03

26 6 0
                                    

Hamparan sinar matahari yang masuk melewati sela-sela kain gorden mengusik tidur Rachel. Ia mengerang merenggangkan otot-otot seraya beberapa kali menguap.

Ia duduk di tepi tempat tidurnya untuk mengumpulkan nyawa yang masih di alam mimpi tadi. Rachel menguap kembali dan melangkahkan kaki nya memasuki kamar mandi yang terbilang kecil itu.

Setelah sekitar 20 menit ia berkutik dengan alat alat mandinya, akhirnya Rachel keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

Ia bergerak menuju cermin yang hanya menampilkan wajah sampai dadanya saja. Ia menyisir rambutnya yang kusut dan kembali mengucirnya dua. Lalu ia memakai bedak baby dan sedikit lipblam di bibir tipisnya. Dan tidak lupa ia menggunakan kaca mata besarnya.

Ia bergegas mengambil tas dan menggendongnya lalu turun kebawah untuk menemui adik dan ibunya yang sepertinya mereka sudah menunggu.

Benar saja. Setelah Rachel menuruni anak tangga yang entah berapa jumlahnya ia menemukan adik dan ibunya yang sudah duduk di meja makan.

"Hai. Selamat pagi" ucap Rachel lalu menarik kursi di sebelah Donna dan tersenyum padanya.

"Pagi sayang" kata ibu Rachel dengan lembut.

Ibu Rachel menyendokkan beberapa nasi putih dan manaburinya sedikit garam ke piring Rachel. Dan begitu juga ke piring Donna dan dia.

Ya. Mereka sarapan hanya seadanya saja. Mereka sangat mensyukuri atas nikmat Allah berikan pada mereka . Mereka bersyukur masih bisa makan sampai saat ini walaupun hanya dengan nasi dan garam.

Kadang manusia tidak pernah bersyukur atas nikmat yang Allah berikan . Mereka terlalu egois, hanya mementingkan diri sendiri, tidak dengan orang lain.

Setelah menenggak air putihnya, Rachel pamit dengan ibunya untuk berangkat sekolah.

Hari ini Rachel akan mengendari motor butut pemberian almarhum ayahnya. Setelah seminggu Rachel berangkat sekolah dengan angkutan umum, akhirnya hari ini ia bisa kembali mengendari motor bututnya itu setelah beberapa hari motornya rusak dan  berakhirlah di bengkel langganannya. Karena langganan jadi Rachel tidak perlu memikirkan banyaknya uang untuk membenari motornya itu

Rachel melihat arloji yang entah sudah berapa kali mengganti baterai agar bisa tetap hidup. Ia terperangah saat arlojinya sudah menunjukkan pukul 06:40. Ia bergegas menghidup kan motornya dan memakai helm butut yang juga pemberian ayahnya.

Rachel menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Bukan tidak berani untuk mengebut karena waktu sangat kritis, tapi Rachel ingat dengan perkataan ayah nya Rachel anakku, jangan sesekali kamu ngebut dijalan ya. Ingat pesan ayah 1 ini. Ayah ga mau kehilangan anak gadis ayah. Oke? .

10 menit Sebelum gerbang ditutup akhir Rachel sampai.

"Hufft. Akhirnya ga terlambat" gumamnya sendiri

Tapi ketika Rachel masih di depan gerbang sekolahnya tiba-tiba ada suara klakson mobil yang sangat mengganggu Rachel. Seketika Rachel kehilangan konsentrasi dan...

Brukkk

Rachel terjatuh tepat di tengah-tengah gerbang sekolahnya. Ia meringis ketika sikutnya mengeluarkan darah segar. Siswa-siswa yang berlalu lalang hanya menonton dan membiar kan Rachel terjatuh. Sesekali dari antara mereka menertawakan Rachel

Mobil itu mengklakson lagi. Kali ini sangat cepat. Karena Rachel tak kunjung menyingkir, akhirnya si mpu mobil keluar dari mobilnya.

Rachel masih meringis melihat sikutnya yang mengeluarkan darah semakin banyak.

"Hei cupu! Singkirin motor butut lo ini! Ngalangin jalan orang tau ga!" Marah si mpu mobil.

"HEI LO DENGAR GAK!!!! CEPAT SINGKIRIN!" dengan kesal si mpu mobil menendang motor butut Rachel

Rachel mendongak dengan air mata bercucuran di pipinya. Rachel ingin tau, siapa yang berani menyentuh motornya.

Kagetnya Rachel ketika melihat oarng yang tak asing baginya. Ia dia adalah......

"Mr. Tino?" gumam Rachel. 'Tapi mirip Saga' lanjutnya dalam hati.

***

"Gara bangun sayang." Wanita paruh bayah berjalan menuju jendela besar dan menyibakkan kain gorden jendela itu.

Sagara yang terusik tidurnya mengerang meregangkan otot-otot tangannya. Ia menghalau sinar matahari yang masuk dari cela-cela jendela dengan tangannya.

"Hei sayang. Bangun nanti kamu terlambat ke sekolah. Kamu ini seorang CEO tapi malas! Dasar!" Cibir bunda Sagara.

"Mmm.... iya..iya.. ma" sahut Sagara malas dengan suara khas orang bangun tidur.

"Bunda tunggu di bawah. Kalau kamu juga ga turun, awas kamu. mama coret dari kartu keluarga!" Ancam bunda Sagara dan berlalu dari kamarnya.

"Dasar bunfa keparat. Mainnya ancam-ancaman aja huh!" Gumam Sagara lalu beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi.

Tak perlu lama bagi Sagara. Ia keluar dari kamar mandi menuju kaca fullbody nya. Di kamar mandi dia hanya cuci muka dan gosok gigi

"Bodo amat. Ga mandi gue tetep ganteng. Eh?" Gumamnya dan tertawa sendiri

Ia menyemprotkan parfum beraroma greentee nya ke bagian badan-badan tertentu saja dan menyisir ramput yang entah macam apa bentuknya.

Sagara merampas kunci mobil di atas nakas dan segera turun menemui bunda yang seperti nya bundanya sudah menunggu di meja makan.

Benar saja. Bunda Sagara sudah menunggunya untuk sarapan bersama. Tapi Sagara hanya meminum susunya tidak dengan nasi gorengnya. Ia meminta maaf pada bundanya karena ia sudah terlambat.

Sagara pamit dengan bundannya dan menyalim tangan bundanya.

"Bun, Gara pergi dulu. Bunda hati-hati dirumah ya. Kalo bunda sendiri bunda telfon bi inah aja oke?" Bunda Sagara mengangguk dan tersenyum mendengar menuturan anak semata wayangnya itu.

"Assalamu'alaikum bunda sayang" katanya dan berlalu pergi menuju garasi

"Waalaikumsalam. Hati-hati sayang" ucap bundanya lembut .

Setelah Sagara mengeluarkan mobilnya dari garasi, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Katanya sih  agar tidak terlambat. Tapi sama aja itu dapat membahayakan nyawanya. Bukan Sagara namanya kalau tidak keras kepala dan menjengkelkan.

Cepat saja bagi Sagara sampai di sekolahnya. Pasalnya ia sudah sampai di sekolahnya sebelum bel berbunyi.

Tapi.....ketika Sagara ingin memasuki gerbang, tiba-tiba ada yang menghalanginya. Seorang wanita bermotor butut dengan pelan menjalankan motornya membuat kesabaran Sagara habis.

Sagara terus-terusan mengklakson motor itu tapi bukan malah menyingkir, si mpu dan motornya malah terjatuh di tengah-tengah gerbang. Sagara terus mengklakson. Karena wanita itu tidak juga mau menyingkir Sagara keluar dari mobilnya dan memaki si mpu motor serta menendang motornya.

Wanita itu mendongak dengan nafas yang membara ingin marah. Tapi apalah dia, hanya seorang wanita miskin dan cupu. Wanita itu cukup tau diri.

Terkejutnya Sagara ketika wanita itu mendongakan kepalanya. Diaa.....

Si cupu?. Batin Sagara

Dont judge karya saya. Karena saya hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa.

Tbc





The Boy--Sagara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang