Apa yang lebih membahagiakan selain menangkap sosok malaikat saat kau terbangun dari lelap panjang?
Deru nafas yang beraturan. Mata bulat terpejam yang memamerkan bulu lentik nan cantik. Bibir merah muda yang sedikit terbuka. Ah jangan lupa hidung mungil dan pipi ranumnya yang semakin menambah keindahan sosok itu. Memang tak ada yang lebih indah dari sesosok malaikat yang masih terlelap dengan damai.
Namun, tentu saja ada yang lebih membahagiakan dari hanya sekedar menatap yaitu fakta bahwa malaikat itu kini bisa kau raih dalam dekapan hangat.
Woojin mengulas senyum simpul tanpa sadar. Tak pernah sekalipun bosan menyelinap dalam pikirannya ketika menatap bocah manis dalam dekapan. Jemarinya terulur untuk merapikan surai yang menutupi kening bocah itu.
Satu kecupan ia berikan di sana. Hanya sebentar karena tak ingin membangunkan malaikat kecilnya. Tidak perduli pada matahari yang sedang mengingatkan untuk bangun lewat cahaya yang menyusup dari celah gorden. Woojin semakin mengeratkan pelukan dan bergabung bersama malaikatnya, kembali menjelajahi alam mimpi.
Jinyoung terbangun saat hari menjelang siang karena tenggorokan yang kering luar biasa. Agak terkejut ketika mendapati wajahnya dengan sang paman hanya berjarak beberapa senti saja sampai-sampai nafas hangat pria itu menerpa pipinya.
Wajahnya mendadak memanas saat tanpa sengaja menatap bibir tebal pria itu, teringat kejadian semalam sewaktu Woojin menciumnya dan berlanjut dengan permainan nakal mereka. Kalau boleh Jinyoung bilang permainan aneh yang dilakukannya semalam tidak terlalu buruk dibanding dulu saat Woojin menyakitinya.
Pria itu benar-benar menepati janji untuk tidak menyakitinya walau sebetulnya sakit masih terasa tapi Jinyoung bisa merasakan rasa bersalah dan kekhawatiran yang ditunjukan olehnya. Cukup untuk membuatnya nyaman berada dalam rengkuhan tangan kekar itu sekarang, tapi haus memaksa untuk menyudahi pelukan mereka.
Jinyoung menyingkirkan lengan Woojin dengan hati-hati agar tak membangunkannya. Mencoba duduk untuk mengambil air tapi langsung mengaduh keras saat bagian bawahnya bergesekan dengan permukaan sprei. Woojin yang masih tertidur langsung terbangun begitu mendengar teriakannya.
"Sakit?" tanya Woojin cemas. Jinyoung mengangguk pelan.
Woojin langsung bangun dan tanpa aba-aba menarik selimut hingga tubuh polos mereka terekspos. Jinyoung memekik kaget atas tindakannya, buru-buru menutupi kemaluannya yang tak tertutupi apapun.
"Ah, hyung cuma mau mengecek Baeby. Tenanglah, I won't do anything. Janji."
Woojin menyingkirkan tangan Jinyoung setelah mengucapkan kalimat penenang. Perlahan anak itu mengikuti arahannya untuk melebarkan kaki, dengan sedikit ringisan.
Liang senggama Jinyoung memerah, bibir anusnya sedikit menonjol keluar dan agak membengkak. Woojin meringis melihat keadaannya, padahal seingatnya semalam dia sudah berlaku lembut tapi masih saja melukai Jinyoungnya.
"Maaf, Baeby. Hyung ambil obat dulu." katanya menyesal.
"Ha—us."
Jinyoung berkata dengan suara serak, menahan lengan Woojin yang baru mau beranjak. Woojin mengecup keningnya sebelum menghilang di balik pintu.
Usai kepergian Woojin, Jinyoung kembali merebahkan badannya dan menatap lama langit-langit kamar sebelum memejamkan mata. Tak ingin berpikir terlalu dalam tentang perasaan aneh yang menghinggapinya barusan ketika melihat wajah penuh penyesalan itu, Jinyoung memilih tidur. Baru terbangun saat sebuah sentuhan membelai pipinya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Baeby [CHAMDEEP]
FanfictionSebut saja Park Woojin berengsek atau seorang bajingan, karena dia dengan suka rela menjadi orang tua asuh Jinyoung dengan maksud terselubung. Bersembunyi dalam kedok ayah angkat untuk memenuhi hasratnya sendiri. "You're the only one. My one and onl...