III

765 84 6
                                    

Woojin bukan tipikal anak teladan yang selalu menuruti perkataan kedua orang tuanya. Bukan juga tipikal anak berprestasi yang selalu memenangkan olimpiade sains atau anak populer yang digandrungi banyak siswi. Dia hanya anak biasa, dengan nilai akademik biasa-biasa saja, dan ketenaran yang terbatas pada teman sekelas.

Namun, siapa sangka kalau ayahnya merupakan pemilik perusahaan raksasa yang merajai industri hiburan, alat-alat kesehatan, dan teknologi. Tanpa perlu sepintar Einstein, Woojin sudah pasti mewarisi setidaknya satu perusahaan cabang. Apalagi dia merupakan anak lelaki satu-satunya yang akan menjadi penerus dikemudian hari.

Tidak banyak yang mengetahui hal ini karena orang tuanya sendiri tidak membiarkan publik menyita kehidupan anak-anaknya. Mereka ingin anak-anaknya hidup normal dalam lingkungan normal seperti anak-anak normal lainnya. Tanpa gelimang harta berlebihan, dan orang-orang yang mendekati karena mau memanfaatkan saja.

Woojin sih tidak masalah dengan semua itu. Toh, dia tidak pernah tertarik untuk menjadi pusat perhatian dan menjalin hubungan dengan banyak orang. Menurutnya, hubungan manusia itu tidak ada gunanya. Semua orang terlihat sama memuakkan untuknya.

Hingga dibangku kuliah identitas Park Woojin masih terjaga apik, hanya beberapa kolega bisnis ayahnya yang tahu, itupun demi hubungan bisnis. Dan, mereka dengan senang hati tidak membeberkannya kemana-mana.

Sewaktu kuliah Woojin mengenal seorang senior tingkat dua, lima tahun lebih tua darinya, yang memiliki kegemaran sama pada bidang fotografi. Untuk pertama kalinya dinding kokoh yang ada dalam hatinya mulai retak karena hubungan manusia tidak sepenuhnya buruk.

Minhyun, seorang pria yang baik hati dan penuh ketulusan. Mengenalkan dunia fotografi lebih dalam padanya dengan penuh ketelatenan. Tidak ada kecacatan dalam sifatnya seolah dia seorang saint atau semacamnya. Bahkan, tanpa mengetahui identitas aslinya, Minhyun rela menyisihkan sebagian uang kerja paruh waktunya untuk membantu Woojin. Padahal kalau dia tahu, angka nominal dalam tabungan Woojin mungkin jauh lebih banyak dari akumulasi gaji kerja paruh waktunya seumur hidup.

Di luar dari itu semua, Woojin menyukai sifat lembut Minhyun. Hingga tanpa sadar Minhyun sudah menjadi salah satu orang terpercaya bagi Woojin.

Tapi, apa kau tahu?

Tidak ada manusia yang sempurna. Memasuki tahun akhirnya, Minhyun harus merelakan kuliahnya karena menghamili kekasihnya sendiri. Bae Irene, mengandung janin berusia enam bulan. Tanpa keluarga dan keadaan ekonomi yang buruk, memaksa mereka harus banting tulang untuk mengumpulkan uang demi kelahiran si buah hati.

Minhyun bekerja tiga kali lipat lebih keras, memakai waktu pagi-siang-malam untuk bekerja di berbagai tempat. Tinggal dalam ruang bawah tanah yang tak layak disebut rumah. Rasa kecewa Woojin berubah menjadi iba.

Dia memperkenalkan Minhyun pada ayahnya, yang terkejut karena Woojin tak pernah sekalipun mengenalkan orang lain padanya. Bahkan Woojin merekomendasikan Minhyun dan mengatakan segala hal baik tentangnya. Berkat itu, Minhyun mendapat pekerjaan di salah satu anak perusahaan dan melanjutkan kuliahnya hingga selesai. Mendapat kenaikan jabatan yang sesuai dengan tingkat akademisinya dan memulai kehidupan yang layak untuk keluarga kecilnya.

Seketika Woojin menjadi penyelamat hidup Minhyun beserta istri dan anaknya. Tidak terhitung berapa kali Minhyun mengucapkan terimakasih padanya semenjak itu.

Akan tetapi, Woojin tetaplah Woojin.

Iba tidak cukup untuk mencairkan tembok yang telah kembali kokoh. Minhyun menjadi salah satu dari kerumunan orang yang dia anggap memuakkan. Hingga saat kelulusannya tiba dan dia sempat menemui Minhyun untuk sekedar basa-basi sebelum berangkat ke Jerman untuk melanjutkan studi.

My Little Baeby [CHAMDEEP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang