba tiba saja seperti melayang, mendaratkan dirinya didepan Chan Woo. Apa dia sudah mendapatkan sayapnya kembali? Tidak- lebih tepatnya belum. Chan Woo bersyukur atas itu, setidaknya dia belum membunuh banyak nyawa bukan?
"Mau pergi kemana? Bukankah kau mencariku?" Michaela terkekeh.
"Jatuhkan disini" perintah Michaela pada para ghul.Brakk...
Seketika Chan Woo membeku melihat apa yang dilihatnya. Matanya panas, dan tak terasa ia meneteskan air mata.
"F*ck you!" Hanya itu yang bisa Chan Woo katakan, tubuhnya lemas. Kakinya terasa tak bisa menopang bobot tubuhnya lagi. Ia bersimpuh, jatuh, dan terisak.
Melihat jenazah kedua orang tuanya yang berlumuran darah berada didepan matanya.
Michaela tertawa penuh kemenangan.
"Berhenti sekarang! Berhenti berusaha menghabisiku. Atau kau akan melihat keenam mayat saudaramu." Michaela terkekeh.
"Aku memberimu kesempatan untuk berhenti, karena kebaikanmu. Berterimakasihlah" ia kemudian terbang- tidak ia melompat tapi dengan jangkauan yang jauh. Meninggalkan Chan Woo dan Belphegor yang masih setia disamping Chan Woo, dengan kemarahan yang memuncak.
"Maafkan aku." Belphegor kemudian menarik kembali aura mencekam itu kedalam dirinya
"Untuk apa?" Chan Woo tersedak air matanya.
"Para ghul." Suara tangis Chan Woo mendominasi percakapan ini, membuat Belohegor berhenti sejenak.
"Mereka, sebelumnya milikku. Ingat kotak tua yang kau lihat dimasa laluku? Itu berisikan ghul yang sengaja disegel oleh raja Solomon. Aku diminta agar menjaganya, tapi kemudian Michaela merebutnya dariku. Kurasa ia telah membuka segel tersebut dan membuat perjanjian dengan para ghul. Maafkan aku, seharusnya aku menjaga kotak tersebut dengan seluruh tenagaku." Belphegor terlihat amat sangat menyesal. Dia iblis yang baik. Ah benar benar membuat geli.Chan Woo menggeleng.
"Bukan salahmu" lirih Chan Woo.
Sekarang, Chan Woo benar benar memantapkan hatinya. Pembalasan dendam atas apa yang dilakukan Michaela.
Saatnya dendam harus terbalaskan.
***
Semoga kalian suka ceritaku yang agak dipaksakan ini :'v