"Kyaaaaa....Rafa keren banget Sal, tadi aku ngeliat dia waktu di depan gerbang." Rara telihat sangat semangat untuk menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya barusan kepada Salma, teman sebangkunya.
Bukan sekali dua kali aku mendengar Rara berteriak senang karena ia melihat Rafa. Awalnya aku tidak peduli siapa itu Rafa, tetapi melihat ekspresi Rara yang hampir setiap hari berteriak tidak jelas karena Rafa, makanya aku menanyakan hal itu kepada teman sebangku ku sekaligus teman dekatku di kelas, Nadya.
"Nad, Rafa itu siapa sih? Kok kayaknya si Rara suka banget sama tu anak?" Tanyaku kepada Nadya yang tadinya sedang membaca novel.
"Astagaaa Kate, lo udah berapa juta tahun sih sekolah disini? Masa Rafa aja gak kenal", jawab Nadya gemas melihat temannya yang satu ini.
Ia juga sebenarnya tahu bahwa Katelyn memang orang yang pendiam dan cuek, tetapi karena teman seangkatan sekolahnya sendiri tidak dikenalnya membuat Nadya kesal sendiri dengan Katelyn.
"Yaelah, Nad. Baru aja setahun setengah gue disini, belum sampe jutaan tahun kale. Lo kira gue siswa abadi", Katelyn menjawab Nadya dengan jawaban yang membuat Nadya berusaha menenangkan diri untuk menghadapi sahabatnya itu.
Nadya menarik napas panjang melalui hidungnya dan menghembuskannya perlahan melalui mulutnya. Ia kemudian menjawab pertanyaan Katelyn.
"Rafa itu anak kelas 11 ips 5, gue denger denger dia itu friendly banget, baik, gak pelit", jawab Nadya yang membuat Kate mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Emang dia ganteng?", tanya Kate lagi.
"Menurut gue biasa aja sih", Nadya kembali memperbaiki posisi untuk lanjut membaca novelnya lagi.
"Terus kenapa si Rara excited banget tentang segala sesuatu yang menyangkut si Rafa?", tanya Kate yang hanya di hadiahi gelengan kepala oleh Nadya.
Seperti biasa, Katelyn pun merasa masa bodoh tentang si Rafa itu.
"Masa bodo lah, bukan urusan gue juga", batin Katelyn.
Kemudian Katelyn mulai membuka aplikasi medsos di hp nya untuk menghilangkan bosan sambil menunggu bel masuk berbunyi.
25 menit kemudian bel masuk berbunyi, pak Ruslan pun masuk, dan keadaan kelas mulai tertib.
🌹🌹🌹
Kring...kring...kring...
Bel istirahat berbunyi, siswa siswi segera berpencar keluar dari kelas mereka. Ada beberapa yang ke perpustakaan, taman sekolah, tetapi yang paling banyak pasti ke kantin untuk mengisi perut mereka yang cacingnya udah pada ngadain konser.
"Nad, ke kantin yuk", ajak Kate yang sudah berdiri di samping Nadya.
"Ntar, gue beresin barang gue dulu", jawab Nadya sambil memasukkan beberapa buku dan kotak pensil ke dalam tasnya.
"Udah yuk", kata Nadya sambil menarik tangan Kate.
Ketika mereka berjalan menuju kantin, ada sekitar 5 orang anak cowok yang berjalan berlawanan arah dengan mereka.
Ketika para cowok itu lewat, Katelyn menyikut tangan Nadya yang terfokus melihat ke arah kantin.
Nadya menatap Katelyn karna tangannya disikut.
"Ngapa Kate?", tanya Nadya heran. "Itu loh lihat deh 5 cowok yang barusan lewat tadi. Yang paling tengah itu anak baru ya, Nad?", tanya Kate.
Nadya pun mengalihkan pandangannya ke belakang melihat cowok yang barusan ditanyakan oleh Katelyn yang ternyata mereka menuju salah satu bangku di pojokan salah satu ruangan untuk duduk dan sambil menghabiskan jajanan yang telah mereka beli.
Lalu Nadya mengamati wajah cowok yang paling tengah itu.
"Ohh, itu Rafa. Yang sering di bicarain si Rara di kelas.", jawab Nadya. Katelyn hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf o sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Lo tumben gak cuek sama orang lain, cowok pula, padahalkan biasanya lo bodo amat?", tanya Nadya heran dengan sikap Katelyn.
"Eh, gak papa kok", jawab Katelyn sambil menarik tangan Nadya masuk ke kantin kemudian memesan makanan.
🌹🌹🌹
Jangan lupa vote sama commentnya, soalnya aku masih amatiran
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Never Be Her
Teen FictionHe says to me, "I know someday you will find someone who give you all you want, and give you all you need, and you just gotta wait for that. But i'm sorry i can't be that someone for you".