Ces melempar file ke tengah meja lalu kembali memperhatikan pantulan layar LCD proyektor yang menampilkan wajah-wajah para korban sekaligus barang bukti yang ditemukan. Ces kemudian duduk di tepian meja dan menghadap ke layar. Mulai menganalisis rentetan kejadian yang terjadi akhir-akhir ini.
"Terlalu kebetulan jika kita kaitkan dengan maraknya kasus narkoba akhir-akhir ini?"
Ces menekan pointer dan akhirnya slide menampilkan salah satu bagian tubuh korban yang terdapat semacam barcode di lengannya.
"Mereka terlalu tertata jika hanya masalah narkoba," jawab Ces sembari menoleh ke rekan kerjanya dan kemudian menunjuk ke layar dengan dagunya. "Lihat, barcode ini barcode lama. Aku pernah sekali melihatnya saat kasus hilangnya Tuan Lucas, seorang biofisikawan yang sampai saat ini tidak terlihat jejaknya. Tidak meminta uang tebusan bahkan tidak ada motif lain yang tertemukan."
"Ah, aku ingat. Asistennya yang masih muda itu kan yang terbunuh?"
"Jangan lupakan fakta CCTV bahwa asistennya yang memasukkan Tuan Lucas ke dalam mobil van hitam tapi pada akhirnya dia terbunuh saat kembali ke ruangannya. Tak terekam CCTV."
Ces masih mengamati ulang tanda barcode itu. Selama bertahun tahun menangani kasus, hanya kasus ini yang membuatnya kesal. Pertama karena kasus ini membuatnya tidak menemukan apapun selain sisa kejahatan. Kedua, karena kasus barcode selalu berhubungan dengan para kecoa itu.
Suara ketukan di pintu membuyarkan pikiran Ces. laki-laki itu menoleh tepat ketika lampu ruangan dinyalakan oleh seseorang.
"Kau tak ingin makan siang?" ujar seorang wanita yang kini menyandarkan badannya di dekat pintu. Setelan baju kerja dengan celana panjangnya yang pas badan membuat mata tidak bisa tidak melihat lekukan tubuh wanita itu. Suara siulan terdengar membuatnya terkekeh ringan.
"Kau juga akan aku ajak, Yama," ujar wanita itu ke rekan sekerja Ces.
Yama menoleh ke Ces yang terlihat acuh, memilih untuk mengambil file yang tadi dia geletakkan di meja kemudian membaca ulang.
"Aku sedang tidak berselera makan, Cath," ujar Ces sambil lalu.
Suara langkah kaki dari sepatu heels yang mendekat ke arah Ces membuat Yama memilih meninggalkan pasangan yang digadang-gadang sebagai pasangan terbaik di kantor kepolisian Uena. Dia tidak ingin ikut campur apalagi jika suasana hati Ces sedang tidak baik. Seperti saat ini.
"Kalau kopi?" tawar Cath.
Ces mengangkat cangkir kopinya dan menunjukkan ke Cath sebelum meminumnya, "ini cangkir ke limaku."
Tapi wanita itu lebih memilih pura pura merajuk dan mengerucutkan bibirnya.
"Aku tidak suka makan sendirian," ucapnya. Ces mengerutkan dahinya, memilih tetap membaca file yang dipegangnya. Karena hal ini lebih mengasyikkan daripada sekedar makan.
"Cath..."
"Mr. Finetti! Kau harus ... ups, maaf mengganggu." Seseorang masuk tanpa permisi dan seketika itu juga langsung pamit hendak pergi, berbelok arah menuju ke luar ruangan.
"Aku tidak akan mengikutsertakan dirimu dalam kasus ini jika kau memilih pergi!" teriak Ces yang membuat orang tersebut kembali ke ruangan dengan senyum terpaksa di wajahnya.
"Aku kembali!" ucapnya dengan keriangan yang dibuat-buat.
"Terima kasih atas kerjasamanya miss Müller." Ces lalu melirik ke Cath, "kau bisa makan siang dengan Yama. Ada yang harus aku lakukan dengan Audrey."
Tanpa menjawab apa-apa, Cath lalu pergi dengan tak lupa menyapa Audrey Müller. Setelah kepergian Cath, Audrey akhirnya berani mendekati Ces kemudian menyerahkan suatu dokumen.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Masked Girl
AksiKode : Red Nama : Alexandra Usia : 24 tahun Profesi : Anggota The Killers Misi : menantang maut dan menemukan siapa pembunuh keluarganya. Hobi : Memakai masker wajah. Tidak ada yang menginginkannya, menginginkan seorang gadis kecil yang meru...