Tanpa terasa sudah lewat sepekan semenjak kepergian Woojin dan Jinyoung ke taman hiburan. Selama sepekan itu pula hubungan keduanya memiliki kemajuan. Entah kemana perginya si kecil penakut, kini hanya ada seorang bocah manja yang tak pernah lelah membuat pusing si pria dewasa melalui permintaan-permintaan konyolnya.
"Hyung, Jinyoung mau nonton pokemon. Pokoknya Jinyoung harus nonton pokemon!" pinta Jinyoung suatu sore ketika mereka menonton tv bersama. Keesokkan harinya Woojin pulang dengan sekarton penuh dvd serial animasi Jepang itu, dia tidak tahu mana yang ingin ditonton Jinyoung sedangkan serinya banyak sekali jadi Woojin mengambil seluruh dvd Pokemon dengan sampul berbeda.
"Hyung hiks Jinyoung kangen makan odeng sama topoki bibi Kim hiks." pinta Jinyoung pada suatu malam berakhir dengan Woojin berkeliling Seoul mencari kedai yang masih buka─karena tidak banyak yang masih berjualan pada waktu menjelang pergantian hari─dan tentu saja sedikit bumbu dusta pada si kecil mengenai si penjual. Siapa pula bibi Kim? batin Woojin.
"Hyung, main bola yuk!"
"Hyung, es kriiiiiiiim."
"Hyung─"
Dan banyak lagi permintaan Jinyoung yang kalau Woojin paparkan mungkin setara daftar hutang gaji tuan Krab pada Spongebob. Anehnya tak ada satupun yang tak Woojin penuhi, meskipun beberapa jelas cukup merepotkan dan melelahkan. Baginya, senyuman Jinyoung lebih dari cukup untuk membayar waktu dan rasa lelah yang dia keluarkan.
Lihat saja sekarang betapa riangnya bocah itu memainkan gim konsol dalam pangkuan Woojin. Mereka sekarang berada di teras belakang, menikmati waktu libur di rumah karena Woojin menolak untuk keluar─malas katanya. Jinyoung sempat merajuk namun tak berlangsung lama berkat iming-iming makan es krim sepuasnya.
"Hyung." panggil Jinyoung memecah suasana, gimnya sudah tergeletak pasrah di atas pangkuan.
"Hm?"
"Kenapa tamannya ngga ada bunga?"
"Itu banyak bunga putih-putih, panjang lagi." jawab Woojin asal.
"Ih hyung itu kan rumput."
Woojin tertawa pelan, puas mendengar protes si kecil yang tampak menggemaskan untuknya. Bagaimana tidak, bibir Jinyoung sudah mengerucut beberapa senti.
"Oh, bukan bunga ya."
"Bukan hyuuung. Bunga itu kaya mawar lily terus..." Jinyoung mengetuk pelipisnya selagi berpikir, "Apa lagi ya? Jinyoung lupa mama dulu bilang apa saja. Pokoknya tamannya jadi bagus kalau ada bunganya hyung."
"Baeby suka bunga?"
Jinyoung mengangguk cepat.
"Suka. Suka banget! Dulu Jinyoung suka bantu mama sirami taman terus kalau mawarnya sudah mekar semua mama bakal potong buat ditaruh vas, tapi Jinyoung ngga boleh ikut potong sama mama padahal Jinyoung pingin." Ujar Jinyoung dengan nada sedih di akhir, Woojin mengusap puncak kepala si kecil, dia tak suka melihat ekspresi itu.
"Hey─"
"Tapiiiii, mama bolehin Jinyoung masukin bunganya ke vas hehe." potong Jinyoung cepat, senyum lima jari sudah terpasang nyata dalam wajah mungilnya. Woojin ikut tersenyum melihat perubahan itu. Ah, rupanya dia salah kira.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Baeby [CHAMDEEP]
FanfictionSebut saja Park Woojin berengsek atau seorang bajingan, karena dia dengan suka rela menjadi orang tua asuh Jinyoung dengan maksud terselubung. Bersembunyi dalam kedok ayah angkat untuk memenuhi hasratnya sendiri. "You're the only one. My one and onl...