Serangan dan Rahasia Besar

83 3 1
                                    

10. Serangan dan Rahasia Besar

Akhir-akhir ini, Aurora tanpa pucat, wajahnya terlihat kelelahan, ia juga jarang bicara, anggota WK sempat bingung, apalagi Snape, yang terus mengawasinya.

Suatu hari, saat malam. Di kantor Snape, Snape sempat salah menuang cairan ramuan dan menggerutu.

“Ada apa kau kemari, Ms. Potter? Tak punya sopan santun, hah” kata Snape sambil merapihkan ramuan yang hendak ia buat, lukisan Salazar Slytherin juga agak terkejut

“Selamat malam cucuku” kata Salazar, Aurora hanya tersenyum sedikit, lalu kembali memakai topengnya.

“Buatkan aku ramuan Tidur Tanpa Mimpi” kata Aurora gamblang sambil duduk di meja Snape sambil memainkan rambutnya.

“Seenak memerintah pada guru, tak sopan, Ms. Potter” kata Snape kesal, dia bertanya-tanya mengapa anak Lily sangat arogan seperti James, bahkan melebihi James.

“Tolonglah, Sev. Aku mohon” pinta Aurora sambil memakai ekspresi muka andalannya, Snape menggerutu dalam hati karena tatapan mata hijau Aurora. Sial! Runtuk Snape.

“Hhh.. berhenti menatapku dengan pandangan seperti itu, Runa” kata Snape, ia mengucapkan nama asli Aurora.

“Oh, Merlin... Runa is not my name, now my name is Aurora Potter, Sir” jawab Aurora kesal, Runa adalah masa lalunya.

“Hhh... tetapi bagiku kau tetap Runa Potter” kata Snape, “Dan mengapa kau tiba-tiba menyuruhku membuat Ramuan Tidur-Tanpa-Mimpi?”, raut wajah Aurora terlihat sedih dan sangat kelelahan, seperti membawa beban terberat di pundak kecilnya.

“Aku... bermimpi buruk...” lirik Aurora, tebakan Snape tepat, ia mencoba membaca pikiran Aurora, tetapi nihil karena ia sudah menguasai Occlumency dengan baik, bahkan melebihinya.

“Mimpi seperti apa?” tanya Salazar penasaran, ia agak cemas dengan cucu tidak langsungnya yang ternyata memasuki asramanya, walau pahit kenyataannya mengingat Aurora Potter itu seorang Half-Blood.

Aurora tambah pucat, pikirannya seakan melayang, Chyntia yang peka terhadap perasaan Aurora segera melata keluar dari jubah Aurora dan menjilat telapak tangan Aurora. Aurora hanya tersenyum lemah melihat tingkah Chyntia yang mencemaskannya. Chyntia sempat melirik ke Salazar yang membuat nona tercintanya jadi murung lagi, Salazar salah tingkah.

“Aku bermimpi... aku membunuh semuanya...” kata Aurora lirih, Snape sempat terkejut.

“Bahkan... aku menghancurkan semua, aku membunuh semuanya. Penyihir, darah murni, muggle... Hermione, Ron, Draco, Blaise... bahkan... Harry Potter!” kata Aurora panik, ia menjambak rambutnya frustasi, ia kesal mengingat hal itu, ia tak kuasa melihat kakak kesayangannya mati, bahkan MATI DITANGANNYA. Air mata tak kuasa dibendung lagi, Aurora menangis, sekian lama ia menahan tangisannya. Bahu kecilnya begetar hebat, matanya terlihat sangat tersiksa, pikirannya kacau. Chyntia menatap Salazar dengan tatapan ‘Ini-Semua-gara-gara-kau-kakek-tua-jelek-awas-kau-jika-terjadi-hal-buruk-pada-nonaku’.

Snape mencoba menenangkan Aurora, menyentuh pundaknya.

“Semua hancur.. rumah, pertokoan, para binatang bahkan raksasa mati... semua mati ditanganku... semuanya berlumuran darah... dan... aku melihat Voldemort tertawa dibelakangku... hiks... ia tertawa... tawanya sangat jahat...” lirih Aurora frustasi, dari mata kirinya, terlihat darah mulai mengalir, eyepatchnya yang berwarna putih berubah jadi merah darah.

“Tenanglah, Runa...” kata Snape sambil duduk di sebelah Aurora (Baca: duduk di meja).

“Semuanya... semua menjadi lautan api... semua menjadi lautan darah... bahkan... Voldemort mencoba membunuhku...” kata Aurora lirih,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ExperimentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang