Chapter 5

14.4K 729 12
                                    

Hampir terasa mengkhawatirkan seberapa sering mereka berhubungan seks bersama dan seolah menjadi bagian lain dari rutinitas mereka.

Sasuke menghabiskan sebagian besar hari Minggunya di acara pertemuan dengan polisi setempat, jadi ia tidak bertemu Sakura sampai saat mereka bekerja di Senin pagi. Aneh bagi Sasuke untuk memandang Sakura dengan cara biasa setelah bagaimana mereka menghabiskan Sabtu mereka. Ia harus secara sadar mengingatkan dirinya agar tidak berdiri terlalu dekat atau menatap terlalu lama untuk menghindari kecurigaan dari para petugas lainnya. Ia bahkan mengurung diri di ruangannya, berkutat dengan dokumen dan menghindari Sakura.

Sedangkan Sakura tampaknya jauh lebih baik daripada Sasuke, atau setidaknya seandainya ini juga sulit bagi Sakura, gadis itu dengan hebat menyembunyikannya. Sakura masih bertingkah seperti biasa dan mencicipi kopi Sasuke terlebih dahulu di pagi hari untuk memastikan itu tidak terlalu panas, gadis itu juga berlama-lama di depan pintu ruangan Sasuke dan mengobrol untuk beberapa menit sebelum kembali ke ruangannya sendiri untuk mengerjakan dokumen-dokumennya .

Hari itu adalah hari yang panjang dan canggung bagi Sasuke. Ia merasa gelisah dan ragu selama sepanjang hari dan ia yakin semua orang bisa merasakan ada sesuatu yang salah dengannya. Ketika akhir shift tiba dan hampir semua petugas pulang untuk malam itu, ia menarik napas lega. Akan jauh lebih mudah untuk mengerjakan dokumen tanpa ada orang yang mengganggunya. Ia baru saja beralih ke dokumen permohonan anggaran ketika ia mendengar ketukan ringan di pintu ruangannya. Aroma bunga lili dan bunga lilac di udara memberitahunya siapa itu bahkan sebelum ia mendongak.

"Hai, bos," sapa Sakura dan menyunggingkan senyum saat ia bersandar di ambang pintu. "Hari yang sibuk?"

"Sama seperti biasanya," jawab Sasuke. "Hanya kasus kebakaran atau penyebab tanah longsor."

"Aku akan pulang dan makan malam, dan mungkin mengecek beberapa dokumen, memastikan tidak ada sesuatu yang aku lewatkan," ucap Sakura. "Kau mau ikut?"

Sasuke melirik lembar-lembar angka yang monoton di mejanya dan kemudian kembali mendongak ke arah gadis merah muda cantik yang menyeringai padanya dari pintu. Ia segera berdiri, meraih jaketnya, dan mengikuti Sakura ke luar.

Malam mereka berjalan sama seperti biasanya ketika mereka bersama setelah selesai bekerja; makan malam, mengobrol, minum bir, diskusi berputar-putar tentang pekerjaan. Hanya saja kali ini ketika Sakura merasa frustrasi dengan kurangnya respon Sasuke dan memutuskan bahwa ia perlu beristirahat dari dokumen penelitiannya selama satu menit, ia melampiaskan kekesalannya pada Sasuke, sedikit berdebat tentang hal-hal sepele.

Hal yang sama terjadi pada Selasa malam, dan terulang lagi pada hari Rabu. Tapi tidak sampai Kamis malam ketika mereka berbaring terengah-engah di atas tempat tidur, dan Sasuke menyadari apa yang telah terjadi. Berhubungan seks telah berubah menjadi hal biasa diantara mereka. Entah bagaimana ia tidak yakin ini adalah apa yang mereka inginkan ketika mereka memulai semua ini.

"Kau ingin minum?" tanya Sakura. Sasuke puas mendengar bahwa napas gadis itu masih terengah-engah. Itu membuatnya merasa bangga mengetahui bahwa ia bisa memberi Sakura kesenangan yang sama seperti yang gadis itu berikan padanya.

"Air putih saja," ucap Sasuke. Sakura mengangguk lalu duduk, dan Sasuke merasakan kehangatan menghilang dari sisinya. Sasuke tidak menginginkan apa pun selain meraih Sakura dan memeluk gadis itu, dan menyalurkan perasaannya terhadap gadis itu. Sayangnya berpelukan tidak sesuai dengan pedoman status friends-with-benefits mereka. Sasuke tidak pernah membayangkan dirinya berpelukan, tapi kini ada banyak hal yang tidak pernah ia pikirkan datang menghantuinya.

Sakura meluncur turun dari tempat tidur dan mengambil pakaian pertama yang berada di dekatnya, yang kebetulan kemeja Sasuke, ia memakainya dan mulai melangkah ke dapur. Sasuke terpesona melihat bagaimana kemejanya itu membungkus tubuh Sakura yang lebih kecil, bagian lengannya digulung hampir sesiku Sakura dan bagian bawahnya menyentuh setengah paha gadis itu. Rambut Sakura acak-acakan karena sebelumnya Sasuke melilitkan jari-jarinya ke sana, dan ketika gadis itu kembali dari dapur, gadis itu tersenyum, pipinya masih memerah. Gadis itu adalah hal terindah yang pernah dilihat Sasuke dalam hidupnya.

Friends with Benefits?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang