"Nenek....."
Wanita yang dipanggil nenek itu pun lekas mengembangkan senyum di kedua sudut bibirnya dan berlari kecil ke arah Elena. "Aduuhh, kenapa tidak tunggu di teras saja. Jadi basah begini kan." ucapnya ketika si kecil Elena sudah menghambur dalam pelukannya dengan keadaan sedikit basah.
"Tidak apa-apa, Nek. Aku ingin cepat pulang saja." ucap si kecil Elena memamerkan deteran gigi putihnya.
Mereka pun berjalan keluar area sekolah di bawah satu payung yang menutupi tubuh mereka dari hujan.
Elena hidup berdua saja dengan sang nenek. Kedua orang tuanya meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan mobil. Sebenarnya Elena juga ada dalam kecelakaan itu. Elena bahkan masih sadarkan diri ketika dibawa ke rumah sakit. Namun setelah itu ia kritis selama beberapa hari. Masa-masa itu adalah masa yang paling menyedihkan dan menciptakan trauma untuk Elena yang masih kecil.
Suara sirine ambulan yang menggelegar masih terkunci dalam ingatannya. Tiap kali ia mendengar suara itu, hatinya terasa nyeri sampai ingin menangis.
Elena dan Neneknya berjalan dengan iringan suara hujan dan decak kaki yang terkena genangan air. Sekarang mereka sudah sampai depan rumah. Nenek Elena meletakkan payung di teras dan menyuruh Elena masuk duluan.
"Ganti baju dulu, Lena. Nenek siapkan makan siang buat kamu." ucap Sang Nenek setelah masuk ke dalam rumah.
"Iya, Nek." jawab Elena dengan bersemangat kemudian masuk kamar.
Nenek Elena pun menuju dapur dan menyiapkan makan siang untuk Elena. Tidak banyak menu yang tersaji di atas meja. Hanya ada nasi, tumis kangkung, tempe goreng, dan air mineral. Kondisi ekonomi mereka memang pas-pasan, karena neneknya hanya seorang pembantu rumah tangga.
Uhuk uhuk uhuk.
Nenek Elena terbatuk-batuk hingga membuat dadanya sesak. Ia sengaja menutup mulutnya supaya tidak terdengar oleh Elena. Batuknya mengeluarkan darah. Ia pun bergegas mencuci tangannya dan berkumur.
Terdengar suara Elena duduk di kursi untuk makan. Neneknya pun menghampiri Elena dan mengambilkan nasi dan lauk untuk cucu kesayangannya itu.
Sang Nenek sudah merasa bahagia melihat Elena makan dengan lahap.
"Lena, mau ikut nenek ke rumah tempat nenek kerja ?" tawar nenek Elena kepada cucunya yang baru saja selesai dengan suapan terakhirnya.
"Ayo nek. Elena juga bisa bantuin nenek." ucap gadis kecil itu dengan semangat.
Mereka berdua pun berangkat. Genangan sisa hujan tadi masih memenuhi jalanan. Elena menggengam tangan neneknya dengan erat, supaya neneknya tidak terjatuh jika saja tak sengaja menginjak jalan yang licin.
Beberapa menit berjalan, mereka berdua sudah berada di depan rumah gaya Eropa klasik yang memiliki dua lantai. Rumah itu adalah rumah paling mewah di daerah sana.
Nenek Elena membuka pintu gerbang kemudian masuk disusul dengan Elena. Pandangan Elena menyapu setiap sudut halaman rumah. Megah sekali batinnya. Ia rindu rumah lama yang ia tinggali bersama kedua orang tuanya. Yang biasanya mereka buat bermain bersama. Elena rindu kenangan itu, meski hanya sedikit. Kini rumah itu sudah menjadi milik orang lain.
"Ayo masuk. Kenapa diam saja ?" ucap Nenek Elena ketika menyadari jika cucunya tidak beranjak dari tempat ia berdiri. Elena pun bergegas menyusul neneknya.
"Kok sepi ya, nek ?" tanya Elena.
"Tuan rumah sedang kerja, nyonya mungkin sedang keluar sama si bungsu, kalau anak yang pertama mungkin masih sekolah. Oh iya, dia seumuran sama kamu." jelas nenek Elena. Elena hanya mengangguk.
"Nah, nenek mau masak biar nanti kita pulangnya tidak terlalu malam." ucap nenek Elena. Mereka berdua pun menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memasak sore ini.
"Eh, aden sudah pulang." sapa nenek Elena ketika melihat anak dari tuan rumah itu di dapur. Anak itu hanya tersenyum tipis kepada nenek Elena.
"Mau nenek ambilin sesuatu ?"
"Tidak usah, nek." jawab anak itu kemudian membuka kulkas dan mengambil minuman di sana. Ia pergi tanpa mengucapkan apa-apa.
"Angkuh sekali." ucap Elena dengan lirih sambil menatap kepergian anak tadi.
"Huss, jangan begitu." kata nenek Elena sambil mengisyaratkan supaya Elena diam. Cucunya itu kemudian melepas napas beratnya dan kembali ke aktivitas yang sempat tertunda.
"Kalau dia berperilaku tidak baik ke nenek, jewer saja." kata Elena.
"Eh, jangan bilang begitu. Kalau dia dengar bagaimana." ucap nenek Elena memperingatkan si cucu untuk kedua kalinya. "Lagipula dia itu anak baik kok, dia tidak pernah berperilaku buruk pada nenek. Mungkin hari ini suasana hatinya sedang tidak baik." imbuhnya.
Kemudian mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing.
"Nek, Lena nyalain ya kompornya." ucap Elena.
"Hati-hati." ucap nenek Elena sembari menghentikan aktivitasnya mencuci sayuran dan memperhatikan Elena.
Hampir dua jam berlalu tanpa terasa. Saat ini Elena dan neneknya sudah menyelesaikan semua pekerjaan memasak serta membersihkan dapur. Mereka berdua pun bersiap untuk pulang.
"Sudah selesai, bi ?" tanya seorang wanita yang berpapasan dengan Elena dan neneknya ketika mereka keluar dari dapur. Wanita itu ialah tuan dari rumah ini.
"Iya, nyonya. Baru saja selesai. Saya mau pamit dulu, soalnya cucu saya juga belum belajar buat sekolah besok." jawab nenek Elena. "Salim dulu" imbuhnya meminta sang cucu untuk salim kepada tuan rumah. Elena pun menurut.
"Siapa nama kamu ?" tanya wanita itu dengan ramah.
"Elena tante."
"Kelas berapa ?"
"Kelas 2 SD."
"Oh, seumuran dong sama Ovi. Kamu sudah ketemu belum sama dia ? Tadi saya lihat dia lagi di ruang tengah."
Oh, jadi namanya Ovi, batin Elena.
"Mamaaaa.. Mau es klimm" teriak anak kecil yang berlarian menghampiri ibunya.
"Iya sebentar. Inilo ada kakak Elena, salim dulu." si kecil itu menurut.
"Kami pamit dulu nyonya." ucap nenek Elena.
"Iya, bi. Sering-sering main ke sini juga boleh lho, Elena." kata wanita itu sambil tersenyum.
Elena dan neneknya melintasi ruang tengah di mana ada anak lelaki sedang melihat tv yang tadi disebut namanya Ovi. Elena memandanginya. Entah kenapa aura anak itu membuatnya kesal.
🌟🌟🌟
____________
How about this chapter ?
Komen dong :)
Jangan lupa votenya juga. Thx uu all
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED
Fanfiction#400 in fantasy (01/10/2019) Sebuah kisah pencarian dan takdir yang tak bisa dielakkan. Sorry, break dulu. Thank you for reading and waiting. :) - 24/3