Hidden Danger 01

690 71 2
                                    

"ah Mark hyung, dari sini biar aku yang menemani Renjun. kau pasti sibuk, Pulang dan beristirahatlah." Jeno tersenyum lembut, senyum yang sebenarnya di paksakan. Lagipula mana sudih ia memberikan senyum pada rivalnya.

"kalau kau ada sesuatu kenapa tidak menghubungiku saja?" Jeno dengan sigap mengambil alih lengan Renjun untuk di gandeng, mengabaikan Mark dengan tatapan aneh---ah, tatapan terganggunya.

siapa sih orang ini? sok akrab sekali, ingin rasanya Mark memisahkan tautan tangan itu.
Itu maksudnya membuatnya iri? terlebih Renjun yang tak menanggapi gandengan dari pemuda yang katanya bernama Jeno itu, Seakan itu adalah suatu hal biasa yang mereka lakukan. Sedangkan yang Mark tau, Renjun bukanlah seseorang yang suka Skinship.

"mau berbelanja sesuatu? ayo aku temani." Dengan tautan tangan yang tak lepas itu, Jeno lebih dulu melangkahkan kakinya menuju minimarket, kemudian dengan cekatan tangannya yang satu lagi membukakan pintu untuk sang kekasih.

Haha, sepertinya hati Jeno hari ini tengah bersorak gembira. Entah itu tentang Renjun yang bersedia ia gandeng tanpa sedikitpun penolakan-tidak seperti biasanya- ataupun karena telah merasa menang dari Mark?.
Yah walau secara normal memang tidak ada persaingan di antara kedua orang itu. Hanya saja, entah mengapa Jeno suka melihat Mark yang terdiam di luar sana, melihat dirinya dengan tatapan tidak suka-- benci!.

"emm.. Ngomong ngomong apa yang mau kau beli? siapa tau aku bisa membantu" Jeno masih enggan melepas gandengan mereka, hingga Renjun yang berniat mengambil keranjang belanja pun mengurungkan niatnya--lebih tepatnya Jeno tidak mau tautan tangan mereka lepas, jadinya dia berinisiatif mengambilkan keranjang belanja itu untuk Renjun.
Kalau dipikir, dia terlihat seperti seseorang yang sangat posesif?
Bukannya kalian juga berpikir demikian?

"oh ayolah, kenapa kau diam saja dari tadi?"
Renjun diam? oh ayolah dia memang selalu diam, tapi tidak seperti ini! setidaknya jika ada yang mengajaknya bicara dia biasanya akan merespon, setidaknya dengan kata super cuek dan singkat seperti 'hah?', 'apa?', 'oh', 'ya', 'tidak'.

"lepaskan tanganmu." spontan Jeno melepaskan tangannya. Walaupun jujur sebenarnya dia masih sangat menikmati 'posisi' itu.

"kau Ingin membeli apa sebenarnya?" Tanya Jeno sekali lagi. Ia terus mengikuti Renjun yang sibuk berjalan menelusuri rak rak bahan makanan sambil menenteng sebuah keranjang yang masih kosong.

"supresan!" jawabnya acuh. Menurutnya Jeno terlalu brisik.

"hah? kau..?"  Jeno membulatkan matanya. Kaget tentu saja! benar benar kaget!. Sampai Renjun berkata lagi.

"aku bercanda, percaya sekali dengan hal yang seperti itu"

Sungguh, Jeno tidak tahu harus bagaimana, apa dia harus senang?, atau malah sedih?

yah jika memang benar dunia ini menyangkut golongan alfa-beta-omega. Maka ia yakin betul 100% jika Renjun adalah Omega, dan ia akan menjadi sang soulmate tentu saja.
jika saja hidup seindah itu..

Jika saja..

Jika saja..

Jika?

Sadarlah! ini bukan duniamu diamana kau lah yang mengatur semuanya.

"Jeno?"
pikiran Jeno yang awalnya berkecamuk mengenai ini itu seketika buyar hanya dengan panggilan pelan dari Renjun. Itu seperti suara malaikat.

Tentu bukan malaikat maut! kali ini nada bicaranya lebih lembut, tatapannya pun tak setajam biasanya. Apa yang terjadi? Jeno bermimpi? Jika iya, jangan pernah bangunkan Jeno dari mimpi ini.

"a-ah kenapa?"

"Tolong ambilkan daging kaleng itu" Renjun menunjuk daging kaleng di rak paling atas, dimana tak memungkinkan untuknya menggapai benda itu Dengan tubuhnya yang terbilang mungil.

"aku memanggilmu beberapa kali, kau melamun?" sembari menunggu Jeno yang tengah menggapai daging kaleng permintaannya, Renjun mulai terbuka untuk memulai pembicaraan.
kalau kata Jeno, sih. AJAIB! toh, jarang jarang Renjun yang bicara duluan

"emm tidak, aku hanya terpikir, bagaimana jika kau benar benar heat?"

"Haha" Renjun benar benar dibuat tertawa dengan pertanyaan konyol Jeno. Ingin sekali ia menampar wajah tampan pemuda itu! Berani beraninya berpikir 'hal seperti itu' terhadap dirinya.
"Hentikan pikiran kotormu itu bodoh!" Ucapnya sebelum berbalik meninggalkan Sang pemuda jakung. sumpah! dia merasa muak!

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

"Jen?" Renjun mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari dimana keberadaan si pemuda jakung yang sedari tadi mengikutinya di belakang. Tapi kenapa sekarang tiba tiba menghilang?

Seingatnya, Jeno masih berada tepat dibelakangnya sampai dia membayar semua belanjaannya di kasir.

Mungkin Jeno sudah menunggu di luar? Namun di luar tidak ada siapa siapa. Mark juga sudah mengirim pesan padanya kalau dia ada perlu, lagipula siapa juga yang mau menunggumu lama untuk berbelanja di luar minimarket seperti ini. Ditambah, cuaca sangat dingin.

Jeno pasti sibuk, jadi dia tak sempat bilang mau pergi.
Yah, sepertinya begitu.

Renjun bergegas pulang sambil menenteng kantong belanjaannya. hari semakin gelap dan dingin, tidak mungking dia menunggu Jeno mengabarinya dia sedang berada di mana. Lagipula Renjun bukan orang yang selemah itu hingga pulang perlu ada yang mengantar.

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

Yaampun ini pasti kacau banget. Ga ku baca ulang soalnya wkwk

Hidden Danger (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang