I

1.3K 99 7
                                    

Sebut saja Park Woojin brengsek atau seorang bajingan, karena dia dengan suka rela menjadi orang tua asuh Jinyoung dengan maksud terselubung. Bersembunyi dalam kedok ayah angkat untuk memenuhi hasratnya sendiri.

Kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tua Jinyoung seakan menjawab doa-doa Woojin selama ini untuk memiliki bocah manis berumur 13 tahun itu. Ditambah sanak saudara yang entah dimana keberadaannya, Woojin menjadi satu-satunya kerabat dekat yang ditawari tanggung jawab. Jinyoung juga tak bisa menolak kalau tidak mau berakhir hidup menderita di panti asuhan. Lagipula, apa yang bisa anak berumur 13 tahun pikirkan tentang paman baik yang selalu memberikannya hadiah-hadiah manis sedari kecil?

Sayangnya, Jinyoung tidak tahu kalau panti asuhan mungkin lebih baik daripada tinggal dalam pangkuan serigala kelaparan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Baeby, kemari." titah Woojin, memutar kursi kerjanya ke samping agar Jinyoung lebih leluasa masuk dalam pangkuannya.

Jinyoung menurut, menduduki pantatnya pada paha sang paman dengan patuh. Kepalanya tak berhenti memandangi permadani yang melapisi seluruh lantai ruang kerja. Jemarinya saling meremat dengan gugup.Tungkai-tungkai mungilnya menjuntai dari kursi menekuk kaku. Tidak lupa bibirnya yang terus tergigit sedari tadi. Siapapun yang melihatnya akan langsung berpikiran sama dengan Woojin, menggemaskan. Mungkin bedanya pikiran Woojin mengarah ke sesuatu yang lebih kotor.

"Kau paham yang hyung katakan kemarin kan?" Woojin bertanya dengan lembut, menarik dagu mungil bocah itu untuk menatap matanya.

Jinyoung berusaha mengalihkan pandangan, "I-iya paman."

"Sudah kubilang jangan memanggilku begitu." Tubuh mungil itu menegang, buru-buru membenarkan ucapan begitu mendengar nada dingin dari sang dominan.

"I-iya hyung. Maaf." cicit Jinyoung, Woojin tersenyum menang. Sebuah kecupan ia hadiahkan pada bibir mungil itu disertai seringaian mengerikan saat melihat ekspresi Jinyoung yang menghibur untuknya. Mata Jinyoung membelalak lucu dengan tubuh menegang.

Jinyoung ingin mengelak dan buru-buru beranjak dari sana tapi ingatan dua malam lalu kembali menyeruak dalam kepalanya. Saat Woojin, paman baik yang juga teman papanya, dengan tidak tahu malu melecehkan dirinya.

.

.

.

.

.

Pemakaman resmi selesai setelah guci berisi abu mendiang kedua orang tua Jinyoung dimasukan dalam lemari kolumbarium. Jinyoung menatap potret keluarganya untuk terakhir kali sebelum mengikuti paman—ayah angkatnya masuk ke dalam mobil menuju rumah barunya. Rasa sedih akan kehilangan memberikan kehampaan pada bulatan indah itu.

My Little Baeby [CHAMDEEP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang