Failure ~ 5

8.7K 422 20
                                    

Sudah dua minggu Crista tinggal di rumah keluarga Ardiansyah. Ia sudah mulai terbiasa dengan keadaannya sekarang. Rutinitas yang selalu diajarkan oleh ibunya, kini ia terapkan sendiri dalam kehidupan barunya. Crista gadis yang sangat rajin. Bangun pukul tiga pagi untuk melaksanakan shalat malam dilanjutkan mengaji dan shalat subuh. Setelah itu, Crista akan mulai sibuk dengan urusan di dapur.

Awalnya, sang ibu mertua terkejut mendapati sarapan sudah hampir siap saat beliau memasuki dapur. Gadis itu bahkan harus dimarahi karena memasak seorang diri. Tapi seiring berjalannya waktu, ibu mertuanya terbiasa mendapati sarapan sudah hampir siap tiap kali beliau memasuki dapur. Ia tidak bisa melarang menantu bungsunya itu.

Perasaan Crista selalu terusik saat Anne mencoba mengakrabkan diri dengannya. Rasa sakit dalam hati Crista selalu muncul saat kakak ipar dan istrinya berkunjung ke rumah. Setiap ada kesempatan, Anne selalu mencoba memanas-manasi Crista dengan menceritakan masa lalu Gustaf dengan para wanita. Di hadapan Anne, Crista memang mampu memasang wajah datar, solah tak terusik oleh kata-kata Anne. Sikap cuek Crista bahkan bisa membuat Anne merasa kesal karena menyangka bahwa usahanya mengerjai adik iparnya itu sia-sia. Dia tidak tahu bahwa Crista selalu menangis tiap malam setelah perempuan itu membicarakan masa lalu suaminya.

Seperti saat ini. Crista menangis saat melaksanakan shalat malam. Ia mengadu kepada Allah mengenai perasaannya. Ia kemukakan perasaannya itu pada Sang Pemilik Kehidupan. Hatinya teramat pedih setelah mendengar kata-kata kakak iparnya mengenai masa lalu sang suami. Crista memang membenci Gustaf, ia bahkan tidak ingin laki-laki itu menyentuhnya. Tapi, membayangkan suaminya pernah bercumbu dengan perempuan lain benar-benar mampu melukai hatinya.

Crista tahu, itu hanya masa lalu suaminya saat masih kuliah dulu. Suaminya sudah menceritakannya meskipun ia tidak meminta. Tapi tetap saja, hati Crista merasa tidak rela.

"Ya Allah .... Aku hanya manusia yang penuh dengan dosa. Hatiku dipenuhi dengan rasa cemburu. Aku juga bukanlah istri yang baik. Aku seorang istri, tapi aku begitu durhaka pada suamiku. Aku tidak mendengarkan suamiku. Aku bahkan mengabaikannya karena tingginya egoku. Mohon maafkan sikapku yang belum bisa menerima suamiku sepenuhnya, Ya Allah. Aku akan berusaha menerimanya karena aku tahu bahwa pernikahan ini memang sudah jalanku. Kuat kan lah hatiku, dan buka kan lah hatiku untuknya. Aamiin."

Setelah membereskan peralatan shalat miliknya, Crista menatap sang suami yang masih terlelap. Ia mendekati Gustaf dan membetulkan selimut yang dipakainya.

"Maafkan aku. Meskipun aku tahu bahwa tidak mengacuhkanmu adalah dosa besar, aku ingin kamu tetap bersabar. Bersabarlah sampai amarahku padamu reda, kak. Bersabarlah sampai pintu hatiku terbuka. Sebelum itu, ku harap kamu mau memaafkan sikapku terhadapmu." ucap Crista lirih sambil menatap wajah sang suami. Crista berdiri lalu mencondongkan tubuhnya. Ia posisikan wajahnya tepat di atas wajah Gustaf. Perlahan, perempuan itu menempelkan keningnya pada kening Gustaf. Ia memejamkan matanya merasakan hembusan napas laki-laki yang sudah menjadi mahramnya itu. Hanya sebentar saja karena gadis itu segera berlalu meninggalkan kamar.

Tak lama setelah Crista meninggalkan kamar, Gustaf mengangkat tangan kanannya. Ia menutupi kening dan kedua matanya dengan lengannya itu. Dada Gustaf naik turun menahan sesak. Jantungnya berdebar-debar membawa rasa sakit.

"Apa yang harus kulakukan padamu, Crista? Kamu begitu dekat, tapi terasa sangat jauh. Meskipun kamu ada di sampingku, aku tidak bisa meraihmu." desis Gustaf lirih. Laki-laki itu ternyata sudah bangun sejak Crista menyelimutinya. Ia mendengar semua kata-kata sang istri yang membuat hatinya berdenyut sakit. Ia sungguh tidak berdaya.

•••

Tidak seperti biasanya, Gustaf belum juga turun untuk sarapan. Crista menghentikan aktivitasnya mencuci piring lalu memperhatikan arah tangga.

Beautiful FailureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang