III

3 1 0
                                    

"Kate, kate, bangun. Kita udah nyampe", kata Adnan sambil mengguncangkan bahu kanan Katelyn untuk membangunkannya karena tertidur di sepanjang perjalanan.

Akhirnya Katelyn terbangun dan mengedarkan pandangannya ke luar mobil. "Ngapain kita disini?", tanya Katelyn. "Karena di sini tempat favorit gue", jawab Adnan santai sambil mengedarkan juga pandangannya menikmati pemandangan yang ada di hadapan mereka.

"Ayok keluar", ajak Adnan yang dibalas anggukan kepala dan senyum dari Katelyn.

"Gue juga sering ke sini loh, Nan", kata Katelyn memecahkan keheningan diantara mereka.

Tempat itu memang sangai indah dengan beberapa pohon hijau menjulang tinggi dan rimbun, disertai aliran sungai kecil di tengah. Apalagi saat itu adalah saat yang tepat untuk menikmati taman itu karena matahari yang hampir tenggelam.

"Ternyata lo juga  tau tempat ini. Gue kira lo gak tau. Lo tau tempat ini darimana?", tanya Adnan sambil mendudukkan badannya di sebuah kursi panjang di tempat itu.

"Gue nemuin tempat ini sendiri",  jawab Katelyn dan mendudukkan dirinya disamping Adnan.

"Gue ngajak lo ke sini karena gue mau curhat sama lo", tanya Adnan masih dengan posisinya. Katelyn kemudian melihat ke arah Adnan dan mengerutkan alisnya.

"Emangnya lo mau curhat apaan coba?", tanya Katelyn tidak mengerti. "Mmm..... gue...mau curhat tentang putusnya gue dengan Ara", Adnan menjawab dan menoleh ke arah Katelyn yang menatapnya heran.

"Tapi kan gue gak berpengalaman soal pacaran, gue juga gak banyak ngomong", jawab Katelyn sambil mengarahkan wajahnya ke matahari tenggelam di ujung sana.

"Lo gak mesti pacaran dulu baru ngerti, Kate", jawab Adnan sambil menggeleng kecil dan juga melihat lurus matahari yang hampir setengahnya tenggelam.

"Gue mutusin Ara bukan karena  dia salah sama gue", Adnan memulai curhatannya.

"Jadi kenapa lo putusin dia", tanya Kate penasaran.

"Gue mutusin dia karena dari awal gue suka sama cewek lain, bukan Ara", wajah Adnan mulai berubah sendu.

"Hah? Jadi dari awal pacaran lo gak  pernah suka sama Ara gitu? Jadi kenapa lo pacaran sama dia? Lo cuma bikin dia jadi pelampiasan lo aja selama ini? Lo gak bisa gitu, Nan. Itu sama aja lo yang jahat. Lo udah lama banget nyakitin hati Ara padahal dia gak tau apa-apa dan udah berusaha buat setia sama lo", jawab Kate dengan nada kesal dengan Adnan.

Dia tidak pernah menyangka bahwa Adnan yang selalu menjadi murid kesayangan para guru di sekolah, Adnan yang juara kelas, Adnan kapten basket yang sangat disegani oleh murid yang lain, Adnan yang hampir terlihat sempurna di mata Katelyn ternyata menyimpan kesalahan yang besar.

"Terserah lo mau bilang gue jahat, Kate. Tapi yang paling penting gue cuma gak mau Ara mengalami sakit yang lebih dalam lagi", jawab Adnan jujur.

"Terus Ara gimana waktu bilang lo mau putus sama dia?", tanya Katelyn masih melihat wajah Adnan yang terlihat bersalah.

"Dia senyum, tapi senyum kecewa karena gue udah jujur bilang gimana perasaan gue dari awal sama dia kayak gimana. Gue juga udah bilang siapa cewek yang gue suka. Dan dia bilang kalo dia bisa ikhlasin gue sama cewek yang gue pilih. Dia bilang dia gak bisa maksain pilihan gue buat tetap sama dia, karena itu hak gue. Dia  minta buat kami masih bisa menjalani hubungan walaupun hanya sebatas teman, tentu aja gue setuju. Habis itu dia  balik sambil masih senyum sama gue, tapi gue tau senyum itu bakalan segera berubah dan diganti dengan tangisan. Gue merasa bersalah sama dia, tapi gue gak mau buat diri gue lebih bersalah lagi karena ngebiarin kebohongan hati gue selama ini selama gue sama dia", curhat Adnan kepada Katelyn yang mulai mengerti akan permasalannya selama ini.

"Terus cewek yang lo suka gimana? Dia udah tau kalau lo udah putus? Terus cewek itu mau nerima lo?", tanya Katelyn dengan suara yang lebih halus dari yang tadi karena ia paham situasi Adnan saat ini.

Adnan tersenyum kecut dan berkata, "cewek yang gue suka itu udah tau kalo gue udah putus sama Ara tapi dia malah suka sama  teman gue, bukannya gue. Malahan dia gak pernah nyadar akan kehadiran gue selama ini", jawab Adnan sambil melihat sungai yang mengalir di depan mereka.

"Teman lo yang mana?", tanya Katelyn penasaran.

"Rafa", jawab Adnan singkat.

"Ck, kok masalah lo ribet banget ya. Lo harus sabar dan lo harus perjuangin cewek yang lo suka itu. Lo harus buat dia bisa ngelirik lo. Lo harus bisa nunjukkin rasa sayang lo sama cewek itu", kata Katelyn. "Gue akan selalu ada disini dukung lo, kalo lo butuh bantuan atau perlu orang buat denger cerita lo, gue selalu siap kok jadi pendengar yang baik, karena gur juga temen lo", sambung Katelyn dengan senyuman.

Adnan tersenyum "makasih Kate, lo udah buang waktu berharga lo untuk dengerin curhatan gue yang sama sekali gak penting",  Adnan berterima kasih.

"Lo gak boleh bilang gitu, itu kan gunanya teman", jawab Katelyn.

"Oh, iya. Lo berubah Kate barusan, gak pendiam lagi", Adnan terkekeh.

Katelyn meninju lengan atas Adnan "isssshh, lo tu ya", jawa Katelyn kesal. Adnan masih terkekeh pelan.

"Udah sore, yuk pulang, lo mau semalaman disini?", ajak Adnan sambil berdiri. Katelyn akhirnya berdiri dan mereka menuju mobil.

Perjalanan yang tidak terlalu macet jadi mereka sampai ke rumah Katelyn sekitar 1 jam kemudian. Di mobil, Adnan terlihat murung dan mereka saling diam sampai dirumah Katelyn.

Ketika sudah sampai di depan rumah, Katelyn berterima kasih karna Adnan mengantarnya lalu keluar dari mobil Adnan. Adnan hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu Katelyn masuk kerumah dan mobil Adnan pun berbalik samapi tidak terlihat lagi di ujung jalan.

"Kasihan banget si Adnan, dari tadi dia murung terus", batin Katelyn sambil melangkah masuk ke dalam rumahnya.

🌹🌹🌹

I'll Never Be HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang