Baru saja kulangkahkan kakiku memasuki ruangan, tiba-tiba beberapa teman kuliahku menerobos keluar. Mereka seperti kesetanan. Lari keluar kelas dan menabrak punggungku secara bergantian. Aku hampir saja oleng dibuatnya.
"Sorry sorry, Kimmy." ucap salah seorang di antara mereka.
"Woe, kalian kenapa sih? Sakit tau!!" teriakku saat mereka menabrakku. Kedengarannya memang kasar, hanya saja aku jengkel sekali. Bayangin aja, ditabrak sama segerombolan mahasiswi centil.
"Mereka kenapa sih, Na? Heboh banget. Ada gempa ya?" tanyaku pada teman akrabku, Yuna.
"Hahaha. Nggak, itu tuh ada mahasiswa baru. Denger-denger sih dari Korea. Orangnya keren abis katanya." Yuna menjelaskan.
"Sekeren apa sih? Sampe segitunya. Trus kenapa kamu nggak ikutan? Nggak penasaran?" Aku kembali bertanya padanya.
"Nanti juga ketemu kok. Males keluar aku." katanya sambil tersenyum.
"Sepatu." ucapku singkat.
"Sepatu?? Sepatu kamu kenapa?" tanyanya bingung sambil menunduk melihat sepatu kets yang kupakai.
Aku menepuk jidat lalu tertawa, "Hahaha. Itu singkatan. Maksudku sepakat dan setuju, Na."
"O kirain. Kamu sih pake nyingkat segala. Aku kan nggak tau. Hehehe."
Hari ini kampus benar-benar nggak kayak biasanya. Dimana-mana kulihat mahasiswi-mahasiswi sedang heboh ngomongin tentang mahasiswa baru itu. Kulihat pula beberapa di antaranya berbisik-bisik saat melihatku lewat di depan mereka.
"Na, kok kayaknya mereka lagi ngomongin aku ya? Atau cuma feelingku aja?" tanyaku pada Yuna saat kami berjalan menuju kantin.
"Aku denger-denger sih ... cowok mahasiswa baru itu mirip kamu, Kim." jawab Yuna yang membuatku teringat dengan hal yang baru-baru ini mengganggu pikiranku.
"Serius kamu?" tanyaku sambil memegang lengannya.
"Iyaaa ..."
Ya Allah ... apa ini waktunya?
Apa sudah tiba saatnya tanya di otakku menemukan jawabannya?
Jujur, aku penasaran. Bahkan sangat penasaran. Tapi di lain sisi ada rasa takut yang menghinggapi. Aku berusaha kuat menepis ketakutanku.
Bukankah setiap yang bernyawa suatu saat akan mati?
Itu sudah hukum alam
Tidak ada satupun makhluk yang bisa lari dari kematian
"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh ..." (QS. An Nisaa: 78)
Kumantapkan langkahku memasuki kantin. Aku berpapasan dengan Edgar ketua tingkatku. Ia mengatakan kalau aku dipanggil menghadap ke ruangan ketua jurusan. Tadi, ia lupa memberi tahuku di kelas karena tiba-tiba dosen pengampu mata kuliah Manajemen Media sudah datang.
Aku terpaksa meninggalkan Yuna di kantin. Kupercepat langkahku menuju ruang ketua jurusan. Aku tak ingin beliau marah. Apalagi, beliau adalah ketua jurusanku. Apapun yang kulakukan tentunya harus dengan persetujuan beliau. Jadi, wajib hukumnya agar selalu menjaga hubungan baik dengan beliau.
Aku sudah berada di depan pintu. Kuatur deru nafasku, sebelum akhirnya mengetuk pintu dan mengucap salam. Kulihat seorang laki-laki berkulit putih sedang duduk di depannya.
"Hai, Kim. Kamu darimana saja sih? Dari tadi Bapak tungguin." kata Pak Bobby saat melihatku memasuki ruangannya.
"Maaf, Pak. Saya baru aja diberi tahu sama Edgar. Tadi dia nggak sempet bilang, karena udah ada dosen yang masuk. Oia, ada apa ya, Pak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Doppleganger?
General Fiction(VOTE & KOMEN SETELAH BACA) Kata orang-orang, di dunia ini setiap orang punya kembaran. Bahkan sekalipun beda orang tua, atau mungkin lebih tepatnya kita semua punya seseorang yang mirip dengan kita. Apa benar seperti itu? Tapi bagaimana dengan dopp...